Monday, May 28, 2007

Tentang Ayat Cinta

Sudah hampir 2 tahun saya tidak lagi “menyempatkan” diri membaca novel, kalo tidak salah novel terakhir yang saya baca adalah “Biru” nya Fira Basuki pas puasa 2003 bingkisan dari seorang temen.

Alasan kesibukan dan lebih memilih buku-buku marketing & strategy, management, fiqih, tafsir dan lain-lain membuat saya sedikit melupakan novel.

Di beberapa waktu silam, relasi dan temen seperti Pak Yahya, Bu Lia, merekomendasi untuk baca sebuah novel, judulnya Ayat-ayat cinta. Saat saya ke toko buku beberapa halaman depan saya baca, namun saya tidak tertarik untuk membaca lebih jauh.” Lah.. Ini novel Agamis gini” begitu pikir saya…yang Cuma akan menghotbahi diri….

Namun cerita Ice, kenalanku, Novel Ayat-ayat cinta bagus untuk dibaca…Sempet saya heran seperti apa to, kok orang-orang pada bilang bagus. Tempo hari setelah dari Cempaka Putih, kebetulan pikiran juga lagi bunek, maka sempetkan cari buku-buku yang bisa dibaca untuk ngilangin bad mood tadi. Padahal masih ada beberapa buku di rumah sekitar lima-enam judul yang saya beli belom sempat dibaca sampe abis. Bahkan sampe detik ini.

Sampe di rumah saya juga biarkan saja Novel Ayat-ayat cinta masih terbungkus dan tersegel di atas meja. Mungkin nasibnya akan seperti buku-buku saya terdahulu, belum sempet dibaca.

Malam sekitar pukul 21.20, saya ingin sekali istirahat, ya..biar sepertiga malem bisa nglilir, begitu kira-kira maksudnya.
Tidak sengaja, novel yang baru saya beli, Ayat-ayat cinta tadi kucoba buka, sebagai pengantar tidur, mungkin baca 1 atau dua bab…terus maksud hati, diteruskan jumat malem atau minggu.

Namun “Ayat ayat cinta “ itu terus menggiring rasa penasaran saya untuk terus membacanya. Sekitar jam 01 dini hari saya sudah dapat 45% dari total. Lanjut sampai jam 3 an.

Habiburrahman El Shirazy sangat apik dalam menggambarkan detilnya, bagaimana Mesir dengan segala pesonanya.
Cerita dimulai dengan pembuka keadaan kota Cairo di tengah hari yang panas…kegiatan-kegiatan pemeran utama beserta keadaan flatnya sebagai Mahasiswa Universitas Al Azhar Cairo dan perkenalan tentang sahabat se tanah air yang tinggal di flat. Serta perkenalan dengan tokoh tetangga flat lantai atas yaitu sebuah keluarga mesir koptik yang sangat ramah, khususnya gadis mesir dengan nama Maria.

Kemudian setelah diajak berpanas-panas dengan suhu 41derajat kota Cairo, pembaca juga diajak untuk sedikit menelan ludah dengan adanya Ashir Ashab, yang disebut berulang-ulang yang cara pelukisannya mirip Umar Kayam dalam Satrio Piningit Ing Kampung Pingit dengan Ayam Penggengnya Pak Joyoboyo… Mak..nyusss… rasanya, begitu kira-kira.

Seluruh transportasi yang menggunakan metro dalam tanah, menjadi bagian penting dalam cerita ini. Mungkin kita membayangkan seperti KRL Express Jakarta-Bogor,..-kereta angkuh dan sombong, kata temen2 dulu,-
Bahkan something special, inti kelanjutan dari novel justru terjadi di dalam metro ini…..

Tokoh utama digambarkan adalah seseorang muslim modern, santri metropolis dan musafir yang haus ilmu, easy going, terbukti dengan interaksi social nya yang bagus dengan sesama mahasiswa indo, tetangga yang beda agama. Hal ini ditunjang oleh Communication skill dari tokoh utama yang sangat menonjol, ini dibuktikan juga dengan gampangnya berkomunikasi dengan orang-orang lain seperti dalam metro dengan Ashraf, ataupun hanya karena itikaf bareng dengan tokoh utama sudah menjelaskan dengan detail kehidupannya bagaimana ia sampai di mesir, dan lain-lain kepada Eqbal Erbakan.

Selain Communication skill yang menonjol juga tokoh utama menurut istilah saya mempunyai Sense of Social Rescpect nya yang tinggi, ini sesuai dengan kepeduliannya terhadap Noura, dan kepeduliannya terhadap dakwah atas pertanyaan-pertannyaan Alicia yang sampe-sampe dibelain menjawab secara detail.
Yang pada akhirnya justru dengan Communication Skill dan Social Respect itu akan ada efek yaitu bisa kenal lebih lanjut dengan Aisha….

Habiburahman sebagai penulis novel pingin menunjukkan bahwa santri saat ini yang dikedepankan dalam novel ini adalah seorang santri yang mempunyai Communicatios skill dan Sense of Social atau kepedulian tadi…
Tidak seperti santri yang sarungan dan tidak membaur dengan kehidupan….
Ataupun seperti kehidupan kita saat ini yang terkesan I don’t care...dengan teman jaman kuliah, atau kenalan kita. Ya memang saat ini adalah generasi I don’t care sudah lumrah.

