Friday, July 27, 2007

Obrolan di Pesawat

Apa yang kita lakukan saat berada dalam perjalanan menggunakan pesawat? Membaca majalah atau buku yang kita siapkan sejak tadi ? Sibuk mengerjakan sesuatu dengan laptop kita? Atau malah bengong, ngeliatin pramugari yang cukup cantik ?

Semua boleh dilakukan, sah-sah aja, selama tidak menganggu orang lain dan melanggar kepentingan umum serta etika.

Kalo saya pribadi lebih suka ngobrol dengan penumpang lain di deket kita. Dengan senyum dan sapaan, darimana mau kemana, acara apa, dan sebagainya sebagai obrolan pembuka. Maka beberapa saat setelah itu, kalo orangnya juga enjoy ngobrol dan sharing, akan langsung ngobrol ngalor ngidul kemana-mana.

Tapi ada juga yang cuman, jawab seperlunya. Nah, kalo sudah seperti itu saya kadang langsung baca majalah ato buku yang sudah saya siapkan sebelumnya.

Tepat seminggu yang lalu, hari jumat jam 12.55 dari suatu kota saya menuju Jakarta. Karena sholat jumat dan makan siang dulu, saya jadi agak terlambat, Loket Check In sudah tutup . Seperti biasa…Tapi kali ini sebelum jumatan saya sudah check in duluan.

Duduk di pintu 2A, di samping saya seorang Ibu, kalo dilihat sepintas seumur Ibu saya forty something lah. Ibu ini ramah sekali, dia menceritakan tentang anak-anak nya yang beranjak dewasa, dia juga sangat bersyukur dengan keadaan anak-anaknya yang tidak neko-neko dan tidak terbawa arus kenakalan, yang kita tahu, sangat-sangat parah untuk pergaulan remaja saat ini.

“Semua itu tergantung dari rumah” begitu Ibu tadi memulai percakapan panjangnya. Iman dan didikan dalam rumah akan memberikan suatu benteng yang kuat untuk menangkal arus-arus negative yang terjadi. Didikan sedini mungkin bagi anak dengan Iman, akhlaq adalah pondasi utama yang diperlukan.

"Siapa yang bertanggung jawab terhadap semua itu ?" katanya melanjutkan. Yang pertama adalah Ayah dan Ibu nya. Dan yang paling berperan adalah Ibu. Ibu adalah character builder bagi keluarga. Memang Kepala Keluarga adalah Suami, tapi peran Istri dalam kehidupan keluarga memegang peranan yang sangat penting.

"Oleh karena itu...", katanya lagi. Memilih istri tidak boleh sembarangan. Tidak boleh asal, Tidak boleh hanya karena cinta, tapi berpikirlah lebih luas. Pertimbangkan bahwa kita akan membina sebuah keluarga, kita akan mempunyai anak, jadi tidak sekedar cinta saja. Dari total 100%, Cinta hanya menyumbang 25%. Berpikirlah dengan Logika dan tidak hanya hati.

Pilihan seseorang terhadap pasangan hidupnya harus berasal dari kehendaknya yang bebas, cerdas dan bijaksana. Agar bisa mempertanggungjawabkan apapun konsekuensi pilihan itu.

Kemudian dia mendiskripsikan ciri-ciri wanita yang layak dijadikan istri, ibu bagi anak-anak kita diantaranya dia bilang begini :

Wanita itu harus salehah, istri salehah adalah penenang dan penolong dalam masalah agama dan dunia, sebab dia akan bersikap dan berperilaku berdasarkan rasa takut kepada Allah dan pengetahuan bahwa keridhaan suami merupakan salah satu penyebab keridhaan Allah kepadanya. Istri harus berada di atas suami dalam empat hal yaitu kecantikannya, budi pekerti, penjagaan diri serta akhlaknya.

Yang kedua adalah akhlak. Akhlak mulia adalah tanda keimanan yang membuat istri takkan menyakiti suami.

Yang ketiga adalah keturunan. Jangan terpikah wanita cantik yang berasal dari keluarga buruk. Selain itu juga harus menghindari wanita yang terdidik secara buruk. Kemudian dia bilang manusia adalah watak dari dirinya plus sifat warisan dari orangtuanya. Budi pekerti yang buruk sama dengan sifat warisan yang buruk dari orangtua.

Itu saja mungkin yang harus diperhatikan untuk memilih seorang istri, dalam menjalani kehidupan rumah tangga. Dan yang paling utama istri dikatakan berhasil apabila bisa mendidik anak menjadi anak yang sholeh, dan taat pada agama, tidak terseret arus pergaulan remaja yang negatif. Begitu ibu di sebelahku tadi menutup pembicaraan tentang wanita.

Saya cuman bisa mendengarkan dan mengiyakan saja, mendengarkan nasehat sang ibu sebelah saya tadi. Yahh,selama dalam pesawat beliau yang memonopoli pembicaraan, dan bahan obrolannya kok ya pas,..

Akhirnya pesawat mulai mendarat di Cengkareng, kamipun berpisah setelah saya pamit menuju toilet untuk merapikan diri karena akan langsung ketemu orang setelah dari bandara.

Begitulah, sekelumit obrolan di jalan, tanpa kenal nama, dsb, yang pasti menurut saya obrolan-obrolan seperti ini adalah salah satu proses belajar. Belajar terhadap pengalaman orang lain.

Seseorang yang berhenti belajar maka akan berhenti pula kemampuannya. Padahal masalah yang dihadapi tak akan pernah berhenti, bahkan bertambah.
Oleh Karena itu, tiada hari tanpa belajar.

2 comments:

Anonymous said...

pernah jejeran sama cewek cakep blom boss?

Anonymous said...

Terus gimana ? Udah ada yang pass di hati belom ? Cepatlah, sunah nabi tuhh, masak 26 tahun cuman buat pipis doang...hehehe