Thursday, July 26, 2007

Ini faktanya……..

Tadinya saya benar-benar tidak percaya terhadap hasil penelitian Pusat Penelitian Kependudukan UGM yang dilakukan pada 2005, tentang penelitian seks pranikah di Kota Yogyakarta. Dari hasil penelitian itu menyatakan 97,05% mahasiswi dari 1660 responden telah melakukan hubungan seks pranikah. Tolong dicatat, Mahasiswi, Sodara-sodara.

97.05% bukanlah suatu angka yang sedikit. Perhitungan sampel acaknya secara bodo dari 100 orang cewek cuman 3 yang belum melakukan seks pranikah, Astagfirullah….


“ Riset lainnya, yang dilakukan Sahara Indonesia Foundation,di Kabupaten Bandung menghasilkan 38.288 remaja Kabupaten Bandung diduga pernah berhubungan intim di luar nikah atau melakukan seks bebas. Berdasarkan hasil polling, 20% dari 1000 remaja pernah melakukan seks bebas. Jumlah remaja di Kabupaten Bandung sebanyak 765.762 Jadi remaja yang melakukan seks bebas antara 38.288 sampai 53.603 orang.” (Pikiran Rakyat, 29 Juli 2004)


Hasil penelitian-penelitian ini sangat-sangat mengejutkan saya, kenapa remaja yang hidup di negeri yang katanya agamis ini berperilaku seolah-olah seperti di negeri yang tanpa agama. Apa yang sebenarnya terjadi dengan remaja, berarti ada yang salah dengan tatanan masyarakat selama ini.

Menurut saya pribadi, awal dan asal muasal itu semua terjadi adalah istilah yang namanya pacaran.

Selama ini kita menganggap bahwa pacaran itu adalah metode untuk melakukan pendekatan untuk mengenal lebih dekat. Namun kenyataannya tujuan itu jarang yang tercapai. Karena umumnya alih-alih melakukan pendekatan, yang terjadi justru melakukan sekian banyak bentuk kemaksiatan.

Nonsense, bagi yang pacaran cuman ngobrol-ngobrol doang, tanpa acara pegang tangan, dan sebagainya yang lebih parah. Boleh deh, taruhan potong jari, kalo nggak ada acara gituan. Bahkan, saya sangat benci melihat orang-orang munafik, pemuda yang sok alim dan pemudi berjilbab, di jalan bergandengan, yang saya tahu bukan muhrim. Di kafe, saya juga melihat pemuda yang kelihatannya sok alim lagi berpegangan tangan dengan seorang berjilbab. Dimana Iman mereka ? Dimana ilmu agama mereka ? Dimana Allah ? Yahhh...seperti tulisan saya terdahulu, STMJ (Sholat Terus Maksiat Jalan) Dijamin..banyak banget dahh..

Buktinya, berapa banyak pasangan muda yang sebelum menikah sempat pacaran bertahun-tahun, bahkan ada yang sampai 5 hingga 10 tahun, sayangnya begitu mereka menikah langsung cerai dan hancur berantakan rumah tangganya. Belum lagi meningkatnya kasus hamil di luar nikah oleh pasangan sendiri dan juga perilaku seks bebas di kalangan mahasiswa dan mahasiswi, bahkan para pekerja dan eksekutif muda lebih parah.

Istilah pacaran itu sendiri sudah merupakan kelaziman di tengah masyarakat dimana pasangan tidak sah melakukan serangkaian aktifitas bersama.

Dan realitas di tengah masyarakat sudah mengenal persis aktifitas pacaran itu yang identik dengan apel malam minggu (namanya apel sudah pasti berduaan, , juga nonton ke bioskop berdua, berboncengan sepeda motor, berduaan di mobil, jalan-jalan berduaan, makan di restoran berduaan, tukar menukar SMS, saling bertelepon siang dan malam dan semua aktifitas lain yang mengasyikkan.

Intinya adalah kebersamaan dan berduaan. Hampir sulit dikatakan pacaran bila semua itu dilakukan bersama-sama dalam kelompok besar.

Bahkan hakikat pacaran adalah pada keberduaannya itu. Inilah pacaran yang dikenal masyarakat dan bukan yang tertulis dalam kamus. Jadi dengan pengertian yang lazim dikenal masyarakat sekarang ini tentang pacaran, maka tidak bisa lain semua itu adalah khalwat yang diharamkan.

Islam sudah memperingatkan laki-laki dan wanita yang bukan mahram untuk tidak menyepi berduaan karena yang ketiganya adalah setan.

Penelitian diatas mungkin hanyalah contoh yang ada di Kota-kota berbasiskan kampus seperti Jogja, Bandung, Malang, dsb, kita tahu yang namanya anak kuliah walaupun uang sakunya gede tapi mungkin juga belum bisa sebebas-bebasnya.

Pengamatan di lapangan sendiri, saya yang telah beberapa lama di Jakarta melihat mungkin akan lebih parah dari Jogja, Alasan pertama, orang-orang di Jakarta adalah notabene orang yang telah memiliki penghasilan sendiri, sehingga dia akan lebih leluasa untuk menggunakan uangnya sendiri. Yang kedua kontrol dari orangtua,...

Banyak sekali kenalan-kenalan, teman yang telah banyak melakukan penyimpangan seperti itu. Sayang belum ada penelitian untuk para pekerja dan eksekutif tentang pergaulan bebas seperti ini. Yang saya yakin pasti lebih parah.

Banyak orang tua di Jakarta yang merelakan anak gadisnya, di bawa-bawa seorang pemuda yang berjanji akan menikahinya. Berangkat kerja bareng, makan malem bareng, dsb. Itu orang tua yang ada di jakarta ? Bagaimana kalo dia tinggal di Apartemen, tanpa orang tua ? Tinggal di tempat-tempat kos, dsb ?

Hotel bintang 4 di bilangan Salemba- Matraman-Cempaka Putih sampai Mampang, hanya Rp 140.000 per malem...So ??? Anda bisa terka sendiri.....Dan itu lah faktanya...

Astagfirullah.....

1 comment:

Anonymous said...

yang berduaan blum tentu blum nikah lho..barangkali mereka sudah menikah di usia muda...
lalu..yang berjilbab "seadanya" mungkin mereka blum paham...
semua tujuan baik, ada prosesnya..:)
gimana kita ber posive thingking ria ajah , bung,,,