Yang saya tidak bisa tiru dari tokoh utama adalah menyentuh kulit lawan jenis, ini yang menurut saya paling susah, jangan berpikiran ngeres dulu, menyentuh kulit ini maksudnya berjabat tangan...Tapi saya rasa kalo sekedar jabat tangan tanpa ada maksud apa-apa...its ok, Allah dan malaikatnya Maha Tahu...

Saya suka dengan puisi nya di halaman 197

Hampir mirip barangkali dengan sebuah tulisan yang saya buat beberapa bulan lalu, begini kira-kira

Bidadariku mungkin tidak datang di bulan ini…
Dia juga mungkin tidak datang dari Negeri Antah Berantah..
Atau dia …mungkin masih disimpanNya di langit….
Dia mungkin masih sibuk memperbaiki diri….begitupun seharusnya aku…ya kan ?
Bidadariku mungkin tidak datang di bulan ini…
Dia mungkin datang di bulan-bulan berikutnya
Dengan membawa rindu dan sayang, setangkup penuh…
Membasahi setiap gelisah dan harapanku…
Luruh...
Bidadariku mungkin tidak datang di bulan ini....
Tapi aku tidak sedih, sungguh…
Berarti Allah mempersiapkan dia utuh….hanya untukku
Agar perahu yang akan kami tumpangi nanti terjalin dalam ridho Nya
Kelak…
Bidadariku mungkin tidak datang di bulan ini…
Mungkin juga tidak dengan sepatu kacanya…
Atau sehelai jilbab putihnya yang menghiasi kepala
Mungkin dia datang dengan luka….
Setelah mengarungi perjalanan jauh…
Dan debu-debu yang mengiringi keletihannya….
Tapi dia tetap bidadariku
Akan kucium dahinya
Berharap relanya
Karena surgaku dan anak-anakku ada bersamanya....Nanti
Fiuuuhhhhhh
Bidadariku mungkin tidak datang di bulan ini…

Rabb, bantu aku….bismillah….


Dalam novel juga dijelaskan secara terperinci dan detail tentang tokoh yang bukan termasuk generasi ” I don’t care”. Udah tadi ya ??
Misalnya dalam kejadian di Metro saat pertemuan antara tokoh utama dengan Aisha dan Alicia...Hanya ketemu sebentar kepedulian yang sebegitu besarnya antara tokoh utama terhadap orang yang baru dikenal. Okay..ini menyangkut masalah agama, pandangan Islam terhadap kaum wanita, tapi tanpa didasari dengan kepedulian yang tinggi pasti hal itu tidak akan terjadi...Juga tentang Noura...

Yang juga menonjol dalam kisah ini adalah karakter wanita jawa dari seorang Nurul, yang notabene adalah putri dari pemilik pondok pesantren. Ditampilkan bahwa wanita jawa adalah wanita yang sering memilih memendam perasaannya, ini yang memang hampir semua wanita jawa seperti itu. Akan sangat berbeda sekali dengan wanita-wanita Sumatra yang notabene, jelas lugas dan terus terang. Riset membuktikan..

Beberapa pelajaran seperti harus manut dan nurut dengan orangtua juga di tampilkan dalam kisah ini. Seperti yang terungkap Ibunya ketika harus memilih calon isttri , ” kalo calon istrimu gak bisa hidup di indo ya ga usah,cari aja yg indo” dan sang anak menuruti ibu.

Membayangkan bagaimana kecantikan Aisha, Saya teringat....Beberapa waktu yang lalu, seorang temen saya yang lagi ada di Eropa akan pergi ke Mekkah, dia serombongan dengan orang-orang Palestine yang tinggal di Jerman, begini katanya, ” Bener deh Don, mereka itu cuanttiikkk2 banget, tadinya gw juga pingin dapetin satu......bla..bla bla.” Wahh....saya tidak bisa membayangkan secantik apa Aisha itu, mengingat sahabat saya itu kok begitu terpana,...

Yang bikin terenyuh hati adalah masa-masa kecil Fahri, dia dan ayahnya berjualan tape keliling dari kampung ke kampung, ’ Pe tape..begitu teriaknya. ”Apalagi jika ada yang memborong sampai belasan bungkus, kami akan menjadi orang paling beruntung di dunia” tulisnya,

Kegiatan Fahri sebagai mahasiswa yang belajar di Al Azhar Cairo, menterjemah buku-buku, belajar berbagai ilmu, talaqqi kepada Ulama Besar di Kairo, sangat-sangat bagus.

Sangat berbeda sekali dengan masa saya kuliah, Masih inget gak dulu waktu kita kuliah, belajar aja ogah,kecuali mo mid ato final...maen, maen dan jalan-jalan. Mulai yang rame-rame nomat bareng, puncak,..,Bandung, gunung halimun yang fantastis, Pulo Seribu, Pulo Onrust yang mngerikan, Anyer...bahkan sampe Sumatra.

Ya, jika Fahri berguru kepada Syaikh Ustman, saya cukuplah dengan Quraish Shihab, Nazaruddin Umar, di MASK (Masjid Agung Sunda Kelapa- menteng....Sapa tau di ujung sana ada gadis Menteng seperti Aisha.....-

”Ah..payah, Lo hari gini masih aja baca novel, .... ” begitu komentar sahabat saya dengan sinisnya...-




Jt.bening,26 january – 4 february 2007
Untung ada banjir, Kalo gak banjir gak bakalan sempet nulis...

No comments: