Monday, July 30, 2007

USD ....Turunlah


Posisi rupiah terus meluncur di Rp.9210 / USD di hari senin 30 Juli 2007. Bahkan senin Pagi sempet pada level Rp.9250/USD...

Tantangan demi tantangan terus bermunculan. Bismillah..ya Allah semoga dalam 2 hari ini dollar kembali ke level Rp.9000 Pass.
Dipertaruhkan sebuah kepercayaan yang telah diemban. maka hari ini juga (Selasa, 31/07/2007) harus membuat keputusan berdasarkan logika, hati dan intuisi, dan insyaAllah benar...
USD tidak akan pernah turun lagi, bahkan Gubernur BI baru akan bertindak setelah tanggal 7 Agustus 2007.
So, kita harus berani ambil keputusan itu, sebelum Rupiah melemah, dan profit berkurang serta hilang trust....Bismillah.

Friday, July 27, 2007

Obrolan di Pesawat

Apa yang kita lakukan saat berada dalam perjalanan menggunakan pesawat? Membaca majalah atau buku yang kita siapkan sejak tadi ? Sibuk mengerjakan sesuatu dengan laptop kita? Atau malah bengong, ngeliatin pramugari yang cukup cantik ?

Semua boleh dilakukan, sah-sah aja, selama tidak menganggu orang lain dan melanggar kepentingan umum serta etika.

Kalo saya pribadi lebih suka ngobrol dengan penumpang lain di deket kita. Dengan senyum dan sapaan, darimana mau kemana, acara apa, dan sebagainya sebagai obrolan pembuka. Maka beberapa saat setelah itu, kalo orangnya juga enjoy ngobrol dan sharing, akan langsung ngobrol ngalor ngidul kemana-mana.

Tapi ada juga yang cuman, jawab seperlunya. Nah, kalo sudah seperti itu saya kadang langsung baca majalah ato buku yang sudah saya siapkan sebelumnya.

Tepat seminggu yang lalu, hari jumat jam 12.55 dari suatu kota saya menuju Jakarta. Karena sholat jumat dan makan siang dulu, saya jadi agak terlambat, Loket Check In sudah tutup . Seperti biasa…Tapi kali ini sebelum jumatan saya sudah check in duluan.

Duduk di pintu 2A, di samping saya seorang Ibu, kalo dilihat sepintas seumur Ibu saya forty something lah. Ibu ini ramah sekali, dia menceritakan tentang anak-anak nya yang beranjak dewasa, dia juga sangat bersyukur dengan keadaan anak-anaknya yang tidak neko-neko dan tidak terbawa arus kenakalan, yang kita tahu, sangat-sangat parah untuk pergaulan remaja saat ini.

“Semua itu tergantung dari rumah” begitu Ibu tadi memulai percakapan panjangnya. Iman dan didikan dalam rumah akan memberikan suatu benteng yang kuat untuk menangkal arus-arus negative yang terjadi. Didikan sedini mungkin bagi anak dengan Iman, akhlaq adalah pondasi utama yang diperlukan.

"Siapa yang bertanggung jawab terhadap semua itu ?" katanya melanjutkan. Yang pertama adalah Ayah dan Ibu nya. Dan yang paling berperan adalah Ibu. Ibu adalah character builder bagi keluarga. Memang Kepala Keluarga adalah Suami, tapi peran Istri dalam kehidupan keluarga memegang peranan yang sangat penting.

"Oleh karena itu...", katanya lagi. Memilih istri tidak boleh sembarangan. Tidak boleh asal, Tidak boleh hanya karena cinta, tapi berpikirlah lebih luas. Pertimbangkan bahwa kita akan membina sebuah keluarga, kita akan mempunyai anak, jadi tidak sekedar cinta saja. Dari total 100%, Cinta hanya menyumbang 25%. Berpikirlah dengan Logika dan tidak hanya hati.

Pilihan seseorang terhadap pasangan hidupnya harus berasal dari kehendaknya yang bebas, cerdas dan bijaksana. Agar bisa mempertanggungjawabkan apapun konsekuensi pilihan itu.

