catlya, kamis, 17 agustus 2000, pukul 14.20
Suasana catlya yang sejuk dan nyaman serta semilir angin, membuat hari libur 17 agustus, ngantuk dan bermalas-malasan. Keadaan yang tenang tiba-tiba dikejutkan benda jatuh keras sekali, yang membuat terkaget-kaget,menghilangkan kantuk yang sudah di depan mata, seperti suara seng jatuh…Ya..mungkin kelapa di samping menjatuhi kanopi penghubung ke dapur, pikir saya. Saya lihat ke depan tidak ada hal aneh,…Beberapa menit kemudian seorang teman yang turun ke bawah berteriak……..
“Jalan hidupnya memang sangat pahit” begitu kata sahabat Saya, Om Pramono waktu itu. Saya sendiri tidak tahu detailnya seperti apa.
Menurut saya Pak Saeun orangnya bener-bener tidak mengecewakan dalam hal pekerjaan dan tanggung jawab di Catlya. Seumpama ada telpon ia juga tidak segan-segan berlari mengangkatnya, Kalo ada lampu mati ataupun atap yang bocor juga cepat ia betulkan. Lingkungan seluruh catlya juga tidak luput dari perhatiannya. Rumput-rumput hijau di depan sering banget di pangkas, sehingga kalau main bola serasa di Old Trafford, begitu kata Budi teman saya.
Dalam hal agama pun dia bener-bener taat. Sejauh pengamatan saya setiap abis subuh dia mengaji, sehabis magrhrib pun begitu pula. Dan beliau juga sering melaksanakan puasa sunah Senin-Kamis. Paling tidak itulah tolak ukur saya sebagai orang awam yang baru sekitar tujuh bulan kenal dan tinggal di catlya, Sebagai single parents dia juga bisa berperan ganda. Waktu itu beliau tinggal bersama anaknya, Ratna namanya, tahun 2000 masih baru masuk SD si Ratna ini. Lumayan pinter kalo dilihat ya, sehingga membuat Pak Saeun bangga sekali.
Masih segar dalam ingatan saya, hari kamis siang itu. Abis sholat dhuhur saya dan Lukman makan di
Sehabis makan siang, beberapa dari kami sudah ada di lantai atas, bermalas-malasan, ada Pramono, Reza, Lukman dan Saya, sementara Tofik ada di Kamar bawah…Rizal ?? Kayaknya lagi di Amrik dia..Pak Saeun dengan dibantu seseorang sedang bersih-bersih di sekitar catlya, Sewaktu saya setengah terlelap tiba-tiba dikejutkan suara seperti seng jatuh, setelah saya lihat keluar ternyata tidak ada apa-apa.
3 menit setelah suara itu, Om Pramono yang mau tidur ke kemar bawah teriak-teriak minta tolong…Apa yang terjadi ?? Saya lari kebawah dan di bawah kanopi terlihat Pak Saeun dengan membawa golok di tangan kanannya jatuh, Darah dari hidung, kuping dan kepala bagian belakang mengalir. Reza tidak berani keluar..
Saya disuruh mencari taksi atau angkot untuk mengangkut ke RS. Kami pun cepat-cepat bawa ke Rumah Sakit di Bakti Yudha Depok, Pramono duduk di depan, sya dan Tofik di belakang megangin bedan pak Saeun yang terus mengerang kesakitan, darah kental dari hidung dan telinga saya masih ingat persis kentalnya. Sedangkan si Lukman membawa motor biar gampang kemana-mana. Sesampai di RS Depok ternyata disuruh kirim ke RSCM. Memang keadaannya cukup parah. Kami semua lalu ke RSCM. Sampai malam, menurut dokter rongga batang otaknya membengkak, jadi tidak ada ruang. Dan kecil kemungkinan untuk terselamatkan.
Pulang ke Catlya, saya tidak berani tidur di kamar saya, saya tidur di kamar lukman.
Paginya, kami mendapatkan Telp dari RS bahwa sekitar jam setengah
Jenazah beliau langsung di bawa ke Kebumen, kampungnya. Kami tidak sempat melihat untuk yang terakhir kalinya.
Akhirnya kami semua Cuma bisa berdoa semoga amal kebaikan dan kebajikan Pak Saeun diterima Allah swt, Dan kami yakin Allah memberikan jalan yang terbaik bagi beliau. Dan mungkin saja inilah kemerdekaan sebenarnya bagi beliau atas derita pahitnya selama hidup..
1 comment:
Mas Saeun, jasamu tiada tara. Semoga diterima disisi Nya. Amien
Post a Comment