Thursday, December 27, 2007

Nikmatnya berkeluh kesah

“Ya minta aja ama ALLAH, .... emang di tangan Tuhan, kalo gak diambil sendiri ya tetep di tangan Tuhan terus.....bla,bla,,bla”



Beberapa waktu yang lalu saya mendapat sms dari seorang sahabat baik, agak bernada jengkel dan mangkel mungkin dengan kelakuan saya ini, mungkin lho ya.

Mungkinkah manusia sama sekali tidak berkeluh kesah ? Tidak mungkin. Karena tidak ada hidup tanpa masalah. Dan yang pasti tidak ada hidup yang selalu berjalan sesuai keinginan.

Masalahnya adalah, kapan saatnya dan kepada siapa kita layak berkeluh kesah ?
Kadang kita melampiaskan keluh kesah semaunya, dan saya pikir itu tidak boleh. jika kita sadar terhadap kedhaifan dan kelemahan kita sendiri di hadapan kekuasaan Allah SWT, kita pasti mengetahui bahwa Allah sajalah yang bisa menjadi tempat berkeluh kesah.

Berkeluh kesah kepada sesama manusia apalagi mengeluarkan kalimat-kalimat kutukan pada diri sendiri dan menyalahkan Allah SWT

Kita adalah manusia yang serba terbatas, serba kurang, serba tidak mampu. Rasa dhaif dan lemah itulah yang mengantarkan kita untuk bermunajat, mengadu, mengungkapkan keluh kesah pada Allah dalam doa.

Pengaduan dan munajat kepada Allah atase berbagai masalah adalah kebiasaan para Nabi. Dalam salah satu doa Nabi Yaqub, “Sesungguhnya hanyalah pada Allah aku mengadukann kesusahan dan kesedihanku dan aku mengetahui dari Allah apa yang kamu tidak mengetahuinya”.

Begitu juga yang terjadi dengan Rasulullah, saat dilempari batu dan diusir oleh penduduk Quraisy, saat perang Badar dan banyak moment penting dalam perjuangannya. Rasulullah selalu mengembalikan semuanya kepada Allah SWT. Dengan demikian, jiwanya menjadi tenang dan sikap-sikap menjadi lebih terarah.

Semuanya berasal dari Allah, maka minta dari Allah penyelesaiannya. Sampaikan keluh kesah hidup ini kepada Yang Menciptaktakannya. Yakinlah bahwa segala usaha untuk menyelesaikan masalah yang tidak kita inginkan tidak akan berhasil tanpa izin Allah.

Menyampaikan keluh kesah hanya kepada Allah harus diiringi dengan sikap menahan keinginan-keinginan terhadap sesuatu. Ini juga termasuk masalah yang penting. Karena kekecewaan lahir dari seseorang yang tidak dapat menahan hati dari keinginan yang tidak tercapai. Jika segala masalah disikapi secara bijaksana, ia bisa saja membawa kita pada kebaikan. Tapi jika sebaliknya, ia akan membawa kita pada keburukan yang lebih dalam. Jadi menurut saya tidak selamanya duka cita membawa penderitaan.


Allah selalu menyediakan banyak sekali hikmah dan manfaat dari peristiwa yang kita anggap tidak sesuai dengan keinginan kita. Diantaranya adalah kekecewaan, kepahitan, kesulitan, duka cita memang harus ada dalam roda kehidupan kita.


Terakhir, Bahwa Duka cita itu penting untuk memahami kenyataan, yaitu kenyataan bahwa kita punya Allah, dan kita jadi sadar bahwa kita jadi semakin membutuhkan Nya dalam hidup ini.

Bagi para pembaca yang keinginan dan cita-cita tahun ini belum terselesaikan, berjuang dan berdoalah. Keyakinan diri bahwa kita mampu menggapainya sangat pengaruh bagi mental dan emosional kita. Jangan sedih...

Wednesday, December 19, 2007

Mari ber Qurban

"Sesungguhnya Kami telah memberikan kepadanya nikmat yang banyak, Maka dirikanlah sholat karena Tuhanmu, dan Berkurbanlah. Sesungguhnya orang-orang yang membenci kamu dialah yang terputus."


Esensi kurban bukanlah menyembelih hewan setahun sekali, namun ketaatan penuh atas seluruh perintah Allah SWT. Berikan kepada-Nya yang terbaik, sebab sesungguhnya Sang Maha Pemilik tidak membutuhkan apa pun dari kita. Kitalah yang selalu yang membutuhkan-Nya. Allah menguji keimanan kita seperti menguji keimanan Ibrahim dengan memerintahkan menyembelih Ismail AS. Allah tidak membutuhkan darah dan dagingnya. Dia sekadar menguji keimanan Ibrahim AS dengan perintah yang berat itu.

Filosofi ini berlaku hingga hari ini. Di saat kebutuhan ekonomi masyarakat semakin materialistis, Allah menguji kita untuk berkurban. Tentu akan terasa berat bagi yang mementingkan urusan dunia. Namun akan menjadi ringan saat kita taat kepada-Nya. Motivasi lainnya dengan kurban kita akan berbagi dengan masyarakat dhuafa di pedalaman dan korban bencana. Insya Allah terwujud nilai silaturahim yang luar biasa.

Bagi para pembaca yang ingin kurban Sapi/Kambing dengan membeli langsung silakan, banyak tempat untuk membeli di sekitar kita.

Bagi para pembaca yang ingin gampang, ikuti beberapa program yang ada, misalnya :

1. Qurban by Request oleh Al Azhar Peduli.
Harga Kambing Rp. 745.000,00
Harga Sapi Rp 5.650.000,00

Info lebih lanjut Phone to : 021 7221504

2. Tebar Hewan Kurban, Kurban Tanpa Batas oleh Dompet Dhuafa
Harga Kambing Rp 755.000,00
Harga Sapi Rp 5.755.000,00

Hubungi ke Kurban tanpa Batas Hotline 021-721 10 35

3. QURBANKU untuk korban bencana
Harga Kambing Rp 775.000,00
Harga Sapi Rp 5.750.000,00

hubungi ACT 021-7414482 Aksi Cepat Tanggap

Semoga kita termasuk orang-orang yang bertaqwa.
Amien...Mari Ber Qurban.

Tuesday, December 18, 2007

Pacaran is Sunk Cost

I have just discussed with my friend, Riecky, that the guy who was left by his girlfriend after what he did (he said he had done everything -- presumably good things in his view) was just not good enough for the girl. Well, if I were my student, I would have given that answer a B-minus. A better answer is: because the costs incurred during dating or pacaran are sunk.

Again, dating is a two-to-tango game. So, when the guy said he had given everything, chances are she had given everything, too. When they both were giving each other, they incurred both costs and benefits -- of which I do not want to dwell into details.

In the story (Samuel Mulia, my apologies, I'm using your article here again -- by the way, keep up good writing), one person is left out: the girl. The decision that is relevant to see why "she left me after all what I had done" is the girl's decision to leave him, not the guy's fate to be left alone. That is, what matters is what probably triggered the girl to leave. So let's focus on her.

In the period of dating, the girl incurred costs: makeups, fancy skirts, perfumes, even the effort to walk and talk "like a lady". All this she did to attract and later, to keep that lucky guy with her. Right before she did every single item above, she had an expectation: All these I would do because I expect him to give me this or that, in return. But once the activities were done (e.g. once the fancy skirt was bought), they all became sunk costs: they were not recoverable (well, she might go to second hand market selling the used skirt, but hey, she is a lady).

Fast forward. There was a quarrel between the two lovebirds. The girl was now at the margin of decision: leave or stay (or, if you don't like these terms, use: leave him or keep him). What would you think she had in mind, as factors affecting her decision? Yes the costs and benefits of leaving him. She would leave him if the resulting benefits (relief, chances to get a new guy, etc) exceeded the costs (effort to make him go and to make up good, convincing story to friends, etc). But the costs incurred during pacaran were not relevant anymore.

(If this is not convincing, try picture you are about to go mudik. You are thinking of driving your car or simply take the train. The amount of money you used when you bought the car is not relevant to your decision).

So, ladies, next time a jerk begs you to not leave him, using "Please don't go, Honey. Remember what I have given you all this time?" Tell him: "Baby, it's all sunk. Now shut up".

So lets Taaruf.....

Thursday, December 6, 2007

Some perspective

A guy wearing Harvard t-shirt is enjoying a cup of coffee in a coffee shop in a mall with his 2-month old baby girl. The mom's shopping somewhere upstairs; but she could also be shopping somewhere in Orchard Road, no one can presume. Which kind of signaling do you think happened?

A. From the guy's perspective:

I'm straight, don't bother to approach (if we're talking about Blok M plaza, this is very relevant. Not that there's anything wrong with not being straight)

I'm happily married, don't bother to approach.

Look at me, I'm a perfect husband and dad. Aren't I interesting?

Look at me, my wife told me to stay here while she's shopping, and I do what she said...

B. From the baby's perspective:

Look at my dad. He went to Harvard, so I'll go there under the legacy admission.

Look at my dad. He went to Harvard. He must be rich and so must I (am I?).

Look at my dad. He went to Harvard. Don't bother approach me if you're not that smart.


By the way, my dad went to Harvard under scholarships, so he's not that rich. That's why we only go to this mall.


C. From the wife's perspective:

My husband's not available. Our baby is the territorialmarking.

I have a submissive husband. He'd like to sit our baby while I'm shopping.

Any other ideas...?

Kaya dan Zakat

Hhh... malam itu, seabis kelar baca Saya tidak Ingin Kaya nya AA Gym, saya tertegun. Saya sering mendengarnya. Namun setiap kalinya, selalu berkesan. Selalu lebih kuat.

”Lho, bukannya saya ingin kaya, tapi saya harus kaya” kata Aa Gym.
Hhmm.. begitulah, akhir-akhir ini saya jadi sering sekali berpikir tentang kekayaan. Bukan, bukannya saya tidak sepakat dengan ucapannya Aa Gym. Tapi justru karena saya mengiyakan setiap baitnya. Muslim memang harus kaya. Tapi, masalahnya, siapa sih yang layak disebut kaya itu ? Lalu, sebanyak apa kekayaanya ?

Ide yang paling umum, orang kaya adalah orang yang punya rumah di Menteng, Kebayoran, Pondok Indah dengan pekarangan luasnya serta berjejer mobil-mobil mewah di dalamnya, atauu...orang yang punya rumah di deretan Valentino-nya kompleks bintaro plus honda jazz terbaru digarasinya. Mmm, tapi kalau rumah itu berarti kredit dua puluh tahun plus mobil itu tambahan lima tahun kredit lagi, judulnya adalah gak tenang. Mau pakai istilah credit card kek, KPR plus plus kek, itu tetap saja hutang. Yah, seperti beberapa kenalan saya yang kebetulan pasangan muda dan punya double income. Lha, terus kalo ngontrak terus, judulnya juga deg-degan. Aah, itu diluar konteks yah, kan tulisan ini tidak memuat tips-tips bagi pasangan muda. Tapi lebih luas lagi.

Lalu, ide yang lain ? mmm... mungkin seperti rekan saya, yang anaknya cuma dua dan kebetulah dua-duanya sudah di perguruan tinggi, tapi pembantunya di rumah ada empat. Pasti kaya banget kan. Eh, tapi kalau menjelang lebaran ini, dia panik luar biasa karena pembantu-pembantunya pulang kampung semua, menurut saya dia harus kita coret ya. Lha, wong, mempertahankan sesuatu saja ’nda bisa, rasanya dia tidak sungguh-sungguh kaya.

Ooh ya, ada lagi, mungkin seperti cerita teman saya, yang kaya itu adalah perempuan yang jadi manager di perusahaan bagus dan suaminya pejabat pemerintahan dan petinggi partai yang sedang berkuasa. Kaya dong, tentunya, bukan double income lagi tapi multi income. Aah, tapi kalau sebentar-sebentar anaknya yang perempuan – yang ternyata ga pe de sama sekali -- minta operasi bedah plastik kakinya karena kurang seksi, atau hidungnya yang dirasa kurang bangir dan gak berbentuk segitiga. Dan kebetulan minta operasinya di Perancis atau di MayoClinicnya Rochester, kan ga normal tuh. Cash flow nya balance sekali. Uang yang masuk sederas uang keluar. Atau mungkin malah cash flownya bleeding lagi. Di reject saja pendapat teman saya itu.
Terus, siapa dong yang kaya itu?

Kalau ini bukan, itu ditolak. Ooopss, pasti artis ya, artis kan pemasukannya bisa setengah milyar ya dalam semalam. Wah, kalau artis sih, sudah ga masuk list dari awal. Kok bisa ? Ya iya dong, kan para artis ini ga bisa membeli kebebasannya. Waktu-waktu pribadinya. Digosipin terus.

Haha... terus siapa dong yang kaya itu? Jangan-jangan ga ada lagi, bottom line-nya aja ga jelas gitu. Sebelumnya, saya juga berpikir begitu. Rasanya orang yang saya cari tidak nyata. Adanya hanya pada tataran teoritis atau di alam saat semua garis adalah kebaikan. Tapi, akhir-akhir ini saya baru menemukannya. Dan, heyy, look, ini bukan di negeri dongeng. Mereka ada, dan real !

Salah satu contohnya ya, salah seorang teman saya, ibu-ibu. Sangat sederhana, bahkan untuk ukuran karyawan. Posisinya dikantor biasa saja. Suaminya pegawai negeri biasa. Anaknya empat, laki-laki, usia sekolah semua. Tapi ternyata sedekahnya untuk para satpam/cleaning service/messenger jumlahnya sangat besar, bahkan lebih besar dari salah satu manager.

Seorang teman perempuan saya pun saya sebut sangat kaya. Dia bekerja di perusahaan yang menurut saya sih ga manusiawi, kerja dengan waktu di luar batas toleransi saya. Mending gajinya sepadan bebannya, tapi nope tuh. Saya berkali-kali bilang padanya, tapi dia bilang bekerja itu ibadah, dan yang penting ikhlas, sampai Allah menentukan sesuatu yang lebih baik. Hh.. susah deh, kalau orang terlalu baik begini.

Terlalu ’nrimo, tidak punya daya pemberontak. Haha.. untungnya imannya kuat, tidak terpengaruh saya . Tapi yang saya kagumi, dia rela membelah-belah dirinya demi sesuatu yang lebih baik dan lebih besar. Di sisa-sisa waktunya – yang masih aktif di berbagai kegiatan --, masih sempat ngurusin bazaar ramadhan di hari ini sampai rela menguras uangnya, tenaga dan pikirannya tentu. Dan saya yakinnya, besok senin, dia pasti sudah stand by di kantor dengan kalem tanpa ada orang yang mengira dia sudah melakukan hal besar kemarinnya. Seseorang yang tidak hanya memikirkan segala pernak-pernik tentang dirinya, tidak hanya berpusat pada dirinya, tidak egosentris, dan masih memiliki energi banyak untuk memberi dan berbagi pada yang lain adalah sangat kaya menurut saya.

Oh ya, adalagi yang kaya menurut saya, seorang laki-laki, usia pertengahan. Biasa saja. Tipe bapak-bapaklah. Tapi saya jadi memperhatikannya. Lekat. Habis hatinya baik sekali. Terharu sekali saya melihatnya. Dia tidak membiarkan satu pengemis/pengamen/anak-anak yang menyapu sambil menadahkan upah itu --– yang jumlahnya buuanyaaakk sekali itu --- lewat didepannya tanpa ia menyodorkan sehelai kertas. Entah laki-laki itu baru dapat bonus mungkin, atau warisan, who knows. Tapi orang yang tidak membiarkan tangan dibawah lewat dengan hampa begitu saja dari hadapannya adalah orang yang kaya, menurut saya. Meskipun dia sudah membayar zakat atau sedekah ditempat lain, misalnya.

Karena mengutip ucapan Bapak saya ya, sedekah itu adalah wujud nyata kemurahan hati. Kalau zakat, bukan tentang kemurahan hati, tapi tentang kebesaran hati, karena zakat adalah hak orang lain. Nah, kalimat terakhir ini yang membuat mendung saya kemarin sore sirna seketika. Dan saya merasa sangat bodoh setelahnya. Iya dong, zakat adalah hak orang lain, hak fakir miskin, hak para mualaf, hak pejuang fii sabillilah, dan hak orang-orang lain yang tidak seberuntung kita. Tidak pernah sekali pun jadi milik kita. Hanya kebetulan dititipkan pada kita.

Makanya, saya menertawakan diri saya sendiri, lama, kok bisa-bisanya cemberut hampir seharian gara-gara terlalu nervous menghitung zakat tahunan saya. Lha, logikanya kan dapat, hak orang lain toh. Bukan milik kita. Kok seperti melepas sesuatu yang begitu lekat ? poor me...

Setelahnya dengan semangat seorang relawan baru pengumpul zakat plus galak sedikit, saya sms teman-teman saya, ayo, hitung zakat dengan teliti. Mobil, coba dimasukin. Emas, coba ya, dihitung juga. Usaha-usaha, dagang, ternak lobster,saham dan reksadananya, konsultan software, biro travelnya coba ya, teliti ulang – kebetulan beberapa teman ada yang berwiraswasta --. Haha.. gak apa-apa galak sedikit, inginnya kan kaya bareng-bareng, iya gak ?

Jadilah sore itu sore pembelajaran menjadi kaya. Ingin kaya, berzakatlah... bisik saya berkali-berkali. Mmh.. setelah dipikir-pikir, motto itu bagus juga, kok jadi narsis gini.. Yup, bismillah, sebuah usaha kan, sama-sama pejuang kan, untuk mendekat pada Pusat Seluruh Cinta... Insyaallah kita bertemu disana ya... Janji ?
Ooopss, saya tersentak, tiba-tiba, eh, wait , ada yang melintas cepat, jika zakat profesi 2,5%, zakat maal 2,5%, terus.. terus.. zakat bonus itu kan 20%... Huuaaah.. THR itu masuk zakat bonus gak ya? Terus bonus review performance tengah tahun saya kemarin... itu 20% juga-kah ? Terus rebat dari distributor itu ? Jika iyyyaaa…………
Adduhh, hati, mengapa begitu membenci surga ???

-with backsound Bila Waktu Tlah Berakhir-nya Opick..
mmh… jika sungguh-sungguh waktu telah berakhir???

Friday, November 30, 2007

Joyfull

“Mas, proposal dan ide kamu jadi itu ya, approved..Kita ketemuan dulu”
“Ok seep, dimana”
“Jam abis lunch, jam 2 an lah, bawa mobilku aja mas, tar ku jemput deh di daerah Selatan ”
” Ok deh..No problem. Konfirm ke gue dua hari sebelumnya yak”
“InsyaAllah Mas..,bye”


Syukur aku bilang, setelah sekian lama menunggu proposal dan ideku tentang pembuatan bisnis ****** mendapat persetujuan dari salah satu investor. Tak disangka sudah lumayan cukup lama.
Joyfull….

****

“Ke Citoz ya pak“.
“Mau lewat tol?”.
“Gak usah deh , jam segini lancar kok“.
Supir taxi bluebird ini menyapaku ramah. Selain mobil yang bersih dan relatif baru, yang aku sukai dari si burung biru ini adalah supirnya yang ramah dan senang bercerita.
“Ramai hari ini?”
“Ya begitulah pak. Namanya orang cari rejeki“.

Pertanyaan pembuka itu selalu kuajukan kalau aku menumpang taxi. Menyenangkan untuk berbincang-bincang dengan mereka. Banyak hal yang bisa dilihat dan digali. Dan sering tanya jawab basa basi gini berubah menjadi ajang curhat. Ada yang curhat tentang kondisi di kampung halamannya, ada yang curhat tentang keluarganya, ada curhat tentang ideologi politis mereka, bahkan ada yang menangis curhat bagaimana anak perempuannya menikah tanpa memberi kabar padanya.
Aku tak bermaksud untuk mengorek-orek kehidupan orang lain ataupun untuk mau tahu urusan orang lain. Aku hanya ingin mendengar cerita mereka, melihat dunia dari sudut pandang orang lain dan terkadang aku hanya ingin membunuh waktu selama jam perjalanan.
Terima kasih aku telah diberi “jendela-jendela” untuk melihat dunia dan hidup dari sudut pandang yang beragam.

Joyful..

***
“Terima kasih pak” sambil ku angsurkan uang 50-ribuan padanya. Dia tersenyum dan mengucapkan terima kasih.
Masih kurang 15 menit dari jam perjanjian. Aku berdiri di lobby sambil menunggu dan melihat-lihat. Salah satu kegemaranku adalah melihat keramaian, melihat orang melakukan aktifitas.
Mall ini adalah salah satu mall yang ramai. Siang dan malam sama ramainya. Siang banyak pegawai kantor atau bos-bos yang makan siang ataupun mengadakan meeting disini. Entah meeting atau meeting.
Ibu-ibu mengandeng anaknya, abg-abg putri yang lucu dan imut banyak bersliweran di sini. Malamnya juga begitu, ramai. Apalagi malam-minggu, sepertinya semua orang jakarta selatan makan malam disini. Tapi enaknya, “pemandangan”-nya indah. Setidaknya menunggu bukanlah hal yang membosankan jadinya.

Joyful…

***

Mobil Yaris hitam itu masih terjebak macet di pintu masuk mall ini. Menunggu giliran untuk masuk dan melewati lobby. Pengemudinya gadis muda cantik. Berbaju biru muda dengan jilbab gaulnya berwarna putih bermotif bunga. Wajahnya sedikit cemberut, mungkin kesal menunggu antrian hanya untuk masuk ke mall ini.
Aku tersenyum melihatnya. Sebenarnya semua orang juga tampak cemberut untuk menunggu. Macet, hanya karena banyak mobil yang menaikkan dan menurunkan penumpang di lobby yang tak begitu besar ini. Rasanya orang-orang Jakarta ini perlu diberi bekal kesabaran lebih banyak lagi.
Jalur mulai sedikit bebas, Yaris hitam itu makin mendekat ke lobby.
Aku agak berlari mendekati mobil itu, membuka pintu dan duduk di sebelah gadis itu.
“Dah lama?” tanyanya.
“Lumayan“.
jawabku sambil tersenyum.

Siang yang panas dalam mobil ber-AC bersama gadis yang cantik...

Tuesday, November 20, 2007

Asmuni dan wibawa Jawanisasi

Saya kok tiba-tiba ingat dengan pelawak Srimulat ini, pelawak dengan khas kumis nya yang selebar dua ruas jari, ketawanya yang khas dan selalu ber blangkon.

Asmuni itu kenangan dari hiburan rakyat, jaman kita puas dihibur oleh Presiden yang sama sejak G-30S, oleh pertumbuhan ekonomi > 6%, oleh program KB nasional, oleh 1 siaran TVRI, oleh Aneka-Ria Safari, oleh liputan hari ABRI, oleh liputan Kelompencapir, dan oleh program swasembada beras.

Asmuni itu lambang perjuangan nasional para batur/pembantu yang ingin maju tetapi tetap kampungan. Asmuni lambang orang kaya desa, bangga dengan blangkon, cincin akik, perkutut dan sekuter. Asmuni juga representasi kebanyakan pejabat PemDa, camat, lurah, RT-RW, berusaha wibawa tetapi tetap tolol dalam tindakan.

Tetapi Asmuni melawan. Asmuni melawan keterbelakangan yang seolah menjadi nasib masyarakat kelas bawah. Asmuni melawan kemapanan. Asmuni melawan mitos penguasa adalah orang bijak. Asmuni mentertawakan Jawanisasi bawah sadar era Suharto.

Asmuni itu vintage. Besar di era Orde Lama, Asmuni termasuk artis 3 jaman.

Apakah Asmuni seorang ekonom? Bisa jadi….
Well.. it might be a long shot. Tapi ini beberapa quote Asmuni yang saya ingat:

1. On German efficiency "saya sudah konsultasi penyakit dengan dokter dari Jerman, namanya dokter Bode" dengan gaya dia yang sok serius sambil mengacungkan jari tangan.,
dr Bode itu figur virtual di iklan obat Bodrexin dan Bodrex

2. On factor specialization "kamu sana belio rokok di Madiun"
konteksnya majikan ingin bermesraan, pembantu tetap harus kerja

3. On social issue "Lho.. orang kaya kok salah..!?? hahaha"
orang kaya sombong

4. On moral hazard "kamu tungguo di sini, saya ta' nunggu di nJombang"
konteksnya Timbul/pelayan disuruh menunggu datangnya Drakula sementara pejabat desa ngacir

5. On exchange economy "awas.. Keris ini asalnya dari ular.., ularnya saya jual terus dibeliken Keris"

6. On poverty ".. saya in cuma bisa makan CAP JAE…” (cap cay)Chinese food adalah konsumsi elite era Ordelama. Konsumsi rakyat biasa nasi jagung.

and the last, quote dia yang sangat terkenal…

7. On permutation ".. itu adalah hil yang mustahal .."


Selamat jalan Asmuni. Indonesia kehilangan salah satu seniman besarnya. Asmuni meninggal akhir Juli 2007

Saturday, October 27, 2007

Monday, October 1, 2007

Pxkit

Anggi, My younger brother is very efficient. Maybe too efficient, he wrote pxkit in one of his recent short messages to me. It took me a while before I understood that what he meant was ‘penyakit’ (illness). Yes, he has been using x as a short-hand for 'nya', the suffix; and I figured that out. But x in the middle of a word? That was kind of new to me.

This morning, Rizal, my friend complains in his blog and my email, about too many short-hands used in text language. He listed, among all, 2b for ‘to be’, gr8 for ‘great’, 4c for ‘foresee’, and even the already very obvious ones like cu for ‘see you’, ur for ‘your’, or (again, even!) wanna for ‘want to’. He calls all this ‘oddities’. And he asks, “Can we stop this SMS mess?”

My answer would be “No, we shouldn’t even try”. I think short-hands in hand phone textings are fun and clever. Rizal indeed admits that "these oddities have their place", but he quickly adds, "that place is surely on the small screen of mobile phone where space (and texting fees) is of concern". O’coz, datz d whol idea, man!
Rizal goes even further as saying that the ‘oddities’ can create an "unnecessary intrusion for people who are learning the English language". Why on earth should we bother with those who are studying English?

Rizal is right that ideas (delivered in the way of his accused oddities) "run the risk of getting lost if the reader is not familiar with the short-hand or just cannot be bothered to spend time to figure it out". Two things here. If I were to text you, I would have to make sure (or at least assume on my own risk) that you would understand what I would be saying, with or without short-hands. On the other hand, if I accept a weird sms with oddities, I would simply trash it right away, unless I am interested, for which case I would simply reply with ‘?’ – This has been working well so far.

So, Jzal, relax. I hope d govt ppl r all out 4 holidays, so no time 2 read ur complaint coz odrws, theyll start thinkin’ o some way 2 regulate sms texting... LOL & :-)

Tuesday, September 18, 2007

Because this blog is not only for local audience, its also for international audience, some articles write in English..


dies blog nicht nur lokale Leser aber auch fuer internationale Leser...

special thanks to Rizal,  for supporting me to write in english-



thankyou

Show some respect, please!

A banner in my neighborhood asked people to “respect those who are fasting” (hormatilah orang yang berpuasa). I tried to think, what is ‘respecting those who are fasting’? In my childhood, I was taught that it simply means not eating or drinking in front of people who fast. Perhaps if someone who fasts sees me enjoying my meals, he or she will get tempted to break the fast.

But then, refraining yourself from eating and drinking (and smoking and having sexual relationship) during the day is the essence of fasting, isn’t it? Giving up one’s utility from eating and drinking is and individual choice. Then, respecting those who fast is a matter of respecting property rights and personal choice. When it’s a personal choice, no one is justified to force them to eat or drink during the day (or tease them or humiliate them).

Similarly, it’s an individual choice not to fast. And the non-fasting people also have the rights to remain eating, smoking or drinking. No one is justified to ask them to stop, in the name of ‘respecting the fast.’ And during the night, whether one was fasting in the day or not, one has the right to spend the night in café or pubs. The café or restaurant owners have the right to do keep their business open at any time. Nobody has any justifications to prevent anyone to go to restaurants at any time. Nobody possesses the right to force restaurants, pubs or cafes to close at any time. (Unless, of course, if the pubs create noise that prevent one from sleeping.)

The rights to perform fasting as a religious duty include the rights to tell others that it is already time to start fasting when they are OK to be told (or when they asked you to do so). Similarly, people have also the rights to remain sleeping and not being disturbed by ‘wake up calls’ from masjids or minutemen. Hence, in my opinion, those shouting ‘sahur… sahur…’ using megaphone from masjids are abusing own’s right, and violating other’s property rights. The solution is simple: use alarm clock, telephone, or if it necessary, put a sign in front of your house that you want to be waken up.

Another obvious thing, whether fasting or not, we do have the rights for a ‘petasan’ (explosives)-free environment. If we ever need the government during this Ramadhan month, it is to regulate petasan and noise from masjids. Not closing down business or night lives.

Back to the banner in my neighborhood. Usually, a banner is a signal of something. What does it possibly mean?

One, those who fast felt that they are not respected enough. Two, those who don’t fast have given enough respect, but those who do ask to be more respected. Three, it signals a kind of threat: respect us, or else…







Sunday, September 16, 2007





Monday, September 17, 2007

My Own Stupid analysis

I’ve just read Kompas on Saturday edition, September 15, 2007. You can see on page 27 which title “Kompolnas Disinergikan”. Its make me smile, Kompolnas, it sounds like “ngompol” in Javanese or Bahasa.

Good, I’m not a police officer (in Indonesia). ‘Cause if I were one, at some point in my career I would have been called a “kompol”. That is an abbrev for Komisaris Polisi or police commissioner it was “mayor”, Indonesian for “major”, back in the era before the police wanted to be different from its army and navy competitors. It sounds like “ngompol”, an Indonesian slang for an act of “unintentional pee”. You know, as in “Papa, wake up, si Otong ngompol again” – said a woman to her husband as their baby wets the bed in the middle of the night.

No, it’s not just the police, of course. I’m sure you have heard tastipikor, setwapres, jampidsus, musrembang, or back then, sesdalopbang (google-up yourself, I've made my point). I don’t know if it’s just me, but dikdasmen (pendidikan dasar dan menengah – basic and mid-level education) reminds me of basement and budpar (budaya dan pariwisata – culture and tourism) really sounds like a.. thunder.

