Friday, March 27, 2009

Mengukur Diri dalam Dimensi Waktu

Apa sebenarnya yang paling berharga dalam hidup ini menurut anda? Uang, emas, perhiasan, kedudukan, mobil mewah atau popularitas?

Mungkin sebelum menjawab bisa juga ditambahkan satu buah pertanyaan lagi, yaitu: sumber daya alam apa yang sangat amat terbatas dan tidak dapat diperbaharui, jika sudah berlalu maka tak akan ada proses recycle? Jangankan recycle, substitusi atau penggantian saja tidak mungkin dilakukan! (backsound: tahan dulu jawabannya)

Jika uang hilang atau emas dicuri bisakah kita menemukan lagi atau mungkin mencari penggantinya?

Jika kedudukan dan popularitas adalah komoditas yang sangat dicari dan dikejar oleh sebagian orang, apakah kedua hal tersebut bisa menjamin hidupnya menjadi bahagia dunia dan akhirat?

Sebelum ngelantur kemana-mana tulisan ini, saya hanya ingin sekedar mengingatkan kepada kita pada sebuah pepatah arab, waktu itu bagaikan pedang, bisa jadi kamu mampu menebasnya atau kamu akan ditebas oleh waktu tersebut.

Sesungguhnya waktu itu adalah kehidupan itu sendiri. Orang rela habis-habisan untuk bisa membayar biaya pengobatan agar mampu bertahan hidup. Artinya uang bukanlah sesuatu yang sangat berharga dibandingkan kesehatan. Dan kesehatan sebenarnya adalah syarat kehidupan seseorang (baca: waktu hidup) itu bisa berjalan dengan normal dan baik.

Nah, terjawab kan pertanyaan di atas. :)

Berangkat dari situ, semangat saya tergugah kembali untuk mendalami konsep “Breaking the Time” pak Satria Lubis atau jagoan motifator lainnya terkait manajemen waktu…

Jika kehidupan itu adalah sumber daya yang amat terbatas—sudah pasti akan berakhir—tentu hidup itu adalah sesuatu yang sangat berharga dibanding apapun agar ia bisa dimaknai secara mendalam, menjadi modal kebaikan untuk kita pertanggungjawabkan kepada Sang Pemberi Amanah Waktu tersebut.

24 jam hari ini tidak akan pernah terulang pada hari-hari berikutnya (dengan catatan kita memang masih punya jatah hari-hari berikutnya) Jika malam nanti, misalnya: kita game over, maka sudah stop, taman kreasi kita cukup sampai disitu saja.

Ada seorang ulama yang mengatakan bahwa waktumu tidak akan pernah cukup dibandingkan dengan tugas dan amanahmu. Maka terobosan bagaimana mengoptimalkannya adalah sebuah kunci kesuksesan hidup itu sendiri.

Sebagai seorang muslim, tentu kita bisa memaknai bahwa setiap detik kehidupan adalah dalam rangka menjalankan peran sebagai hamba-Nya. Artinya setiap detik kehidupan tersebut bisa bernilai ibadah dalam aspek spiritual, menjadi sebuah tangga menuju ridho-Nya. (Apapun perannya, dan bentuk aktivitasnya, bahkan ke WC sekalipun).

Namun kali ini—dalam tulisan ini—saya sekedar mencoba mengukur diri (muhasabah) secara matematis parsial terhadap alokasi waktu yang telah saya gunakan dengan mengklasifikasikan segala aktivitas dan peran dalam domain waktu sepekan. Batasan permasalahannya adalah bahwa masing-masing aktivitas kita anggap tegak lurus, tidak saling bersinggungan dan tidak ada korelasi atau hubungan sama sekali. Ini dilakukan agar saya bisa mengukur batas terburuk alokasi waktu pada setiap kategori aktivitas dapat terukur dan bisa dianalisis dengan baik.