Kemudian dia mendiskripsikan ciri-ciri wanita yang layak dijadikan istri, ibu bagi anak-anak kita diantaranya dia bilang begini :

Wanita itu harus salehah, istri salehah adalah penenang dan penolong dalam masalah agama dan dunia, sebab dia akan bersikap dan berperilaku berdasarkan rasa takut kepada Allah dan pengetahuan bahwa keridhaan suami merupakan salah satu penyebab keridhaan Allah kepadanya. Istri harus berada di atas suami dalam empat hal yaitu kecantikannya, budi pekerti, penjagaan diri serta akhlaknya.

Yang kedua adalah akhlak. Akhlak mulia adalah tanda keimanan yang membuat istri takkan menyakiti suami.

Yang ketiga adalah keturunan. Jangan terpikah wanita cantik yang berasal dari keluarga buruk. Selain itu juga harus menghindari wanita yang terdidik secara buruk. Kemudian dia bilang manusia adalah watak dari dirinya plus sifat warisan dari orangtuanya. Budi pekerti yang buruk sama dengan sifat warisan yang buruk dari orangtua.

Itu saja mungkin yang harus diperhatikan untuk memilih seorang istri, dalam menjalani kehidupan rumah tangga. Dan yang paling utama istri dikatakan berhasil apabila bisa mendidik anak menjadi anak yang sholeh, dan taat pada agama, tidak terseret arus pergaulan remaja yang negatif. Begitu ibu di sebelahku tadi menutup pembicaraan tentang wanita.

Saya cuman bisa mendengarkan dan mengiyakan saja, mendengarkan nasehat sang ibu sebelah saya tadi. Yahh,selama dalam pesawat beliau yang memonopoli pembicaraan, dan bahan obrolannya kok ya pas,..

Akhirnya pesawat mulai mendarat di Cengkareng, kamipun berpisah setelah saya pamit menuju toilet untuk merapikan diri karena akan langsung ketemu orang setelah dari bandara.

Begitulah, sekelumit obrolan di jalan, tanpa kenal nama, dsb, yang pasti menurut saya obrolan-obrolan seperti ini adalah salah satu proses belajar. Belajar terhadap pengalaman orang lain.

Seseorang yang berhenti belajar maka akan berhenti pula kemampuannya. Padahal masalah yang dihadapi tak akan pernah berhenti, bahkan bertambah.
Oleh Karena itu, tiada hari tanpa belajar.

Thursday, July 26, 2007

Ini faktanya……..

Tadinya saya benar-benar tidak percaya terhadap hasil penelitian Pusat Penelitian Kependudukan UGM yang dilakukan pada 2005, tentang penelitian seks pranikah di Kota Yogyakarta. Dari hasil penelitian itu menyatakan 97,05% mahasiswi dari 1660 responden telah melakukan hubungan seks pranikah. Tolong dicatat, Mahasiswi, Sodara-sodara.

97.05% bukanlah suatu angka yang sedikit. Perhitungan sampel acaknya secara bodo dari 100 orang cewek cuman 3 yang belum melakukan seks pranikah, Astagfirullah….


“ Riset lainnya, yang dilakukan Sahara Indonesia Foundation,di Kabupaten Bandung menghasilkan 38.288 remaja Kabupaten Bandung diduga pernah berhubungan intim di luar nikah atau melakukan seks bebas. Berdasarkan hasil polling, 20% dari 1000 remaja pernah melakukan seks bebas. Jumlah remaja di Kabupaten Bandung sebanyak 765.762 Jadi remaja yang melakukan seks bebas antara 38.288 sampai 53.603 orang.” (Pikiran Rakyat, 29 Juli 2004)


Hasil penelitian-penelitian ini sangat-sangat mengejutkan saya, kenapa remaja yang hidup di negeri yang katanya agamis ini berperilaku seolah-olah seperti di negeri yang tanpa agama. Apa yang sebenarnya terjadi dengan remaja, berarti ada yang salah dengan tatanan masyarakat selama ini.

Menurut saya pribadi, awal dan asal muasal itu semua terjadi adalah istilah yang namanya pacaran.

Selama ini kita menganggap bahwa pacaran itu adalah metode untuk melakukan pendekatan untuk mengenal lebih dekat. Namun kenyataannya tujuan itu jarang yang tercapai. Karena umumnya alih-alih melakukan pendekatan, yang terjadi justru melakukan sekian banyak bentuk kemaksiatan.