Bank Indonesia is the winner. They have this campaign against counterfeit money with a rupiah identification method called “3D”: dilihat, diraba, diterawang (looked, touched, held-up-to-the-light). It is really funny, because they used the prefixes as the basis for the abbrev – not the words themselves! (lihat, raba, terawang – to look, to touch, to hold up to the light). Maybe it is because LRT doesn’t sound catchy enough. Or maybe they got it from marketing class somewhere. Well, in either case, I guess they could have come up easily with 10D, then – should they want.

Wonder now. Why is it SBY rather than Susbamyo? JK rather than Juskal?

Is this yet another market-gone-wild thing? Because I thought you can’t even force something that sounds too funny. So, I guess it’s a matter of time, kompol will die out. Wanna bet?


15 September 2007

Friday, September 14, 2007

Tuesdaynight, September 11, 2007

I just furiously hit Sudirman street at 100 kmph, drove southward up to Fatmawati and TB.Simatupang, against all those melancholic streetlights, to keep my mind stay clear --with full-blast of Incognito' Still a friend of mine’ from the backdrop.


You see, now we have velocity, lights, time and travel. Yes, right, it sounds like Einstein. He wrote in his book on Theory of Relativity, that in order to develop the notion of simultaneity of an event, one needs to define the idea of 'time' (in physics, as opposed to classical/Newtonian mechanics) by supposedly placing identical clocks at the coordinate system (his example: points in a railway line). By reading the position of those clock's hands which is in immediate vicinity (in space), one understands the 'time' of an event.

And then, he went on:

When two clocks arranged at rest in different places of a reference-body are set in such a manner that a particular position of the pointers of the one clock is simultaneous (in above sense) with the same position of the pointers of other clock, then identical 'settings" are always simultaneous (in the sense of above definition) --on idea of time in physics.

But now, you notice that in a railway line system, there are the train and the embankment. Einstein proceeded:

Events which are simultaneous with reference to the embankment are not simultaneous with respect to the train, and vice versa (relativity of simultaneity). Every reference-body (co-ordinate system) has its own particular time; unless we are told the reference-body to which the statement of time refers, there is no meaning in a statement of the time of an event -- on relativity of simultaneity.

Thus, the statement of time depends on the state of body-reference.

This is such an enlightening argument, let alone, if you compare with the philosopher Arthur Schopenhauer, who wrote:

Not the least of the torments which plague our existence is the constant pressure of 'time', which never lets us so much as draw breath but pursues us all like a taskmaster with a whip

And I stopped by Aksara bookstore at Cilandak Town Square 20 mins before its closing time and brought home with me, TDW’s Financial Revolution, Finance Management, From mind 2 market, Value Added Selling, Kado Pernikahan untuk Istriku, and offcourse my favourite magazine, SWA.

Yeah..Bookstore is always my sanctuary for sanity.

Wednesday, September 12, 2007

Mau protes…kok repot !!!


Tertulis bagi anak Adam, banyaknya zina yang tidak dapat dihindari
yang akan menimpanya. Zina dari mata adalah melihat, zina dari telinga
adalah mendengar, zina dari lidah adalah ucapan, zina dari tangan adalah
pelanggaran hukum atau serangan, dan zina dari kaki adalah berjalan. Hati
bermaksud dan berharap serta kemaluan mengiyakan atau menolak
(HR Bukhari dan Muslim).


Kemarin sempet mampir di kampus UI lagi, sekedar menikmati juice strawberry di kaFE sambil menikmati danau dan agak kesana tampak jembatan TekSas yang baru saja diresmikan...

Ngeri yah ngeliat kehidupan sekarang, sudah lumrah kayaknya para mahasiswa-mahasiswi itu bergandengan, bermesraan, berangkulan dan hal semacam nya lah, kemarin yang saya lihat di Kafe sih seperti itu, dan heyyy look...ternyata yang pake jilbab juga lho, masyaAllah....ternyata gak ada bedanya.

Mau protes dan mengingatkan pun juga sungkan, pinginnya sih bilang, “mbak, mbok jilbabnya dibuka aja, kalo pacaran jangan pake simbol islam”,,..hehehhee, tapi ya sekedar pingin bilangin, tapi tetep saja hati ini cuek bebek, bodo teuing kata orang sunda mah.

Belum habis rasa heran saya, eehhh..di pintu keluar yang jalan menuju LA, tuh, yaaa amppuuunnn, saya kembali disuguhi seorang berjilbab dengan gaya yang tak disangka tengah berciuman dengan seorang cowok, di pinggir jalan sodara-sodara, pake motor pula mereka itu. Pingin ku lempar uang logam tapi kok udah keleweat...

Masih banyak contoh peristiwa lainnya...

Tapi kalo kita sering ada di jalanan, malah akan lebih heran lagi, banyak banget laki-laki dan perempuan berboncengan dengan mesranya. Alasan sudah menikah ? Sungguhkah ? Yakinkah ? Ahh...yang bener ?? saya kok tidak percaya.

Kalo kita amati, kita perhatikan, kok berbeda sekali, antara yang sudah menikah dan yang masih sekedar pacaran aja, dari cara boncengnya, dan macem-macemlah, ndak perlu disebutin.

Yah, hari gini kelihatannya jilbab hanyalah sebagai fashion, ya, hanya sebagai fashion dan mode saja, tentang tauhid dan hukum islam, non sense lah. Wong yang pake jilbab tapi seksi juga bejibun

Tentang tauhid, wong pake jilbab kok pacaran, berboncengan, berduaan....tauhid amburadull itu, bukan Islam. Islam tidak mengajarkan seperti itu.... setahu saya.

Lebih parah lagi, selasa sore oleh seorang teman, saya di kasih 19 menit adegan mesum, ber title “ojo ngguyu” yang ternyata di akhir adegan, si cewek berjilbab. MasyaAllah.

Nggak taw lah, mungkin saya saja yang terlalu “jadul” nggak mengikuti perkembangan, tapi kalo perkembangannya kayak gitu, maaf-maaf aja dehh.. Mending keliahatan “begajulan” begini daripada sok alim tapi munafik.

Cuman pingin protes, “mbak-mbak, kalo mau pacaran dan berduaan, tolong dibuka dulu jilbabnya, pasti lebih mak nyusss.....”

“Wis, nikmatin aja juice strawberinya.......banyakan protes sampeyan tuh, ini era 2000an, beda sama masa kita dulu yang cuman banyak jalan-jalan ” begitu komentar teman saya, Aldee, mengakhiri perbincangan sore itu di kaFE UI, Depok.

Friday, September 7, 2007

Ahhh…Cinta


betapa setiap hembusan udara yang kita hirup…betapa setiap tarikan napas
yang berpacu…betapa setiap detak nadi yang berdentang…

hanyalah atas kehendak-Nya semata…


Belakangan ini..ah,entahlah, sepertinya saya merasa hidup di dunia yang berwarna pink....mmmh..mungkin karena segala sesuatu yang saya temui akhir-akhir ini serba pink, mulai atau sepasang ‘kekasih’ yang ber’senda gurau’ di KaFE sambil menikmati makanan dan Ya.. ampuun, kebetulan kali yah perempuannya memakai jilbab pink :( ..mungkin juga karena tontonan di tv gak jauh-jauh dari tema pinky.

Tapi yah, itulah realita..sulit jika berkomentar tentang cinta, jika saya boleh menyebutnya demikian,..dengan hubungan rasa yang dengannya orang bisa menebar tangis dengan teramat mudahnya..bisa marah dan berselisih dengan amat cepatnya…...rela menyita segala waktu yang utamanya diberikan pada yang berhak, orang tua misalnya…..rela juga membuang pulsa telepon ke tempat sampah dengan sekali lemparan…..entahlah, suatu rasa yang unik…yang menakjubkan bahkan..jika nanti saya punya akuntan / finance manager, saya mungkin akan menganjurkan bahwa mengklasifikasikan cinta dalam unspecified account…...yah, karena efeknya berbeda pada setiap orang….dan jelas bukan dalam grupnya other account, karena hal itu tidak bisa disebut lain-lain, tidak bisa disepelekan apalagi diabaikan, bahkan justru ialah yang mampu menentukan mana hal yang lain-lain itu…

You know what guys, sepertinya ada sehelai daun yang melayang dalam kedalaman jiwa saya..perlahan namun pasti jatuhnya…Jalan ini teman, tak pernah mudah, bahkan seringkali sulit, entah itu batu yang menggelincir dari puncak lalu melibas kita dengan meninggalkan memar di jiwa..atau mungkin sayatan perih, jika perih punya bentuk, menusuk jauh ke perbatasan rasa…Apapun wujudnya, tetap saja luka, dan itu sakit…

Tapi, sungguh, karena ini hanya sebuah jalan dan alur desahan keberadaan kita adalah sebuah perjalanan, maka segalanya pun berbungkus perbekalan…untuk nanti, saat tiba segenap raga bertumpu pada segumpal jiwa, yang berdiri sendiri, yang bertanggung jawab atas asa yang dipegangnya saat hayat tersisa…hanya sendiri, seorang diri….

Fren, bukankah poros hidup kita hanya berputar tentang bagaimana memperbesar porsi cinta kita, pada Allah tentunya…Segala hal yang sempat singgah,meski hanya sementara, baik dalam relung hati kita atau bahkan terpatri dalam cara berpikir dan terlebih tindakan kita—semuanya—mesti diselaraskan dengan satu pertanyaan besar, cintakah Allah jika saya melakukan ini ? Memilih yang satu dibanding yang lain ? Bertindak satu hal bukan yang lain ? Berpikir ke arah yang ujung tidak yang mula ? Masihkah Allah cinta ? Sungguh ? Masih ? Yakinkah ?

Dan sungguh, hidup hanya berkutat pada satu hal itu, memperbesar selalu porsi hati kita untuk belajar mencintai Allah sedemikian utuh dari tiap helaan rasa kita, tiap sapuan waktu pada hari…begitu selalu…belajar itu, hanya itu…Belajar untuk selalu menjadi pribadi yang menyenangkan, karena Allah cinta itu..belajar untuk menjadi anak yang berbakti pada orang tua, karena Allah jelas mencintai anak yang saleh…Belajar untuk selalu memenangkan persaingan , karena Allah mencintai muslim yang berprestasi…,karena Allah dengan lembutnya berfirman ‘sebelum segala sesuatu, kalian adalah da’i(penyeru)..penyeru agar setiap jiwa yang merasakan nafas islam senantiasa memperbesar porsi cintanya pada Allah semata..