Dan hasilnya adalah sebagaimana table di bawah.
Cukup sedih…

Untuk kategori aktivitas yang murni terkait tentang penambahan keilmuan, tsawofah-fikriyah hanya mengambil porsi 5% saja! (artinya dalam 10080 menit dalam sepekan, aktivitas yang dialokasikan pada kegiatan ini berkisar: 480 menit saja). Apa kabar belajar bahasa arab? Apa kabar tentang setumpuk buku yang belum tuntas di baca dan dibuat resume-nya? Apa kabar tentang hapalan Quran dan Hadist, apa kabar tentang penambahan penguasaan di bidang teknologi informasi, dan apa kabar pula tentang penambahan kepahaman terhadap fiqh dan muamalah Islam?? Wow... makin tersudut saja diri ini. :(

Sedangkan untuk aktivitas yang bersifat insani (terkait makan-minum, mandi/MCK, istirahat, rehat, tidur, dan exercise/olahraga) memakan porsi yang paling banyak, yaitu sekitar 31%. Artinya dalam satu pekan mengambil porsi sekitar 3090 menit, atau kurang lebih 8 jam dalam sehari. Normal untuk ukuran orang biasa, namun jika dibanding orang-orang besar dalam sejarah peradaban manusia termasuk tidak normal... terlalu banyak porsinya.

Namun, kadang memang tubuh ini menuntut haknya pula. Dan kita tak mempunyai pilihan lain. Andaikan tubuh ini ada 2 (konfigurasi 1+1 Hot stand by) maka alangkah nikmatnya... saat satu working maka yang lain akan stand by.. (backsound: ngelantur!! Emang perangkat telekomunikasi!! :)

Untuk kegiatan khusus yang bersifat spritual (sholat, tilawah, dzikir dll) memakan jatah sebesar 18% atau setara dengan 1785 menit dalam sepekan.

Untuk waktu khusus bersama keluarga (termasuk bermain dengan anak, bermesraan dan bercanda dengan istri, rekreasi, jalan-jalan, dll) sebesar 19%. Fiuuh,... ini tidak termasuk jika ternyata harus keluar kota atau mendadak harus dinas troubleshooting menangani gangguan jaringan GSM. Bisa lebih tak menentu dan tentu lebih kecil dari itu. Oooh...

Kalau hal ini dirasa kurang, mungkin alokasi untuk tidurnya memang akan dikurangi. Hehehe.. demi anak dan istri-walaupun ngantuk-ngantuk atau capek harus tetap sepenuh hati melayani keriuhan anak-anak bermain... hehehe.

Untuk porsi terbesar kedua adalah aktivitas yang terkait dengan bussiness profesional dalam kuadran: employee.. (backsound: hics.. masih di kuadran ini nih.. belum pindah ke kuadran Investasi, atau bussiness owner) yaa... sementara masih jadi orang gajian alias buruh... hehe

Porsi yang terkait untuk kegiatan soceaty community atau sosial kemasyarakatan ternyata baru memakan porsi 4% saja... hics... atau setara dengan 440 menit dalam sepekan. Dan tentu hanya ada pada 2 hari akhir pekan dengan sedikit mengorbankan waktu berharga bersama keluarga. Kegiatan ini meliputi rapat organisasi, meeting ormas atau LSM, aksi sosial, hingga aksi lainnya.

Bagaimana dengan hubungan dengan tetangga? Nah ini lah PR terbesar yang terbengkalai. 7 hari dalam sepekan ketemu tetangga paling pas mau pergi ke masjid saja… say hello and give the smile… hehehe… sesekali ikut kerja bakti ngebersihin parit dan jalanan saja. Itu pun 2 bulan sekali agendanya…

So… waktu kita ini memang amat sangat terbatas…
Sumber daya yang amat mahal. Tak tergantikan!!
Dan ia tak akan pernah cukup memenuhi kebutuhan, keinginan, harapan dan angan-angan manusia, juga untuk kerja, tanggung jawab, amanah dan tugas kita...

Fiuuuh...
Its just Breaking the time…
Brothers…

Resiko kecil

Resiko hanyalah persoalan persepsi. Resiko itu besarnya ekivalen dg apa yang kita inginkan. Ketika kita bersemangat untuk mencapai tujuan, maka resiko akan terasa kecil. (Paul Hanna)

Monday, March 23, 2009

Merangkul Kesedihan, Cinta melahirkan keajaiban.

Setiap manusia dilahirkan dengan sebuah kelengkapan perasaan, ada suka ada duka, ada sakit ada kenikmatan, ada kecintaan ada kepedihan, ada manis ada pahit, ada kebahagiaan dan ada kesedihan.

Mereka datang sebagai saudara kembar, yang silih berganti menjenguk kita, menemani kita dan membesarkan diri dan jiwa kita.

Cinta melahirkan keajaiban, cinta menciptakan pesawat terbang, menemukan benua Amerika, membuat komputer dan interne. Cinta melahirkan kebesaran dan keagungan. Cinta yang agung salalu menyentuh kita dan menitikkan air mata haru.