Nonsense, bagi yang pacaran cuman ngobrol-ngobrol doang, tanpa acara pegang tangan, dan sebagainya yang lebih parah. Boleh deh, taruhan potong jari, kalo nggak ada acara gituan. Bahkan, saya sangat benci melihat orang-orang munafik, pemuda yang sok alim dan pemudi berjilbab, di jalan bergandengan, yang saya tahu bukan muhrim. Di kafe, saya juga melihat pemuda yang kelihatannya sok alim lagi berpegangan tangan dengan seorang berjilbab. Dimana Iman mereka ? Dimana ilmu agama mereka ? Dimana Allah ? Yahhh...seperti tulisan saya terdahulu, STMJ (Sholat Terus Maksiat Jalan) Dijamin..banyak banget dahh..

Buktinya, berapa banyak pasangan muda yang sebelum menikah sempat pacaran bertahun-tahun, bahkan ada yang sampai 5 hingga 10 tahun, sayangnya begitu mereka menikah langsung cerai dan hancur berantakan rumah tangganya. Belum lagi meningkatnya kasus hamil di luar nikah oleh pasangan sendiri dan juga perilaku seks bebas di kalangan mahasiswa dan mahasiswi, bahkan para pekerja dan eksekutif muda lebih parah.

Istilah pacaran itu sendiri sudah merupakan kelaziman di tengah masyarakat dimana pasangan tidak sah melakukan serangkaian aktifitas bersama.

Dan realitas di tengah masyarakat sudah mengenal persis aktifitas pacaran itu yang identik dengan apel malam minggu (namanya apel sudah pasti berduaan, , juga nonton ke bioskop berdua, berboncengan sepeda motor, berduaan di mobil, jalan-jalan berduaan, makan di restoran berduaan, tukar menukar SMS, saling bertelepon siang dan malam dan semua aktifitas lain yang mengasyikkan.

Intinya adalah kebersamaan dan berduaan. Hampir sulit dikatakan pacaran bila semua itu dilakukan bersama-sama dalam kelompok besar.

Bahkan hakikat pacaran adalah pada keberduaannya itu. Inilah pacaran yang dikenal masyarakat dan bukan yang tertulis dalam kamus. Jadi dengan pengertian yang lazim dikenal masyarakat sekarang ini tentang pacaran, maka tidak bisa lain semua itu adalah khalwat yang diharamkan.

Islam sudah memperingatkan laki-laki dan wanita yang bukan mahram untuk tidak menyepi berduaan karena yang ketiganya adalah setan.

Penelitian diatas mungkin hanyalah contoh yang ada di Kota-kota berbasiskan kampus seperti Jogja, Bandung, Malang, dsb, kita tahu yang namanya anak kuliah walaupun uang sakunya gede tapi mungkin juga belum bisa sebebas-bebasnya.

Pengamatan di lapangan sendiri, saya yang telah beberapa lama di Jakarta melihat mungkin akan lebih parah dari Jogja, Alasan pertama, orang-orang di Jakarta adalah notabene orang yang telah memiliki penghasilan sendiri, sehingga dia akan lebih leluasa untuk menggunakan uangnya sendiri. Yang kedua kontrol dari orangtua,...

Banyak sekali kenalan-kenalan, teman yang telah banyak melakukan penyimpangan seperti itu. Sayang belum ada penelitian untuk para pekerja dan eksekutif tentang pergaulan bebas seperti ini. Yang saya yakin pasti lebih parah.

Banyak orang tua di Jakarta yang merelakan anak gadisnya, di bawa-bawa seorang pemuda yang berjanji akan menikahinya. Berangkat kerja bareng, makan malem bareng, dsb. Itu orang tua yang ada di jakarta ? Bagaimana kalo dia tinggal di Apartemen, tanpa orang tua ? Tinggal di tempat-tempat kos, dsb ?

Hotel bintang 4 di bilangan Salemba- Matraman-Cempaka Putih sampai Mampang, hanya Rp 140.000 per malem...So ??? Anda bisa terka sendiri.....Dan itu lah faktanya...

Astagfirullah.....

Saturday, July 21, 2007

Ta'aruf atau Pacaran ??