Hingga nanti, suatu saat, entah itu esok tatkala mentari menyapa, atau bahkan sesaat jika mulai bergulat dengan kantuk, entah itu lambat atau seperti kilat cepatnya…, sungguh nanti saat dimana lengan kita dijalin malaikat maut, dibawanya pergi tak kembali…..............porsi hati kita utuh, bulat dan penuh hanya untuk Allah saja..utuh dan seluruh..Semoga..

-dan terakhir mengingatkan untuk diri saya sendiri dan seluruh hati yang sedang dan pernah disinggahi pink itu, tepis segera ya, jangan sampai melucuti porsi cinta kita pada-Nya..sungguh, jangan sampai ya….

Ahh…cinta, sungguh hanya pada Allah semata.

Tuesday, September 4, 2007

Manusia kah ?


Saya tidak menyukai berbicara mengenai keletihan, kelelahan atau apapun namanya itu. Hal-hal tersebut hanya milik orang-orang lemah. Namun adakalanya saat kelelahan dan keletihan menjulang, segala tameng pembelaan begitu mudahnya berjajar. Rapih dan kokoh.

Manusia-kah ?

Ya, saya pikir. Allah menciptakan manusia, perempuan dan laki-laki, dalam keadaan lemah. Tak berdaya. Jadi sudah sewajarnya jika ia mengenal keletihan dan bergulat dengan kelelahan. Bahkan mungkin berkubang dalam semuanya itu.
Saya pun tidak menyukai berbicara mengenai kesedihan dan kehampaan atau apapun sebutan orang untuk itu. Hal-hal tersebut hanya milik orang-orang kerdil. Namun adakalanya saat kesedihan dan kehampaan begitu menjeratnya, seluruh baja ketabahan runtuh seketika. Hancur lebur tak bersisa.

Manusia-kah ?

Kembali, ya, saya pikir. Bahkan di tengah kebesaran sebuah hati, selalu ada titik-titik kerdil yang menggumpal. Menjerit dan membubung. Melangit. Tak teredam.

Tapi ingatkah, duhai hati yang bergejolak, himpitan rasa yang berpadu kelam.

Bukankah Allah pun menghadirkan Islam ? Sungguh, bukankah Allah menghadirkan Islam ?

Yang dengannya menyelaraskan setiap ketimpangan, melapangkan seluruh kehimpitan, menyejukkan segala kegersangan, membasuh utuh, celupan Allah…
Ya..Allah, bantu aku... Bismillah
setelah tahajudku
03:30, 4 september 2007

Belajar Lagi….

Janganlah kamu nikahi wanita karena kecantikannya, karena boleh jadi kecantikan itu akan membinasakannya, dan janganlah kamu menikahi mereka karena hartanya, karena boleh jadi harta itu akan menjadikannya sombong, tapi nikahilah karena agamanya.
( HR Ibnu Majah)

Hidup untuk belajar

Begitulah akhir dari sebuah perkenalan blog sahabat saya, yang telah mengajarkan banyak hal kepada saya akhir-akhir ini. Begitu sempurna dan humble maknanya.

Yah, belajar tiada henti. Jika kita ingin memasuki dunia baru, skill baru, maka kita harus belajar. Ada suatu cerita, Pernah suatu ketika kita diharuskan untuk presentasi dalam keperluan bidding untuk pengadaan dalam hal ***** di Peruri. Mau tidak mau kita juga harus belajar secara kilat. Segala hal technical, merk dan pricing kita pelajari, tanpa ada yang terlewat sedikitpun. Kita baru ngeh, O.oo ternyata harganya mahal, O.oo ternyata ada 2 merk yang bersaing, O.oo ternyata yang diperlukan a,b,c,d…,O.oo ini itu…kebanyakan O.oo jadi lebih tahu pada akhirnya.

Begitu juga kalo kita mau nikah, Perlu belajar.

Sekitar Mei tahun lalu, saya mendapatkan teguran ikhwan “Ya, kamu itu harus belajar, nikah butuh belajar” begitu kata seorang teman saya di Jogja.

Waktu itu ya, saya bener-bener tidak tahu, wong nikah kok pake belajar, belajar apa lagi? Tinggal pacaran, Cocok, ijin orang tua, kumpulin duit, nikah. Beres. Begitu pikir saya.

Ternyata salah sodara-sodara.
Bener, seperti teman tadi, nikah memang butuh belajar, kecuali bagi panjenengan yang menganut prinsip jahiliyah seperti saya dulu diatas. Secara Islami, saya sangat-sangat setuju nikah butuh belajar.

Baru akhir-akhir ini, ketika dibutuhkan ilmu, ketika merasa saya sangatlah kerdil dan bodoh, ketika saya benar-benar haus ilmu tentang rumah tangga, akhirnya saya borong buku-buku bertemakan seperti nikah dll. Tidak ketinggalan adalah buku-buku Fauzil Adhim, Cahyadi Takariawan, dll

Banyak, sungguh banyak sekali, hal-hal yang saya kurang ketahui, bagaimana cara taaruf, bagaimana cara meminang, bagaimana menentukan pilihan, pelaksanaan khitbah, bagaimana mengolah informasi, apa beda menyegerakan dan tergesa-gesa, dimana kita dapat wanita-wanita barakah, undangan-undangan mubazir, ahh.pokoknya macem-macem.
Jadi tidak hanya, mencari gedung dimana, menu catteringnya apa saja, busana keluarga yang akan dipakai apa.

Tidak, saya tidak akan mengkhotbahi gimana-gimana nya, wong saya juga belum kelar bacanya. Masih terus membaca berbagai buku serta brainstorming dengan teman-teman yang telah nikah.
Sekian dulu lah, pokoknya semua butuh belajar, nikah butuh belajar, dan hidup adalah untuk belajar.

SELAMAT untuk KIKY, Rizky Maharani Eka Putri yang baru saja menyempurnakan separuh dien-nya, semoga menjadi keluarga yang SAKINAH, MAWADDAH WA RAHMAH serta BERKAH.
Terimakasih atas segala diskusi kita dan pelajaran yang sangat berharga...MENUJU YANG LEBIH BAIK.

Monday morning 3/09/07

Kita dan Kesempurnaan (1)

“Fabiayyi aalaaai rabbikumaa tukadzibaan”
maka nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan ?

Kita wajib bersyukur, semua saja harus bersyukur, atas semua yang telah Allah berikan kepada kita. Kita bisa melihat, bisa mendengar, bisa berjalan, bisa membaca, bisa berpikir, bisa bekerja, bisa beramal, bisa bersedekah, bisa merasakan nikmatnya makan, bisa menikmati masa-masa sekolah dan kuliah, bisa melihat dengan benar, bisa berjalan tanpa pincang, mata kita sempurna tidak juling, kaki kita sama tidak panjang sebelah, jari tangan kita utuh tidak kurang dan tidak lebih, semua itu anugerah Allah.

Tadi siang di lampu merah saya melihat, tukang penjual buah dingin siap saji yang biasa kita beli seribuan, berjalan dengan pincang mendorong gerobak buahnya, agak berlari karena lampu sudah hijau, sedang jalannya tidak begitu sempurna. Tapi saya lihat raut wajahnya tidak menampakkan kegaluan, tetap ridho, tetap semangat.

Maka nikmat Tuhan yang mana lagi yang kamu dustakan ?

Di sebuah Masjid, ashar tadi saya juga melihat, seorang bapak berumur 60an tahun, mungkin dia kurang bisa melihat, mungkin buta, berjalan dengan tongkatnya menuju masjid. Dari fisik kelihatan dia masih sehat, cuman matanya kurang melihat barangkali. Mata boleh buta, tapi lihatlah hatinya, suara adzan telah mengantarkan hatinya untuk menuju rumah Allah, mata tidak melihat bukan halangan untuk tetap berjalan menuju Masjid.

Maka nikmat Tuhan yang mana lagi yang kamu dustakan?

Seperti biasa, minggu malem sehabis magrib tadi, di Masjid ada Tafsir. Salah seorang yang cukup aktif mengikuti adalah seorang bapak umur 35 an mungkin. Yang saya tahu si bapak itu bukan penghuni komplek, dia biasa bawa Honda Stream seri terbaru. Malam ini kebetulan saya berada di depan menghadap jamaah yang lain, jadi beberapa kali saya perhatikan tingkah laku jamaah di depan saya, namun saya benar-benar tidak menyangka, saya perhatikan si bapak tadi matanya sedikit agak juling (mohon maaf), namun dia tidak minder, dia tetap percaya diri.

Maka nikmat Tuhan yang mana lagi yang kamu dustakan?

Sabtu pagi, saya mendapatkan sms dari staff saya, katanya tidak bisa memenuhi janji yang kemarin disepakati, karena keponakannya yang baru berumur 6 bulan kurang pendengarannya, jadi harus menemani saudaranya di Rumah Sakit. Saya berpikir..Umur 6 bulan tidak bisa mendengar bisa mengakibatkan anak bisu, karena tidak ada informasi masuk, tidak ada input yang bisa di proses.

Maka nikmat Tuhan yang mana lagi yang kamu dustakan?

Selama hidup ini saya kenal betul dengan seorang bocah umur 6 tahunan. Lumayan cerdas, bahasa arab dan Inggris pun dia kuasai. Dalam mengemukakan pendapat pun dia tanpa tedeng aling-aling, semua dikomentari. Untuk anak seumuran itu, jarang sekali dia menangis. Bahkan cukup dibilang berani karena setiap hari pulang sekolah naek angkuran kota sendirian. Namun, Allah menganugrahi bocah itu bibir sumbing waktu lahir dulu.

Maka nikmat Tuhan yang mana lagi yang kamu dustakan?

Bayangkan,....
jika kakak kita yang dianugrahi Allah kaki yang tidak simetris, tidak sama panjangnya, Bayangkan secara detail jika Ayah kita yang dianugrahi Allah mata namun tidak bisa lagi melihat. Bayangkan jika Allah juga memberikan kita mata yang bisa melihat namun juling, Bayangkan jika kita mempunyai adik namun bibirnya sumbing, bayangkan jika kita punya sepupu kecil yang pendengarannya tidak normal.
Apakah itu semua terjadi pada keluarga kita ? Tidak kan ??