Kita harus belajar menikmati kesedihan kita. Kegagalan adalah saudara kembar kesuksesan, tak ada arti tawa bila tangis tidak kita lalui. Lihatlah betapa dekat mereka: Orang yang sangat berbahagia akan menangis dan orang yang sangat sedihpun tertawa hambar. Hidup penuh dengan semua hal itu dan terjadi pada semua orang. Presiden ataupun tukang becak akan sama bahagia dan sedihnya menghadapi keagungan kehidupan ini.

Ketika kita sudah mulai dapat menikmati kesendirian kita tanpa kesepian, merangkul kesedihan kita tanpa menyalahkan, maka secara perlahan kita mampu mengupas duka kita sehelai demi sehelai dan menjadikannya rasa syukur dan suka cita.

Kata Khalil Gibran: Kebahagiaan adalah kesedihan yang telah terbuka kedoknya. Tawa dan tangis berasal dari mata air yang sama.

Ketika kita mengejar sukses dan kebahagiaan, kita akan terperangkap dan terjebak pada hutan liar, kupu2 hanya akan datang sendiri saat kita diam dan termenung menikmati kesedihan kita. Karena ketika ketenangan menjenguk kita, semua akan terlihat lebih terang, tanpa perlu menyilaukan.

Kegelapan dapat menyembunyikan meja, kursi, pohon, batu, gunung, tetapi ia tidak dapat menyembunyikan cinta.

Nikmatilah apapun yang datang dan menjenguk kita. Arti terbesar hidup ini pada akhirnya adalah perjalanan hidup ini sendiri. Tidak ada tujuan akhir, yang ada hanyalah sebuah perjalanan panjang yang harus kita nikmati.

Tidak ada kebencian, tidak ada penyesalan, tidak ada pengurbanan, yang ada hanyalah rasa syukur yang dalam dan cinta tanpa batas waktu.

Sunday, March 22, 2009

Tentang Ikhlas dan yang kita miliki

Yang Indah hanya sementara
Yang Abadi hanyalah kenangan
Yang Ikhlas hanya dari hati
Dan yang tulus hanya ada dari sanubari


Tidak mudah mencari yang hilang
Dan tidak mudah mengejar impian
Namun jauh lebih susah adalah mempertahankan apa yang ada

Karena...

Yang tergenggam bisa terlepas,
dan yang terikat justru membelenggu

Jika kita tidak memiliki yang kita sukai
Maka sukailah apa yang kita miliki.

Tuesday, March 3, 2009

My Life is mine

Kemarin saya ngobrol banyak dengan "adek saya", tentang hidup.

I've just read Ice's blog,sahabat yang udah lama gak contact, ngebahas tentang kesempatan dan pilihan. Eh bukan ding, judulnya : Belajar Mencintai Seseorang Yang Tidak Sempurna Dengan Cara Yang Sempurna.
Sangat menyentuh. Silakan baca sendiri.

My stupid analysis again yah , Katanya semakin kita dewasa, semakin bagus kita mengambil keputusan. Ironisnya semakin kita dewasa pilihan-pilihan yang ada semakin sedikit. Banyak hal-hal yang (kita biarkan?) mengekang hidup kita dan karenanya membutuhkan kita untuk memilih satu dan mengorbankan lainnya.

My life is mine. I create the options. And I make the decisions. My regrets and victories are of my own responsibility.

Ya Allah, berilah aku kekuatan menentukan pilhan. Sesungguhnya hidup ini dijalani untuk mencari ridhoMu. Bantu aku mencarinya.

Monday, March 2, 2009

S.M.A.R.T

Untuk menentukan goal setting harus memenuhi syarat SMART:

1. Spesifik.Harus punya tujuan yang spesifik.

2. Measurable. Bisa diukur. Saya mau kenal dengan 20 orang.

3. Attainable. Harus dapat dicapai, dengan sumber daya dan kemampuan kita yang ada.

4. Realistic. Anda hanya mau kenal 20 orang dalam dua bulan, bukan 200 orang dalam sebulan. Itu tidak realtistik.

5, Timely. Ada waktunya. Jadi dua bulan saya kenal 20 orang baru, yang akan saya catat nama dan alamatnya. Dan persahabatan itu akan saya gali lebih dalam persahabatan ini.

Ini adalah sebuah cara untuk memperluas ruang kenyamanan kita. Meninggalkan ruang kenyamanan, mencoba melakukan sesuatu yang baru yang nantinya akan membawa keberuntungan dan kesuksesan yang lebih baik dalam kehidupan kita.