Ta'aruf sebagai sarana yang objektif dalam melakukan pengenalan dan pendekatan. Ta'aruf sangat berbeda dengan pacaran. Ta`aruf secara syar`i memang diperintahkan oleh Rasulullah SAW bagi pasangan yang ingin nikah. Perbedaan hakiki antara pacaran dengan ta'aruf adalah dari segi tujuan dan manfaat.

Jika tujuan pacaran lebih kepada kenikmatan sesaat, zina dan maksiat. Sedang ta'aruf jelas sekali tujuannya yaitu untuk mengetahui kriteria calon pasangan.

Dalam pacaran yang biasa dikenal oleh muda-mudi pada masa kini dihiasi oleh pegangan tangan, ciuman, pelukan, berdua-duaan di satu tempat, dan sebagainya. Semua itu tentu saja diharamkan dalam agama selama keduanya masih belum merupakan suami isteri.

Adapun taaruf sebagai sarana yang dibenarkan oleh Islam untuk menuju ke jenjang pernikahan tidaklah demikian. Meski tujuannya sama-sama untuk lebih mengenal calon, namun cara yang dipakai tidak boleh keluar dari rambu Islam.

Taaruf adalah model perkenalan yang Islami. Taaruf bisa dilakukan jika seorang laki-laki memang ingin menikah dan telah menjatuhkan pilihan kepada seorang wanita. Dalam kondisi demikian, sebelum melamar dan melangkah lebih jauh, ia perlu terlebih dahulu mengenalnya dengan cara di antaranya:

o Memandang wajah dan fisiknya. Mughirah bin Syu’bah meriwayatkan bahwa ia hendak melamar seorang perempuan. Maka, Nabi saw. bersabda, ”Lihatlah ia! Dengan itu kalian berdua bisa lebih abadi.” (HR Ahmad, Ibn Majah, Tirmidzi, Ibn Hibban, dan Darimi). Serta merta ia menghadap orang tuanya dan menceritakan apa yang diperintahkan Rasulullah kepadanya. Kelihatannya kedua oang tuanya tidak suka. Namun, sang gadis yang mendengar hal itu dari dalam kamarnya berkata, ”Jika Rasulullah memerintahkanmu untuk melihatku, lihatlah!” Mughirah berkata, ”Maka, akupun melihatnya kemudian menikahinya.” Tentu saja yang boleh dilihat dari fisiknya adalah wajah, kedua tangan, serta sejumlah bagian yang bisa membuatnya tertarik; tanpa berlebihan dan melampaui batas.

o Bercakap-cakap dengan sang calon di tempat terbuka atau di sebuah tempat tertutup yang disertai mahramnya.

o Mengenali tingkat intelektualitasnya, cara bicaranya, serta kepribadiannya lewat percakapan tadi. Ini semua termasuk dalam bagian sabda Nabi, ”Jika seseorang di antara kalian melamar seorang perempuan dan ia mampu melihat sebagian dari apa yang bisa mendorongnya untuk menikah, maka lakukanlah!


taked from www.syariahonline.com

Wednesday, July 4, 2007

NKoTB – New Kid on The Blog..

Kebanyakan kita tentu telah mengenal istilah blog atau weblog, yang singkatnya merupakan situs dokumen pribadi. Kini siapapun bisa memanfaatkannya, hanya dengan beberapa langkah, kurang dari 5 menit kita akan bisa membuatnya, tanpa registrasi dan formalitas lainnya. Semua orang bisa… everyone can make weblog

“Hahaha…gara-gara ****** akhirnya sampeyan bikin blog “ begitu komentar seorang sahabat saya. Betul, saya akhirnya bikin blog. Sekedar menampung tulisan-tulisan yang ada di laptop saya, daripada hilang seperti beberapa waktu yang lalu. Saya cuman khawatir dari dulu kalo dianggap saya nge blog termasuk para blogger kebanyakan yang krisis eksistensi, butuh pengakuan diri, bahkan lebih dari itu butuh perhatian.

Tujuan orang membuat blog cenderung untuk sarana apresiasi pemikiran yang bersifat personal ke publik. Ini tentu agak berbeda dengan situs-situs dotcom sebagai sarana publikasi perusahaan atau organisasi. Ataupun kalo tidak ya untuk beberapa kalangan artis dan pemimpin parpol, sementara blog dipake oleh orang kebanyakan.