Maka nikmat Tuhan yang mana lagi yang kamu dustakan?

Pernah tidak kita melihat anak-anak kecil umur 7-10 tahun di jalanan membawa gerobaknya untuk memungut barang-barang rongsok. Menyeberang jalan diantara perumahan elite dan jalanan yang penuh mobil.
Sedangkan adik-adik kita, sepupu-sepupu kita, keponakan-keponakan kita, masih nonton televisi ataupun main game di rumah, masih merengek untuk minta handphone seri terbaru, mau motor buat sekolah.

Maka nikmat Tuhan yang mana lagi yang kamu dustakan ?

Namun kenapa kita masih selalu meminta kepada Allah, meminta kebahagiaan dunia yang artinya hanya sebatas materi, sebatas nafsu sesaat, sebatas egoisme. Sebatas gengsi semata.

Kenapa tidak sadar bahwa kebahagiaan dunia adalah kita bisa melihat, mendengar, berjalan, mengecap, menghirup, buang air kecil dan lain sebagainya dengan sempurna.

Kenapa dalam doa kita kita selalu berharap, punya mobil mewah, rumah mentereng, posisi yang cukup menjanjikan, kesuksesan yang cepat, anak-anak yang sekolah di tempat elit dan sebagainya.

Maka nikmat Tuhan yang mana lagi yang kamu dustakan?

Ketahuilah, bahwa kita sempurna....Lihat diri kita penuh kesempurnaan. Iya kan?

Maka nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan?
Maha Agung Tuhanmu Yang mempunyai Kebesaran dan Karunia. Maha benar Allah dengan segala firman Nya.



Fabiayyi aalaai rabbikumaa tukadzibaan
taked from Ar Rahman
minggu, 2 september 2007 22:34

Friday, August 31, 2007

Allah tidak pernah salah

Allah mengetahui apa-apa yang ada di hadapan mereka dan di belakang mereka, dan mereka tidak mengetahui apa-apa dari Ilmu Allah, melainkan apa yang dikehendaki Nya….

Kadang kita merasa hidup ini tidak adil. Ada saja yang tidak sesuai dengan rencana dan keinginan kita. Kita sudah berusaha semaksimal mungkin, merencanakan sebaik-baiknya, namun hasil tidak sesuai dengan yang diharapkan. Selalu tidak sempurna, menurut kita.

Tapi Allah Maha Tahu. Semua sudah diatur Allah, Rejeki, Jodoh dan Maut sudah ada yang atur.

Allah Maha Mengetahui, Rejeki untuk kita sudah diatur,

Kesempatan, Kebetulan, dan serangkaian sudah menjadi scenario hidup masing-masing dari kita. Allah sudah mengatur, tergantung kita mau atau tidak menjemputnya. Tidak ada suatu peristiwa kebetulan. “Karena kebetulan saya kenal dengan Pak A, akhirnya saya dapet project itu..”. “Karena saya dapat kesempatan bertemu dengan Pak T satu setengah tahun yang lalu, sampai saat ini saya selalu dapat menembus birokrasi……”. Bukan, itu bukan kebetulan, bukan juga kesempatan.

Baiklah, kalo kita bilang itu usaha kita, kita sudah berusaha semaksimal mungkin. Namun semua atas kehendak Allah, semua Allah yang mengatur. Saya tidak pernah mengharapkan mendapatkan project seperti itu, saya tidak pernah memimpikan bisa masuk dalam dunia raja-raja kecil , yang untouchable…. Ya, tidak pernah sama sekali, tapi itu semua sudah Allah yang mengatur.

Allah Maha Mengetahui, Jodoh untuk kita sudah diatur.

Allah tidak pernah salah, mungkin kita mencintai seseorang, tidak ada yang lain di hati kita, namun tiba-tiba berita itu datang, bahwa kita bukan jodohnya. Bahwa kita tidak bisa meneruskan kebersamaan dalam mengarungi hidup bersamanya. Tapi Allah Maha Tahu, semua ada hikmahnya. Seperti dalam doa istikharoh kita, “ Ya Allah, apabila Engkau mengetahui bahwa persoalan ini lebih berbahaya bagiku dalam agama, perekonomian dan akibatnya kepada diriku, maka singkirkanlah persoalan tersebut dan jauhkan aku daripadanya, …”

Kalo kita serahkan semua kepada Allah, pasti bener. Ya..Pasti benar. Allah tidak pernah salah, Allah Maha Tahu.

Allah Maha Mengetahui, Maut kita sudah diatur.

Allah sudah memberikan jangka waktu, kapan kita harus berpulang kepada Nya. Mungkin kita akan meninggal dengan masa tua, mungkin kita dipanggil dengan cara sakit, mungkin dengan cara sewaktu kita tidur, mungkin dalam sebuah kecelakaan,mungkin dengan keadaan tenang, Waallahualam. Allah Maha Tahu, Semua sudah diatur.

Jangan pernah berputus asa dari Rahmat Nya, Allah Maha Pengasih, Allah Maha Penyayang, Allah Maha Kaya, Allah Maha Kuasa. Allah Maha Tahu. Allah Maha Pengatur Segalanya.

mungkin bidadari dan sahabat yang selama ini saya mimpikan belum datang,..masih disimpan Allah
mungkin Allah mempersiapkan dia utuh, hanya untukku
mungkin dia sedang memperbaiki diri, begitu juga aku.
Aku rela Ya Allah apapun yang Kau kehendaki,
Rab, bantu aku…Bismillah
31 agustus 2007

Fatamorgana lagi….

Jumat malam 20: 02, teman saya F, sms “ eh..si **** mo merried tuh”

Tidak, saya tidak kecewa, saya tidak bersedih, saya tidak menangis, sungguh.

Ketika beberapa waktu terakhir saya mempersiapkan diri untuk taaruf kepadanya, setelah istikharoh dan dimantapkan hati, segala buku tentang itu saya pelajari,tanya sana-sini tentang taaruf,.. tapi mungkin Allah berkehendak lain,

Yah, mungkin itu fatamorgana lagi……

Mungkin sholat dan dzikir malamku kurang, mungkin puasa sunahnya belum sesuai niat yang lurus, mungkin sodaqohku kepada anak yatim belum seberapa, dan mungkin istikharohku belum benar,

Aku selalu percaya, bahwa Allah selalu memberiku kemudahan, Allah selalu kasih aku yang terbaik.

“Ya Allah perkenankan aku untuk memperbaiki diri... lebih baik lagi”

Friday, August 17, 2007

In Memorian

catlya, kamis, 17 agustus 2000, pukul 14.20

Suasana catlya yang sejuk dan nyaman serta semilir angin, membuat hari libur 17 agustus, ngantuk dan bermalas-malasan. Keadaan yang tenang tiba-tiba dikejutkan benda jatuh keras sekali, yang membuat terkaget-kaget,menghilangkan kantuk yang sudah di depan mata, seperti suara seng jatuh…Ya..mungkin kelapa di samping menjatuhi kanopi penghubung ke dapur, pikir saya. Saya lihat ke depan tidak ada hal aneh,…Beberapa menit kemudian seorang teman yang turun ke bawah berteriak……..

Kita semua tahu, Allah swt menciptakan makhluknya, menghidupkannya dan pada suatu saat juga mencabut nyawanya. Semua yang hidup, semua yang bernyawa pasti akan mati. Kita tidak bisa terpisah dari itu semua. Lahir, Jodoh dan mati itu ada di tangan Allah, tidak ada satu makhluk pun yang dapat meramalkanya.Dan kita sebagai manusia, tidak tahu jalan yang seperti apa yang kita lewati.

Pak Saeun, tukang kebun, penjaga sekaligus janitor dan macem-macem lah kerjaannya di tempat tinggal kami di catlya. Orangnya sangat baek, terhadap tetangga kanan-kiri juga dikenal sebagai orang yang ringan tangan. Dia berasal dari Jawa, daerah Kebumen kalo tidak salah, dulu pernah bilang seperti itu.

“Jalan hidupnya memang sangat pahit” begitu kata sahabat Saya, Om Pramono waktu itu. Saya sendiri tidak tahu detailnya seperti apa.

Menurut saya Pak Saeun orangnya bener-bener tidak mengecewakan dalam hal pekerjaan dan tanggung jawab di Catlya. Seumpama ada telpon ia juga tidak segan-segan berlari mengangkatnya, Kalo ada lampu mati ataupun atap yang bocor juga cepat ia betulkan. Lingkungan seluruh catlya juga tidak luput dari perhatiannya. Rumput-rumput hijau di depan sering banget di pangkas, sehingga kalau main bola serasa di Old Trafford, begitu kata Budi teman saya.

Dalam hal agama pun dia bener-bener taat. Sejauh pengamatan saya setiap abis subuh dia mengaji, sehabis magrhrib pun begitu pula. Dan beliau juga sering melaksanakan puasa sunah Senin-Kamis. Paling tidak itulah tolak ukur saya sebagai orang awam yang baru sekitar tujuh bulan kenal dan tinggal di catlya, Sebagai single parents dia juga bisa berperan ganda. Waktu itu beliau tinggal bersama anaknya, Ratna namanya, tahun 2000 masih baru masuk SD si Ratna ini. Lumayan pinter kalo dilihat ya, sehingga membuat Pak Saeun bangga sekali.

Masih segar dalam ingatan saya, hari kamis siang itu. Abis sholat dhuhur saya dan Lukman makan di Padang, Perempatan. Waktu Pulang masuk pelataran catlya, Pas di bawah pohon rambutan, kami di lemparin ranting-ranting, dari atas pohon… “Tak ajar lho On” begitu kata Om Lukman kepada Pak Saeun, yah…begitulah kami selalu bercanda.

Sehabis makan siang, beberapa dari kami sudah ada di lantai atas, bermalas-malasan, ada Pramono, Reza, Lukman dan Saya, sementara Tofik ada di Kamar bawah…Rizal ?? Kayaknya lagi di Amrik dia..Pak Saeun dengan dibantu seseorang sedang bersih-bersih di sekitar catlya, Sewaktu saya setengah terlelap tiba-tiba dikejutkan suara seperti seng jatuh, setelah saya lihat keluar ternyata tidak ada apa-apa.

