Tuesday, September 4, 2007

Kita dan Kesempurnaan (1)

“Fabiayyi aalaaai rabbikumaa tukadzibaan”
maka nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan ?

Kita wajib bersyukur, semua saja harus bersyukur, atas semua yang telah Allah berikan kepada kita. Kita bisa melihat, bisa mendengar, bisa berjalan, bisa membaca, bisa berpikir, bisa bekerja, bisa beramal, bisa bersedekah, bisa merasakan nikmatnya makan, bisa menikmati masa-masa sekolah dan kuliah, bisa melihat dengan benar, bisa berjalan tanpa pincang, mata kita sempurna tidak juling, kaki kita sama tidak panjang sebelah, jari tangan kita utuh tidak kurang dan tidak lebih, semua itu anugerah Allah.

Tadi siang di lampu merah saya melihat, tukang penjual buah dingin siap saji yang biasa kita beli seribuan, berjalan dengan pincang mendorong gerobak buahnya, agak berlari karena lampu sudah hijau, sedang jalannya tidak begitu sempurna. Tapi saya lihat raut wajahnya tidak menampakkan kegaluan, tetap ridho, tetap semangat.

Maka nikmat Tuhan yang mana lagi yang kamu dustakan ?

Di sebuah Masjid, ashar tadi saya juga melihat, seorang bapak berumur 60an tahun, mungkin dia kurang bisa melihat, mungkin buta, berjalan dengan tongkatnya menuju masjid. Dari fisik kelihatan dia masih sehat, cuman matanya kurang melihat barangkali. Mata boleh buta, tapi lihatlah hatinya, suara adzan telah mengantarkan hatinya untuk menuju rumah Allah, mata tidak melihat bukan halangan untuk tetap berjalan menuju Masjid.

Maka nikmat Tuhan yang mana lagi yang kamu dustakan?

Seperti biasa, minggu malem sehabis magrib tadi, di Masjid ada Tafsir. Salah seorang yang cukup aktif mengikuti adalah seorang bapak umur 35 an mungkin. Yang saya tahu si bapak itu bukan penghuni komplek, dia biasa bawa Honda Stream seri terbaru. Malam ini kebetulan saya berada di depan menghadap jamaah yang lain, jadi beberapa kali saya perhatikan tingkah laku jamaah di depan saya, namun saya benar-benar tidak menyangka, saya perhatikan si bapak tadi matanya sedikit agak juling (mohon maaf), namun dia tidak minder, dia tetap percaya diri.

Maka nikmat Tuhan yang mana lagi yang kamu dustakan?

Sabtu pagi, saya mendapatkan sms dari staff saya, katanya tidak bisa memenuhi janji yang kemarin disepakati, karena keponakannya yang baru berumur 6 bulan kurang pendengarannya, jadi harus menemani saudaranya di Rumah Sakit. Saya berpikir..Umur 6 bulan tidak bisa mendengar bisa mengakibatkan anak bisu, karena tidak ada informasi masuk, tidak ada input yang bisa di proses.

Maka nikmat Tuhan yang mana lagi yang kamu dustakan?

Selama hidup ini saya kenal betul dengan seorang bocah umur 6 tahunan. Lumayan cerdas, bahasa arab dan Inggris pun dia kuasai. Dalam mengemukakan pendapat pun dia tanpa tedeng aling-aling, semua dikomentari. Untuk anak seumuran itu, jarang sekali dia menangis. Bahkan cukup dibilang berani karena setiap hari pulang sekolah naek angkuran kota sendirian. Namun, Allah menganugrahi bocah itu bibir sumbing waktu lahir dulu.

Maka nikmat Tuhan yang mana lagi yang kamu dustakan?

Bayangkan,....
jika kakak kita yang dianugrahi Allah kaki yang tidak simetris, tidak sama panjangnya, Bayangkan secara detail jika Ayah kita yang dianugrahi Allah mata namun tidak bisa lagi melihat. Bayangkan jika Allah juga memberikan kita mata yang bisa melihat namun juling, Bayangkan jika kita mempunyai adik namun bibirnya sumbing, bayangkan jika kita punya sepupu kecil yang pendengarannya tidak normal.
Apakah itu semua terjadi pada keluarga kita ? Tidak kan ??


Maka nikmat Tuhan yang mana lagi yang kamu dustakan?

Pernah tidak kita melihat anak-anak kecil umur 7-10 tahun di jalanan membawa gerobaknya untuk memungut barang-barang rongsok. Menyeberang jalan diantara perumahan elite dan jalanan yang penuh mobil.
Sedangkan adik-adik kita, sepupu-sepupu kita, keponakan-keponakan kita, masih nonton televisi ataupun main game di rumah, masih merengek untuk minta handphone seri terbaru, mau motor buat sekolah.

Maka nikmat Tuhan yang mana lagi yang kamu dustakan ?

Namun kenapa kita masih selalu meminta kepada Allah, meminta kebahagiaan dunia yang artinya hanya sebatas materi, sebatas nafsu sesaat, sebatas egoisme. Sebatas gengsi semata.

Kenapa tidak sadar bahwa kebahagiaan dunia adalah kita bisa melihat, mendengar, berjalan, mengecap, menghirup, buang air kecil dan lain sebagainya dengan sempurna.

Kenapa dalam doa kita kita selalu berharap, punya mobil mewah, rumah mentereng, posisi yang cukup menjanjikan, kesuksesan yang cepat, anak-anak yang sekolah di tempat elit dan sebagainya.

Maka nikmat Tuhan yang mana lagi yang kamu dustakan?

Ketahuilah, bahwa kita sempurna....Lihat diri kita penuh kesempurnaan. Iya kan?

Maka nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan?
Maha Agung Tuhanmu Yang mempunyai Kebesaran dan Karunia. Maha benar Allah dengan segala firman Nya.



Fabiayyi aalaai rabbikumaa tukadzibaan
taked from Ar Rahman
minggu, 2 september 2007 22:34

2 comments:

Anonymous said...

Ojo serakah mas...syukuri saja semua nikmat Nya

Anonymous said...

abs taushiah dimana lo? sunda kelapa? tumben inget