Monday, May 28, 2007

Risiko atau Resiko ?

"Kalau berani ambil risiko maka rizki akan datang. Asal mula kata rizki adalah risiko”

Mana yang sesuai EYD yang benar ? Risiko atau Resiko, saya tidak mempunyai buku referensi tentang itu, tapi menurut intuisi saya yang bener kok risiko. Coba dicek lagi ! Bagi yang sering baca Intisari coba tanya ke Pak JS Badudu.

Sekilas pernyataan yang disampaikan diatas ini memang tampak menggelikan. Namun jika kita renungkan lebih jauh memang ada benarnya. Orang-orang yang tidak berani mengambil risiko umumnya tidak berbuat apa-apa yang mereka tidak akan mendapatkan prestasi gemilang. Mereka yang termasuk kelompok ini umumnya berpendidikan sangat baik dan mengetahui segala dampak yang timbul dari setiap tindakan yang diambil. Alhasil, setiap langkah terlihat “menakutkan” dan membuat mereka memilih lebih baik berdiam diri saja. Mereka memilih untuk tetap tinggal di dalam kotak atau comfort zone dibandingkan harus melakukan sesuatu yang berisiko.

Saya tidak bermaksud menghujat para cendekiawan ini karena saya sadar negeri ini sangat membutuhkan orang-orang pintar yang punya kepedulian terhadap negeri ini. Namun di sisi lain, kita juga memerlukan orang-orang yang punya keberanian untuk memulai sesuatu yang tidak pasti. Misalnya, ketika terjun berwirausaha, ada kemungkinan untuk untung atau buntung. Tanpa orang-orang seperti ini, bumi pertiwi akan sulit keluar dari krisis dan mencapai masa keemasannya. Coba lihat Om Williem dengan Astra nya walaupun sekarang telah terzhalimi, Pak Djoen dengan Konimexnya, ataupun Budi Santoso yang memulai sebagai pedagang keliling yang sekarang telah menciptakan Kaki Tiga dan Guru Gila kita Pak Purdie dengan Primagama nya.

Orang-orang yang tidak berani mengambil risiko umumnya selalu memikirkan skenario terburuk. Misalnya, bagaimana kalau nanti gagal? Bagaimana kalau barangnya tidak laku? Bagaimana kalau produk saya nanti ditiru orang? Bagaimana kalau konsumen akhirnya pindah ke produk pesaing? Dan seterusnya. Menurut saya, sesekali memikirkan skenario terburuk ada baiknya karena membuat kita lebih siap. Namun memikirkannya setiap saat hanya akan membuat nyali kita ciut.

Bicara mengenai risiko memang amat menarik. Saya pernah membaca satu artikel yang pada intinya mengatakan sesungguhnya semua hal itu berisiko. Ada syair seperti berikut kira-kira.
Tertawa berisiko kelihatan tolol. Menangis berisiko kelihatan cengeng.
Mengulurkan tangan kepada orang lain berisiko ikut terlibat.
Menunjukkan perasaan berisiko memperlihatkan diri Anda yang sesungguhnya.
Memaparkan ide dan impian Anda di depan orang banyak berisiko dicuri.
Mencintai berisiko tidak dicintai. Hidup berisiko mati.
Berharap berisiko kecewa. Mencoba berisiko gagal.


Seorang tokoh pernah menulis bahwa risiko tetap harus diambil karena bahaya terbesar dalam kehidupan adalah tidak berani mengambil risiko. "Orang yang tidak berani mengambil risiko tidak melakukan apa pun, tidak punya apa pun dan bukan apa-apa. Mungkin dia menghindari penderitaan dan kesedihan tetapi dia tidak bisa belajar, merasakan, berubah, bertumbuh dan mencintai. Karena dirantai oleh kepastiannya, maka dia adalah budak. Hanya orang yang berani mengambil risiko sajalah yang merdeka!" katanya.

Orang yang ingin maju harus berani berspekulasi. Dalam hal tertentu, semakin besar risiko yang kita ambil maka akan semakin besar pula hasil yang bisa kita dapatkan (high risk high gain).
Pertanyaannya sekarang, apa batas tertinggi dari risiko yang harus kita ambil? Jawabannya hanya satu: ambillah risiko yang sesuai dengan batas kemampuan kita. Jangan terlalu dipaksakan. Sayangnya hal inilah yang sering dilupakan orang, terutama ketika akan terjun berwirausaha. Banyak sekali yang ingin usahanya langsung besar atau memulai dengan modal sangat besar yang merupakan utang bank padahal tidak diimbangi dengan kemampuan mengelola risiko dengan baik. Alhasil, dalam waktu singkat usahanya pun gulung tikar.

Orang-orang yang tidak berani mengambil risiko ibarat mereka yang hanya mampu melihat bunga mawar sebagai bunga berduri. Mereka tidak berani mendekat karena selalu takut tertusuk duri. Sebaliknya mereka yang berani mengambil risiko mampu melihat keindahan mawar di balik durinya yang tajam. Mungkin pada tahap mereka akan tertusuk duri, namun lambat-laun mereka semakin ahli untuk menghindarinya dan semakin dapat menikmati keindahan bunga berduri ini.
Silakan Anda pilih yang mana?

No comments: