Monday, May 28, 2007

Opportunity

Life is no matter of chance but choice

Mengutip kata-kata yang selalu ada di akhir imel seorang teman, Life is no matter of chance but choice. That’s right, aku setuju dengan filosofi itu. So beberapa waktu kemudian ku terinspirasi dari kata-kata itu. “ Hera, aku bole make kata-katamu yach, bwt tulisanku”. Ijinku. “ Itu bukan kata yang kuciptakan kok, dari siapa aku lupa, filosof pokoknya” begitu katanya via phone beberapa waktu yang lalu. Hera, Rina Herani lengkapnya, temen yang sering sebangku denganku waktu tahun ke dua di Sekolah Atas, di Jogjakarta, beberapa waktu yang lalu kita sering share ilmu tentang manajemen n biz.

Opportunity atau Chance, bedanya apa ?
Coba deh, tanya pada Pak Tani di daerah Bantul sana, pasti akan balik tanya “Bedanya sama Opor Ayam apa, Mas?”

Tidak jarang orang mengeluh, "Saya sebenarnya bisa maju, tapi belum punya kesempatan seperti si A atau si B. Kalau saya punya kesempatan seperti mereka, saya juga bisa maju!". Padahal kesempatan berkelebat di depan matanya setiap hari. Malah kadang-kadang, kesempatan itu sampai mengetuk pintu rumahnya, minta dibukakan. Tidak jarang juga, kesempatan datang melalui pintu belakang. Sayang, banyak orang tidak mampu mendeteksi keberadaan sang kesempatan.

Fren, hidup ini terdiri dari kombinasi bermiliar interaksi antar manusia. Jaringan yang terjalin antar manusia, akan menciptakan miliaran kombinasi. Kita hidup di Indonesia, dengan jumlah penduduk lebih dari 220 juta jiwa. Bisa dibayangkan, berapa kombinasi yang tercipta. Orang lain yang tinggal di Singapura, dengan jumlah penduduk 3,5 juta jiwa saja, mampu memanfaatkan kombinasi interaksi tersebut. Mengapa kita tidak?

Suatu hari, kita bersua dengan teman lama dari SMA. Bercerita, berbagi pengalaman, pengetahuan dan niat baik. Lain hari, bertemu dengan orang baru. Masing-masing punya keunikan, punya berbeda kebutuhan. Siapa tahu dari mereka muncul inspirasi, datang peluang, atau menghasilkan jalan keluar. Syaratnya, otak kita dipenuhi dengan prasangka positif dan niat baik. Sayang, otak seringkali dipenuhi dengan rasa curiga dan ketidakpercayaan serta negative thinking duluan.

Coba deh contoh anak kecil, ketika mendapatkan sepotong roti, tanpa pikir panjang, langsung habis dilahapnya. Tapi kalau sekarang Anda mendapatkan sepotong roti serupa, apakah langsung Anda makan? Tunggu dulu. Jangan-jangan ada racunnya. Ah nanti ada formalinnya. Wah bagaimana kalau banyak bahan kimianya. Otak dipenuhi rasa curiga.
Oleh karena itu, gunakan hati nurani masing-masing untuk melihat "roti-roti" kehidupan.

Allah mengajarkan, "Ketuklah maka pintu akan dibukakan".
Sudah berapa kali kita mengetuk pintu hati orang lain?
Entah berapa kali kita melewatkan kesempatan di depan mata?

Telah berapa kali kita membiarkan mimpi-mimpi masa depan menjadi sebatas impian? Allah memberi jalan yang sama kepada setiap manusia. Namun manusia seringkali terlalu dipenuhi dengan perasaan benci, dendam, malu, rasa bersalah, dan kurang perasaan kasih. Kalau dua orang membaca koran yang sama, pasti apa yang dilihatnya berbeda-beda. Yang satu melewatkan berita yang lain. Kesempatan pun demikian. Dia ada dimana-mana. Banyak. Lalu bagaimana agar kesempatan yang ada bisa segera ditangkap.

Bahwa rejeki di dunia ini berlimpah, kesegaran air minum, kesegaran oksigen di udara, sinar matahari yang melimpah, tanah yang subur, masyarakat yang sangat ramah, solidaritas masyarakat yang tinggi, anak-anak yang ceria bermain. Bahwa banyak yang harus disyukuri di dunia ini! orang tua yang bijaksana tidak pernah berhenti mengurusi kita, sahabat yang senantiasa ada di saat kita membutuhkan.

Jadi inget nasehat Pak Goenawan "Ingatlah selalu Mas, Ketuklah, maka pintu akan dibukakan, maka ketuklah pintu hati orang lain dengan hati kita yang bersih. Bersih dari rasa: benci, dendam, rasa bersalah, malu, kekurangan rasa kasih”.

Itulah 5 emosi dasar manusia. Bila mampu dibersihkan, maka siap-siaplah menyambut kehadiran "hati nurani". Dan kita akan dengan mudah mengetuk pintu. Hati nurani yang tajam, akan membisikan kepada kita banyak hal yang terlewat. Maka dengarkan bisikannya. Lama kelamaan, kita akan memiliki kepekaan terhadap kebutuhan orang lain. Bukankah peka terhadap kebutuhan orang lain adalah esensi dari sebuah bisnis?. Negara kita boleh saja sedang dalam keadaan susah, ekonomi mandeg, investasi sulit, pengangguran meningkat. Apakah kita harus ikut susah? Jangan.!!

Banyak pengangguran artinya banyak orang butuh pekerjaan. Maka buatlah lapangan kerja. Atau bikin balai latihan kerja, atau bikin sesuatu yang berguna untuk orang laen dan umat.
Semua kesempatan itu hanya bisa direngkuh oleh hati nurani. Sedangkan pikiran yang lain mungkin hanya pusing dengan tagihan kartu kredit, mikir pasangan hidup yang tak kunjung datang, mikir jorok…ato apapun itu.

Dan benar kata filosof itu hidup bukan masalah kesempatan, tapi masalah pilihan. Di mana kita memilih,If flow nya,maka di sana pasti ada kesempatan yang datang dengan sendirinya.

Hampir sama dengan kata-kata di awal catatan ini, namun yang tadi terlalu filosofis barangkali, Yang saya sebutkan ini mungkin akan lebih dalam maknanya namun terkesan guyon seperti kata Forrest Gump, Life is a box of chocolate”.
Tinggal Anda mau milih yang mana ? Dapat Coklat Cap Jago,Cadburry ato Tobleron ?





jatibening
Saturday nigt August 12, 2006
22:43

No comments: