Wednesday, July 4, 2007

Berlomba membangun Masjid…

Salah satu tanda-tanda kiamat adalah banyaknya Masjid yang megah namun tanpa ada orang yang memakmurkannya “

Begitu kira-kira arti inti salah satu hadist Rasulullah,

Sudah jamak yang terjadi di Jakarta, sepanjang Jalan didirikan semacam pos ditengah jalan yang bermaksud untuk meminta sumbangan pembangunan masjid. “ Jaman sekarang memet ( njaring/ mencari) ikan di darat, bukan lagi di sungai” begitu yang pernah saya denger dari orang-orang.

Tidak hanya di Jakarta, sepanjang Jalur Pantura mulai keluar Tol Cikampek sampai – Cirebon nyambung lagi sampai Brebes, puluhan pos pembangunan masjid itu didirikan. Yah..banyak sekali…Pernah suatu kali, pulang dengan mobil mencari waktu agar di daerah-daerah Indramayu pas jumatan, jadi gak ada pos-pos, biar gak kena macet. Jadi dari Jakarta sekitar Jam 10.30 an.

Kembali ke studio, Pada dasarnya menurut saya pribadi, praktek-praktek seperti itu sudah makin jauh dari sopan-santun. Pos-pos itu didirikan di tengah jalan. Karena padatnya jalur lalu lintas, maka tidak mustahil timbul kemacetan dimana-mana. Pakaian mereka yang lusuh tidak lagi mencerminkan bahwa mereka adalah panitia pembangunan Masjid.

Pemandangan serupa masih bisa kita lihat sampai sekarang di banyak ruas jalan di Jakarta, Bekasi, Tangerang, Depok dan sekitarnya. Cara seperti itu bahkan sudah ditiru oleh masyarakat di daerah pegunungan seperti di Temanggung, Klaten dan lain-lain, pokoknya bisa dibilang sudah merata di Jawa ini.

Di sepanjang Pantura, di daerah Indramayu misalnya, telah terbangun masjid-masjid mewah dan megah, ada masjid yang masih setengah selesai, sementara di sebelah kanan dan kirinya, terlihat rumah-rumah penduduk yang lusuh dan amat sederhana, yang menandakan bahwa kampung itu bukanlah daerah orang berduit.

Setiap kali saya melewati pos semacam itu, saya selalu bertanya dalam hati, “kenapa orang begitu bersemangat membangun rumah ibadah. Benarkah itu pertanda agama mulai bangkit dan orang kembali lagi ke Tuhan ke Allah, dan sadar bahwa keduniawian makin tidak membawa kebahagiaan sejati ?”

Namun jawaban yang mengiyakan, semua pertanyaan itu belum bisa diberikan saat ini. Sebab peristiwa seperti itu justru menunjukkan kecenderungan yang sebaliknya.

Kalau ada yang disebut sebagai kebangkitan agama, apa makna semua itu di tengah makin maraknya korupsi yang terjadi pada setiap birokrasi kita? Adakah korupsi itu dilakukan orang-orang yang belum sadar akan “agama” ?. Ataukah agama adalah sesuatu yang sifatnya permukaan dan tidak ada kaitannya sama sekali dengan perilaku kehidupan social pada kehidupan nyata ?

Ratusan kali saya melihat dengan mata kepala saya sendiri, tempat ibadah yang dibangun mewah dan megah, di kawasan yang serba kekurangan. Tapi, begitu waktu sholat tiba, hanya segelintir orang yang ikut berjamaah. Sebagian besar mereka adalah orang yang sudah sepuh yang masih inget iman.

Semangat membangun masjid yang menggebu-gebu terkadang tidak sebanding dengan semangat mereka untuk memakmurkan masjid dengan berbagai kegiatan yang bermanfaat.

Sejauh yang saya tahu, sejumlah masjid di Ibukota misalnya yang cukup ramai dan aktif dengan kegiatannya adalah Masjid Agung Sunda Kelapa Menteng (tiap hari sebelum dan sesudah magrib ada tausiyah dari ustadz terkenal), lalu masjid Al Azhar Kebayoran, dan yang terakhir Masjid At-Tin Komplek TMII. Pemandangan seperti itu jarang-jarang ditemukan di masjid-masjid lain. Semoga saya yang kurang tahu,semoga banyak masjid yang aktif dengan kegiatan-kegiatan yang bermanfaat. Wallahualam

Ada sikap masyarakat yang salah kaprah tentang pembangunan masjid atau mushola. Seolah dengan membangun rumah ibadah sudah merupakan kebajikan tertinggi yang dinilai Allah. Memang ada Hadist yang mengatakan “ Barang siapa yang membangun masjid untuk Allah maka Allah akan membangun sebuah Istana untuk nya”. Penafsiran yang kurang tepat dari masyarakat, maka dengan bekal hadist itu masyarakat berlomba-lomba untuk membangun masjid. Jarang orang sadar bahwa bangunan fisik hanyalah sarana untuk memakmurkan Islam.







Jatibening, 29 June 2007
22:55

2 comments:

Anonymous said...

Tapi sakjane nyumbang nggo masjid ki yak yo apek to Om yo ?? Kepripun niku

iBro said...

Di mana bagusnya kalau masih ada saudara-saudara kita yang mati kelaparan?
Zakat untuk fakir miskin adalah yang utama dan nomer satu dibandingkan memperindah masjid (fii sabiilillah).
(Koreksi kalau saya salah.)