Friday, November 30, 2007

Joyfull

“Mas, proposal dan ide kamu jadi itu ya, approved..Kita ketemuan dulu”
“Ok seep, dimana”
“Jam abis lunch, jam 2 an lah, bawa mobilku aja mas, tar ku jemput deh di daerah Selatan ”
” Ok deh..No problem. Konfirm ke gue dua hari sebelumnya yak”
“InsyaAllah Mas..,bye”


Syukur aku bilang, setelah sekian lama menunggu proposal dan ideku tentang pembuatan bisnis ****** mendapat persetujuan dari salah satu investor. Tak disangka sudah lumayan cukup lama.
Joyfull….

****

“Ke Citoz ya pak“.
“Mau lewat tol?”.
“Gak usah deh , jam segini lancar kok“.
Supir taxi bluebird ini menyapaku ramah. Selain mobil yang bersih dan relatif baru, yang aku sukai dari si burung biru ini adalah supirnya yang ramah dan senang bercerita.
“Ramai hari ini?”
“Ya begitulah pak. Namanya orang cari rejeki“.

Pertanyaan pembuka itu selalu kuajukan kalau aku menumpang taxi. Menyenangkan untuk berbincang-bincang dengan mereka. Banyak hal yang bisa dilihat dan digali. Dan sering tanya jawab basa basi gini berubah menjadi ajang curhat. Ada yang curhat tentang kondisi di kampung halamannya, ada yang curhat tentang keluarganya, ada curhat tentang ideologi politis mereka, bahkan ada yang menangis curhat bagaimana anak perempuannya menikah tanpa memberi kabar padanya.
Aku tak bermaksud untuk mengorek-orek kehidupan orang lain ataupun untuk mau tahu urusan orang lain. Aku hanya ingin mendengar cerita mereka, melihat dunia dari sudut pandang orang lain dan terkadang aku hanya ingin membunuh waktu selama jam perjalanan.
Terima kasih aku telah diberi “jendela-jendela” untuk melihat dunia dan hidup dari sudut pandang yang beragam.

Joyful..

***
“Terima kasih pak” sambil ku angsurkan uang 50-ribuan padanya. Dia tersenyum dan mengucapkan terima kasih.
Masih kurang 15 menit dari jam perjanjian. Aku berdiri di lobby sambil menunggu dan melihat-lihat. Salah satu kegemaranku adalah melihat keramaian, melihat orang melakukan aktifitas.
Mall ini adalah salah satu mall yang ramai. Siang dan malam sama ramainya. Siang banyak pegawai kantor atau bos-bos yang makan siang ataupun mengadakan meeting disini. Entah meeting atau meeting.
Ibu-ibu mengandeng anaknya, abg-abg putri yang lucu dan imut banyak bersliweran di sini. Malamnya juga begitu, ramai. Apalagi malam-minggu, sepertinya semua orang jakarta selatan makan malam disini. Tapi enaknya, “pemandangan”-nya indah. Setidaknya menunggu bukanlah hal yang membosankan jadinya.

Joyful…

***

Mobil Yaris hitam itu masih terjebak macet di pintu masuk mall ini. Menunggu giliran untuk masuk dan melewati lobby. Pengemudinya gadis muda cantik. Berbaju biru muda dengan jilbab gaulnya berwarna putih bermotif bunga. Wajahnya sedikit cemberut, mungkin kesal menunggu antrian hanya untuk masuk ke mall ini.
Aku tersenyum melihatnya. Sebenarnya semua orang juga tampak cemberut untuk menunggu. Macet, hanya karena banyak mobil yang menaikkan dan menurunkan penumpang di lobby yang tak begitu besar ini. Rasanya orang-orang Jakarta ini perlu diberi bekal kesabaran lebih banyak lagi.
Jalur mulai sedikit bebas, Yaris hitam itu makin mendekat ke lobby.
Aku agak berlari mendekati mobil itu, membuka pintu dan duduk di sebelah gadis itu.
“Dah lama?” tanyanya.
“Lumayan“.
jawabku sambil tersenyum.

Siang yang panas dalam mobil ber-AC bersama gadis yang cantik...

Tuesday, November 20, 2007

Asmuni dan wibawa Jawanisasi

Saya kok tiba-tiba ingat dengan pelawak Srimulat ini, pelawak dengan khas kumis nya yang selebar dua ruas jari, ketawanya yang khas dan selalu ber blangkon.

Asmuni itu kenangan dari hiburan rakyat, jaman kita puas dihibur oleh Presiden yang sama sejak G-30S, oleh pertumbuhan ekonomi > 6%, oleh program KB nasional, oleh 1 siaran TVRI, oleh Aneka-Ria Safari, oleh liputan hari ABRI, oleh liputan Kelompencapir, dan oleh program swasembada beras.

Asmuni itu lambang perjuangan nasional para batur/pembantu yang ingin maju tetapi tetap kampungan. Asmuni lambang orang kaya desa, bangga dengan blangkon, cincin akik, perkutut dan sekuter. Asmuni juga representasi kebanyakan pejabat PemDa, camat, lurah, RT-RW, berusaha wibawa tetapi tetap tolol dalam tindakan.

Tetapi Asmuni melawan. Asmuni melawan keterbelakangan yang seolah menjadi nasib masyarakat kelas bawah. Asmuni melawan kemapanan. Asmuni melawan mitos penguasa adalah orang bijak. Asmuni mentertawakan Jawanisasi bawah sadar era Suharto.

Asmuni itu vintage. Besar di era Orde Lama, Asmuni termasuk artis 3 jaman.

Apakah Asmuni seorang ekonom? Bisa jadi….
Well.. it might be a long shot. Tapi ini beberapa quote Asmuni yang saya ingat:

1. On German efficiency "saya sudah konsultasi penyakit dengan dokter dari Jerman, namanya dokter Bode" dengan gaya dia yang sok serius sambil mengacungkan jari tangan.,
dr Bode itu figur virtual di iklan obat Bodrexin dan Bodrex

2. On factor specialization "kamu sana belio rokok di Madiun"
konteksnya majikan ingin bermesraan, pembantu tetap harus kerja

3. On social issue "Lho.. orang kaya kok salah..!?? hahaha"
orang kaya sombong

4. On moral hazard "kamu tungguo di sini, saya ta' nunggu di nJombang"
konteksnya Timbul/pelayan disuruh menunggu datangnya Drakula sementara pejabat desa ngacir

5. On exchange economy "awas.. Keris ini asalnya dari ular.., ularnya saya jual terus dibeliken Keris"

6. On poverty ".. saya in cuma bisa makan CAP JAE…” (cap cay)Chinese food adalah konsumsi elite era Ordelama. Konsumsi rakyat biasa nasi jagung.

and the last, quote dia yang sangat terkenal…

7. On permutation ".. itu adalah hil yang mustahal .."


Selamat jalan Asmuni. Indonesia kehilangan salah satu seniman besarnya. Asmuni meninggal akhir Juli 2007