Mungkin selama ini blog kurang banyak diminati orang. “ Ngapain baca tulisan orang palagi yang gak kita kenal“ begitu komentar temen saya. Tanggapan sinis seperti itu saya kira wajar, karena sebelumnya dan kebanyakan isinya tak labih hanya iseng atau bualan belaka. Gak ada isi yang bisa diambil hikmah, gak ada contentnya, seperti :

“Pagi ini kamar gue di cat lagi, semua berantakan, ada yang mo ngebantuin ?…..” ,
“Sore kemarin seabis pulang kerja suntuuuk banget, akhirnya kita jalan ke Plasa Indonesia, makan di Wien KV terus cari karaokean…”
“ Hari ini aku kangen sama cintaku yang lagi kuliah di Aussie, sudah 5 bulan gak ketemu…”


Eitsss.., buat apa kita baca catatan pribadi kayak gini ?


Mayoritas isi blog yang sebelumnya kita kenal memang bukanlah hal-hal yang penting kita baca. Menurut saya pribadi, kebanyakan blogger adalah pribadi yang haus popularitas, atau mereka yang butuh pengakuan diri di ruang public. Tak mengherankan blog akhirnya jadi ruang curhat yang monolog.

Kalo kita lihat saat ini fenomena-fenomena seperti itu bukanlah tujuan blog. Fasilitas blog sebenarnya multifungsi, bisa untuk apresiasi ide ilmiah, kursus pengetahuan, pemasaran, bisnis dan lain-lain yang bermanfaat. Sayangnya, awal mula blog sebagai sarana bualan membuat pemakai yang lain mengikuti pendahulunya.

Fenomena sekarang sudah agak mulai berubah, ya masihlah ada orang yang haus perhatian dan popularitas, namun fenomena sekarang yang muncul adalah banyak orang yang memanfaatkan blog untuk hal-hal yang positif tentang makroekonomi, politik, pendidikan, pengalaman kerja, pemasaran dan lain sebagainya.

Mulai banyaknya orang di Amrik dan Europe tertarik membaca blog saat ini tidak lain dan tidak bukan karena blog bukan sekedar lagi bualan konyol orang haus popularitas, namun sudah, bisa menemukan blog yang berisi tulisan-tulisan bermutu, seperti artikel ilmiah, catatan perjalanan, analisis saham dan ekonomi, bahkan politik, sehingga dengan membaca blog minimal kita mendapatkan informasi.

Blog memang bersifat personal, Namun jika dimanfaatkan sebaik mungkin akan menjadi suatu media alternative.

Blog akan benar-benar dilirik dan menarik bagi mata orang ketika kita bener-bener menulis ide secara baik, kreatif, informative dan pembaca mendapatkan sesuatu setelah membaca blog tersebut.

Jadi bukan sekedar membual …..
“ Sabtu malem gue dan temen-temen ketemuan di Citos, sejak lulus kuliah tidak ketemu, akhirnya kita ketemuan….bla..bla..bla,…”
Selamat tinggal blog bualan, blog curhatan, ….







Jakarta, 2007
pondokkopi


thanx to seseorang yang telah menginsprasi untuk membuat tulisan-tulisan lagi,selamat ulang tahun bagi yang ultah blognya....) vildee, to pak dwitagama, aldy-opa, dan pak mard.

Berlomba membangun Masjid…

Salah satu tanda-tanda kiamat adalah banyaknya Masjid yang megah namun tanpa ada orang yang memakmurkannya “

Begitu kira-kira arti inti salah satu hadist Rasulullah,

Sudah jamak yang terjadi di Jakarta, sepanjang Jalan didirikan semacam pos ditengah jalan yang bermaksud untuk meminta sumbangan pembangunan masjid. “ Jaman sekarang memet ( njaring/ mencari) ikan di darat, bukan lagi di sungai” begitu yang pernah saya denger dari orang-orang.