3 menit setelah suara itu, Om Pramono yang mau tidur ke kemar bawah teriak-teriak minta tolong…Apa yang terjadi ?? Saya lari kebawah dan di bawah kanopi terlihat Pak Saeun dengan membawa golok di tangan kanannya jatuh, Darah dari hidung, kuping dan kepala bagian belakang mengalir. Reza tidak berani keluar..

Saya disuruh mencari taksi atau angkot untuk mengangkut ke RS. Kami pun cepat-cepat bawa ke Rumah Sakit di Bakti Yudha Depok, Pramono duduk di depan, sya dan Tofik di belakang megangin bedan pak Saeun yang terus mengerang kesakitan, darah kental dari hidung dan telinga saya masih ingat persis kentalnya. Sedangkan si Lukman membawa motor biar gampang kemana-mana. Sesampai di RS Depok ternyata disuruh kirim ke RSCM. Memang keadaannya cukup parah. Kami semua lalu ke RSCM. Sampai malam, menurut dokter rongga batang otaknya membengkak, jadi tidak ada ruang. Dan kecil kemungkinan untuk terselamatkan.

Pas tengah malam, kami meninggalkan RSCM, karena beberapa sodaranya sudah datang.

Pulang ke Catlya, saya tidak berani tidur di kamar saya, saya tidur di kamar lukman.

Paginya, kami mendapatkan Telp dari RS bahwa sekitar jam setengah lima pagi Pak Saeun meninggal, tidak sadarkan diri dari jatuh hingga meninggal. Innalillahi..Beliau meninggal dalam keadaan Puasa.

Jenazah beliau langsung di bawa ke Kebumen, kampungnya. Kami tidak sempat melihat untuk yang terakhir kalinya.

Akhirnya kami semua Cuma bisa berdoa semoga amal kebaikan dan kebajikan Pak Saeun diterima Allah swt, Dan kami yakin Allah memberikan jalan yang terbaik bagi beliau. Dan mungkin saja inilah kemerdekaan sebenarnya bagi beliau atas derita pahitnya selama hidup..

Doa kami menyertaimu Pak Saeun..

Ojo Dumeh

Jadi orang itu ojo dumeh

Itulah ucapan yang selalu saya ingat dari Ibu Sutinah Dwiastuti, seorang ibu yang mempuyai jabatan tinggi dan beberapa usaha yang cukup sukses. Patut diteladani.

Sebagai manusia, kadang kita dihinggapi rasa ke Aku an, rasa tinggi hati dan super ego diri kita, yang hal tersebut tentu saja merusak diri dan nilai kita sebagai hamba dan makhluk bermasyarakat ini.

Kadang, kebaikan kita, keberhasilan kita dan kesuksesan kita justru merupakan benang-benang untuk merusak diri itu, tentu saja dengan catatan jika tidak bisa menempatkannya.

Self destructive habits itu adalah biang utama persoalan kunci untuk mengatasinya adalah dengan membumi dengan realitas masa kini dengan kecerdasan social yang terus berubah.

Bahaya self destructive habits ini antara lain pengakuan terhadap realitas baru yang tidak kita sukai, bangga yang berlebihan, puas diri yang lahir dari masa lampau, kini dan selanjutnya.

Selain itu juga semboyan dan keyakinan yang kurang tepat antara lain : SUCCESS is Forever (sukses adalah selamanya), bahwa menurut saya semua ada batasnya bahkan alam semesta oun ada waktu kapan terjadi dan kapan akan musnah. Lainnya, SUCCESS is never ending, Bukankah setiap ada permulaan selalu ada finish nya, semua ada batasnya…

Yang pasti kata-kata FOREVER itu tidak ada, menurut saya.

Yahh,..selagi kita sukses, selagi kita di berkahi harta yang berlebih, ….Selagi posisi kita bagus….Ojo Dumeh

Ingat semua ada batasnya…

Semoga kita mengenali self destructive habis dalam diri kita menuju perubahan yang selalu berubah menjadi menusia yang kekal di alam akherat…

“Dan yang Kekal dan abadi hanyalah milik Allah”

Bismillah....

Wednesday, August 15, 2007

Tutupan USD hari ini




Jam 10.03





Tutupan hari ini Jam 17.40


Friday, August 10, 2007

Arti seorang Sahabat

Beberapa dari kita menyebutnya sahabat perjalanan hidup…
Sebagian lebih sederhana mengatakan teman seperjuangan…
Bagi yang romantis menyatakan kekasih hati…
Teruntuk yang telah menikah mengakui bahwa Tuhan menciptakannya agar kita tidak merasa kesepian…
Sejauh mana beda dari semua itu?
Kenapa bersahabat?
Benarkah hidup terlalu keras untuk dijalani seorang diri?
Atau karena kita ingin menumpahkan rasa sayang dan cinta yang ada dalam hati?
Mungkinkah karena kita memiliki sesuatu yang sejalan hingga kita menyamakan orang lain dengan apa yang kita rasakan?
Dan benarlah betapa mudah mengajak seseorang untuk bergabung dalam kegembiraan kita.

Sungguh! Betapa sulit mencari sahabat diwaktu kita tengah kesusahan
Memang....kita semua begitu tidak menyukai penderitaan, meski kita tahu tidaklah mungkin bisa lepas darinya…
Meski kita semua tahu hidup hanyalah ritme bergantian antara kesedihan dan kesenangan…
Walau kita sadar kebahagiaan hanya milik orang-orang yang pernah menderita dahulu .Dan tiap orang pastilah punya arti sendiri dalam memaknai penderitaan dan kebahagiaan.
Siapa yang kita anggap sahabat?
Apakah seseorang yang tiada pernah menyakiti kita?
Mungkinkah seseorang yang tidak akan pernah meninggalkan kita?
Betulkah seseorang yang kita memutuskan untuk mempercayainya?
Atau seseorang yang tidak pernah mengatakan kebaikannya pada kita?
Seumpama kita bisa mendengar hati orang lain dan memang benar mau mendengar?
Tak pernah ada yang mempunyai cita-cita untuk jadi orang jahat dan hidup tidak berbahagia…
Seandainya kita bisa melihat dan memang benar mau melihat?
Ketika seseorang tengah tertidur pulas Kita akan bisa untuk lebih berfikir beberapa kali sebelum berani sekedar berprangsangka keji apalagi untuk menyakitinya..
Tetapi kenapa itu terkadang terpaksa harus?
Disaat kita tiba-tiba merasa peduli dengan seseorang, kita seolah bisa merasakan apa yang sedang menjadi bebannya dan kita ingin meringankannya…Namun terkadang kita sangat acuh kepada seseorang yang benar-benar membutuhkan kita.
Apa yang kita cari?Untuk siapa dan untuk apa kita di ciptakan didunia ini?
Apa beda kita dengan orang lain?Sedalam kelemahan kita harusnya kita lebih sering berkata “maaf” dibanding “aku” jika kita memang manganggapnya sahabat…Setinggi keinginan kita harusnya kita lebih berbahagia berkata “aku tidak mau merepotkanmu” dibanding “mengertilah diriku” jika kita telah mengerti bahwa dia sahabat kita…
Membayangkan kita berbahagia sendiri sedang sahabat-sahabat kita kesusahan haruskah kita makan dan tidur dengan tenang?Mungkin lebih baik semua sahabat telah berbahagia dan kita turut berbahagia meski itu harus berbohong demi perasaan itu…Karena surga masih terlalu luas untuk semua ini, kenapa tidak berbagi?
Bertahanlah, karena sahabat kita adalah semua yang pernah hadir dalam hati…Berterimakasihlah, sahabat kita adalah semua yang telah membentuk kita hingga menjadi seperti sekarang ini…
Bersiaplah, karena kita akan masih kehilangan banyak sahabat untuk menemukan sahabat-sahabat baru sepanjang perjalannan hidup kita.

Terimakasih sahabat, untuk semuanya sahabat-sahabat di Catlya. Sungguh beruntung waktu itu periode 2000-2004, saya masih bisa menikmati kebersamaan di Catlya, diskusi, bercanda dan jahil adalah makanan kita sehari-hari.

Tidak ada orang Catlya yang tidak sukses. Bang Ajud (43th), PNS dan Pengusaha di Balikpapan, Rizal (33th), Depok, Calon menteri yang terus sekolah, Pramono (35 th), manager operasional usaha di Jogja, Reza (32th) Account Manager sukses dan funky, gaya metrosexual, Jakarta. Taufik (33th) Accounting nya Garuda Indonesia, Batak Baik Hati, Kalimalang. Yanuar Lukman (31th), dosen edan di Undip, Riecky (31th), jakarta, manager dan owner biro travel. Dan saya sudah sangat bersyukur dengan sekarang ini. Mulai menguasai jkt.

Memang kita bersahabat, namun dalam project yang saya dapatkan kali ini bener-bener berbeda, Ricky,muka cina yang selalu sharing ilmu dan discuss nya, yang terus support for All my business, thanks udah rela kumintai tolong, disuruh-suruh dan bentak-bentakan. Reza, thank juga terus memonitor dan jalannya project, thnx udah diajari bnyak bgt. Selalu mau diajak ketemu dimana aja, Pagi-pagi ngafe di blok M.

Special for sahabat
To Rizal selamat Jalan menempuh S3 nya Jzal, keep contact, kirim-kirim imel ya…
Bang Ajud, jangan sombong, kapan maen ke jakarta lageee? Tunggu aja undangannya boss
Tofik, masih sakit-sakitan Om, udah punya istri kok masih penyakitan
Tukiman alias Mance alias Lukman, kalo ke semarang anter lagi yo
Thnx All, Catlya tak akan habis untuk selalu diceritakan.

Thursday, August 9, 2007

Senyum

Sambut hari dengan sebuah senyuman yang terpancar di wajah maka hari-hari pun akan menjadi indah

Senyum adalah sebuah hal yang sederhana, mudah dan murah dilakukan. Tapi kenapa kita sekarang pelit tersenyum, tidak seperti sewaktu kita masih bayi atau masih kecil ? Padahal hasil dan dampak positifnya luar biasa. Mengapa bisa demikian ?

Boleh dicoba, saat berjumpa dengan orang yang belum kita kenal, senyum adalah senjata ampuh untuk mencairkan suasana, orang yang tadinya cuek dan berprasangka aneh-aneh terhadap kita akan melunak. Senyum dan sapa, itulah kunci utama ketika kita berjumpa dengan orang. Di escalator kantor kita bekerja misalnya, kita lemparkan senyum terhadap sesama pengguna. Jangan sok cuek dan diem saja.

Karena hal itu akan menunjukkan hal yang positif. Walaupun kadang-kadang senyumnya kelihatan kaku karena dipaksakan. Hanya bibirnya yang ditarik, tapi mukanya, gayanya, matanya, sikapnya, kesannya tidak ikut tersenyum. Terasa palsu.

Senyum yang tulus dengan hati terbuka akan memancarkan sikap mental yang positif. Akan memancar kehangatan dari orang tersebut. Sebuah perasaan yang mudah menular. Juga menunjukkan keterbukaan kita dengan orang lain. Terasa sebuah perasaan keyakinan (confident) akan hidup ini. Dan yang terasa lainnya, apapun yang kita katakan akan terasa lebih manis dan enak didengar dan menyenangkan bagi orang lain.

Senyum adalah hal yang sederhana, mudah dan murah untuk dilakukan tapi hasilnya luar biasa. Bertelpon sambil tersenyum, meski di sana tidak melihat kita tersenyum, membuat terasa lebih ringan dan menimbulkan kebahagiaan. Dan ini menular ke lawan bicara. Seperti anak kecil atau bayi yang kita lihat, kalau mereka tersenyum atau tertawa, kemudian kita menjadi senang sekali.

Namun sejalan dengan waktu, di mana waktu kecil kita sering tersenyum dan tertawa, menjadi perlahan-lahan hilang dalam kehidupan kita. Karena kita ditekan atau diberi stress yang besar dalam pekerjaan dan permasalahan hidup. Karenanya mari kita mulai tersenyum lagi. Karena akan menimbulkan sebuah sikap mental yang positif dan menjadikan diri kita menjadi orang yang lebih sukses lagi.

ketika masalah dan kerisauan datang..pandanglah dengan positif...sambutlah dengan senyuman karena dibalik itu semua tersimpan berjuta makna dan pahala yang Allah berikan untuk membuat umat-Nya menjadi lebih baik...

Mari tersenyum, karena senyum adalah salah satu sedekah juga lho...-

Just Do It

I have contribution on execution strategy

Begitu kira-kira yang saya lihat beberapa kali tulisan di belakang jaket seorang pengendara sepeda motor di lampu merah dan beberapa jalanan di daerah Selatan. Saya tidak tahu pastinya dari perusahaan mana pengendara motor itu, bagus sekali, mungkin seorang sales, atau mungkin yang lain, yang pasti menurut saya cukup bagus dalam membangun teamwork dalam bisnis.

Kembali ke kata-kata yang berada di belakang jaket itu. Sebaik dan sehebat apapun ide-ide atau sasaran-sasaran yang telah Kita tetapkan, tidak akan menghasilkan sesuatu apapun, jika semua itu tidak segera Kita lakukan. Di dunia ini sebenarnya banyak sekali orang yang memenuhi syarat untuk bisa sukses, tetapi mereka ada kehilangan satu unsur pelengkap utama kesuksesan. Unsur itu adalah kemampuan untuk menyelesaikan suatu hal, untuk mendapatkan suatu hasil. Itulah yang dinamakan "Tindakan".

Setiap upaya untuk menghasilkan "hasil", setiap pekerjaan kecil maupun besar dalam bidang apapun itu; sangat memerlukan orang yang berpikir untuk bertindak. Meskipun Kita sudah menuliskan ide-ide maupun sasaran-sasaran yang cemerlang, membuat peta perjalanan menuju kesuksesan Kita; itu semua belum cukup untuk benar-benar bisa meraih sukses. Kita tidak akan pernah sampai ke tujuan Kita, jika Kita tidak segera mulai melangkah, melakukan tindakan-tindakan nyata sesuai dengan arah sasaran-sasaran Kita sendiri. Ide-ide maupun sasaran-sasaran Kita itu harus dilaksanakan, barulah Kita akan mengetahui sampai dimana Kita sekarang ini.

Ide-ide atau sasaran-sasaran sederhana yang dilaksanakan dan dikembangkan adalah seratus persen lebih baik, dari pada ide-ide atau sasaran-sasaran hebat yang "mati" karena tidak pernah dilakukan. Sehebat apapun ide atau sasaran Kita, jika tidak segera Kita ditindaklanjuti untuk meraihnya, maka itu akan sia-sia saja bagi Kita; tidak ada hasil apapun yang Kita peroleh. Setiap hari ribuan bahkan jutaan orang "mengubur" ide-ide atau gagasan-gagasan bagus karena mereka "takut" untuk melaksanakannya. Banyak orang punya rencana cemerlang demi masa depannya, tapi mereka takut untuk bertindak ke arah tujuannya.

Perasaan takut bertindak ini dulu sering terjadi pada diri saya sendiri. Takut bertindak ini sebenarnya lebih disebabkan oleh pikiran kita sendiri. Seringkali pikiran kita "mengecoh" diri kita dengan perasaan takut, "was-was", ragu-ragu untuk melakukan suatu hal yang sudah kita rencanakan. Jadi langkah awal yang saya lakukan saat itu adalah "melakukan apa yang saya takutkan". Ternyata itu benar-benar sangat mujarab efeknya dan sangat positif pengaruhnya pada diri saya. Saya justru tidak merasakan adanya perasaan takut lagi, setelah saya melakukannya. Ini sungguh ajaib bagi saya. Ternyata "tindakan mengalahkan rasa takut". Tindakan bisa menghilangkan ketakutan yang sebelumnya "menggerogoti" pikiran saya.

Jika perasaan takut melakukan sesuatu juga terjadi pada Kita, cobalah "lakukan apa yang Kita takutkan" itu. Tentu saja dalam konteks ini adalah melakukan semua hal yang positif. Kalau yang Kita takutkan itu sebenarnya mempunyai "hasil akhir yang positif", segera saja lakukan, bertindaklah; maka tindakan Kita akan menghilangkan rasa takut tadi. Kita merasa takut bicara di depan umum, coba lakukan yang Kita takutkan...bicaralah di depan umum. Kita takut menghadap pimpinan di perusahaan tempat Kita bekerja, cepatlah menghadap pimpinan Kita. Kita takut ditolak calon klien Kita, segera buatkan penawaran bisnis Kita. Kita takut mengeluarkan pendapat, cepatlah bicara. Kita merasa takut, bertindaklah.

Gagasan atau ide atau rencana memang penting, tetapi itu saja tidak cukup. Semuanya itu akan jauh lebih bernilai dan membawa manfaat jika dilaksanakan. Ingatlah, semua yang sudah ada di muka bumi ini, semua hal yang bisa membuat kehidupan kita semakin baik, nyaman, adanya berbagai fasilitas yang mempermudah kita; itu semua berawal dari sebuah ide atau sasaran yang dilaksanakan. Ide-ide yang dilanjutkan dengan tindakan untuk mencapainya, akan benar-benar berubah wujud menjadi nyata.

Milikilah kebiasaan untuk selalu segera bertindak, jangan biasa menunggu apapun itu. Jangan menunggu situasi dan kondisi enak dan nyaman lebih dulu, jangan menunggu dunia sempurna lebih dulu, baru Kita mau bertindak. Jika Kita sudah memiliki kebiasaan bertindak, maka semua keinginan Kita pasti bisa lebih mudah Kita raih.

Kesuksesan tidak akan diperoleh dengan hanya mengangankannya. Kesuksesan hanya bisa dicapai dengan rencana pasti, kejelasan sasaran, didukung oleh keinginan yang pasti, dan melalui tindakan-tindakan serta ketekunan secara terus menerus. Ingatlah ini, begitu Kita memiliki sebuah gagasan atau ide atau sasaran, segera tetapkan dan cepat lakukan dengan semangat membara. Jangan menunggu terlalu lama untuk bertindak menuju sasaran Kita. Ubahlah "kebiasaan menunggu", dan gantilah dengan "kebiasaan bertindak".

Jangan banyak menimbang-nimbang. Jangan menunda untuk memulai. Satu-satunya cara untuk mengatasi keinginan menunda adalah dengan memulai. Jangan pernah merasa takut untuk bertindak. Kalau Kita merasa takut, bertindaklah. Cara untuk melawan rasa takut terhadap apapun itu adalah dengan tindakan.

Sekali lagi, Kita harus segera melakukan tindakan, tindakan dan tindakan...sekarang juga. Kata "sekarang" adalah satu "kata ajaib" untuk kesuksesan. Kata-kata seperti: nanti, besok, minggu depan, bulan depan, suatu saat, suatu hari, dan banyak kata yang senada lainnya; hanyalah suatu sinonim untuk kata "kegagalan". Sudah banyak terjadi, suatu cita-cita, impian-impian, sasaran-sasaran bagus yang tidak pernah terwujud, karena Kita sering menggunakan sinonim kata kegagalan tadi: "Iya, saya akan memulainya suatu hari nanti..". "Insyaallah, minggu depan saya akan mencobanya...". "Coba nanti saya pikirnya dulu...".

Kalau Kita benar-benar menginginkan sukses, seharusnya Kita mengatakan, "Oke, saya akan memulainya sekarang juga". Saya tahu nasihat Benjamin Franklin, "Jangan menunda hingga esok, apa yang dapat Kita kerjakan hari ini". Ingatlah, jika Kita berpikir dan bertindak dalam istilah sekarang pasti membuat segala sesuatunya selesai, tetapi kalau Kita menggunakan istilah nanti, besok, minggu depan, bulan depan, suatu saat, suatu hari, maka biasanya Kita akan gagal. Tumbuhkan dalam diri Kita..."kebiasaan bertindak". Kebiasaan bertindak pasti mengantarkan Kita menuju kesuksesan hidup.

Saya jadi teringat seorang sahabat saya, yang punya ide-ide lumayan brilian, tapi sayangnya ide-ide nya itu tidak disertai dengan tindakan-tindakan yang berani. Yah, akhirnya cuman sekedar ide saja, tidak menghasilkan apa-apa, bukan begitu Fren? Hehe..Come on, katanya 2010, indonesia di tangan kita, Buktikan dong …