Tidak hanya di Jakarta, sepanjang Jalur Pantura mulai keluar Tol Cikampek sampai – Cirebon nyambung lagi sampai Brebes, puluhan pos pembangunan masjid itu didirikan. Yah..banyak sekali…Pernah suatu kali, pulang dengan mobil mencari waktu agar di daerah-daerah Indramayu pas jumatan, jadi gak ada pos-pos, biar gak kena macet. Jadi dari Jakarta sekitar Jam 10.30 an.

Kembali ke studio, Pada dasarnya menurut saya pribadi, praktek-praktek seperti itu sudah makin jauh dari sopan-santun. Pos-pos itu didirikan di tengah jalan. Karena padatnya jalur lalu lintas, maka tidak mustahil timbul kemacetan dimana-mana. Pakaian mereka yang lusuh tidak lagi mencerminkan bahwa mereka adalah panitia pembangunan Masjid.

Pemandangan serupa masih bisa kita lihat sampai sekarang di banyak ruas jalan di Jakarta, Bekasi, Tangerang, Depok dan sekitarnya. Cara seperti itu bahkan sudah ditiru oleh masyarakat di daerah pegunungan seperti di Temanggung, Klaten dan lain-lain, pokoknya bisa dibilang sudah merata di Jawa ini.

Di sepanjang Pantura, di daerah Indramayu misalnya, telah terbangun masjid-masjid mewah dan megah, ada masjid yang masih setengah selesai, sementara di sebelah kanan dan kirinya, terlihat rumah-rumah penduduk yang lusuh dan amat sederhana, yang menandakan bahwa kampung itu bukanlah daerah orang berduit.

Setiap kali saya melewati pos semacam itu, saya selalu bertanya dalam hati, “kenapa orang begitu bersemangat membangun rumah ibadah. Benarkah itu pertanda agama mulai bangkit dan orang kembali lagi ke Tuhan ke Allah, dan sadar bahwa keduniawian makin tidak membawa kebahagiaan sejati ?”

Namun jawaban yang mengiyakan, semua pertanyaan itu belum bisa diberikan saat ini. Sebab peristiwa seperti itu justru menunjukkan kecenderungan yang sebaliknya.

Kalau ada yang disebut sebagai kebangkitan agama, apa makna semua itu di tengah makin maraknya korupsi yang terjadi pada setiap birokrasi kita? Adakah korupsi itu dilakukan orang-orang yang belum sadar akan “agama” ?. Ataukah agama adalah sesuatu yang sifatnya permukaan dan tidak ada kaitannya sama sekali dengan perilaku kehidupan social pada kehidupan nyata ?

Ratusan kali saya melihat dengan mata kepala saya sendiri, tempat ibadah yang dibangun mewah dan megah, di kawasan yang serba kekurangan. Tapi, begitu waktu sholat tiba, hanya segelintir orang yang ikut berjamaah. Sebagian besar mereka adalah orang yang sudah sepuh yang masih inget iman.

Semangat membangun masjid yang menggebu-gebu terkadang tidak sebanding dengan semangat mereka untuk memakmurkan masjid dengan berbagai kegiatan yang bermanfaat.

Sejauh yang saya tahu, sejumlah masjid di Ibukota misalnya yang cukup ramai dan aktif dengan kegiatannya adalah Masjid Agung Sunda Kelapa Menteng (tiap hari sebelum dan sesudah magrib ada tausiyah dari ustadz terkenal), lalu masjid Al Azhar Kebayoran, dan yang terakhir Masjid At-Tin Komplek TMII. Pemandangan seperti itu jarang-jarang ditemukan di masjid-masjid lain. Semoga saya yang kurang tahu,semoga banyak masjid yang aktif dengan kegiatan-kegiatan yang bermanfaat. Wallahualam

Ada sikap masyarakat yang salah kaprah tentang pembangunan masjid atau mushola. Seolah dengan membangun rumah ibadah sudah merupakan kebajikan tertinggi yang dinilai Allah. Memang ada Hadist yang mengatakan “ Barang siapa yang membangun masjid untuk Allah maka Allah akan membangun sebuah Istana untuk nya”. Penafsiran yang kurang tepat dari masyarakat, maka dengan bekal hadist itu masyarakat berlomba-lomba untuk membangun masjid. Jarang orang sadar bahwa bangunan fisik hanyalah sarana untuk memakmurkan Islam.







Jatibening, 29 June 2007
22:55