Friday, February 15, 2008

Setiap Ahad pagi

Masjid An Nur,JatiBening Permai, Ahad pagi dalam gerimis.

Sang Ustadz menjelaskan tentang hidup. Seperti hari-hari biasa, di setiap tempat dalam acara kuliah / ceramah / kajian dhuha, yang datang juga itu-itu saja. Bapak-Bapak dan Ibu-ibu yang telah berusia 50 keatas, usia 40 hanya bisa dihitung dengan jari. Yang Muda ? kok yang sering terlihat secara fisik, yang katanya pemuda/pemudi yang muslimin sejati, yang katanya syar’I, yang katanya berjalan diatas bumi sesuai ajaran agama, apalagi yang sering aktif di partai-partai berlabel Islam itu, fiuuhhh….sejauh yang saya tahu, di beberapa masjid yang sering saya hadiri untuk ceramah dhuha (Masjid Agung Sunda Kelapa, Menteng,- Masjid At Tin,Komplek TMII,- Masjid Al Azhar Jakapermai, Masjid Al Jabbar,Jt Bening Estate,- Masjid AL Iman, Jt Bening,- ) kok nggak pernah menemukan.

Heran aja,…Mungkin sibuk,
Yah, pagi itu lagi-lagi saya diantara sekian orang yang paling muda, (walaupun bermutu, itu saya syukuri). Pak Ustadz H.Sulaeman, menjelaskan tentang Hidup. Hidup itu hanya terdiri dari dua macam perbuatan. Ibadah dan Maksiat.
Ibadah didasarkan pada Islam, Landasannya adalah Iman, mendapatkan Iman karena Hidayah dari Allah dan hasil dari kesemuanya itu adalah Taqwa.

Sedangkan Maksiat didasarkan pada Jahiliyah, landasannya pembangkangan atau kufur, mendapatkan nya karena nafsu dari syaithan dan hasilnya adalah Kafir.

Yang menarik dari penjelasan Pak ustadz ini adalah tentang tindakan kita sebagai manusia, Tindakan kita pasti ada Ibadah dan campur maksiat, Dari kadar hidup kita 100%, Mungkin kita Ibadah 90%, maksiat 10%, dan seterusnya sampai pada kadar 50%-50%. Kebanyakan kita melakukan hal-hal seperti ini. Kebanyakan dari kita melakukan ibadah lebih banyak prosentasenya dibanding maksiat, ini yang dinamakan Grey Area kata beliau.

Di Indonesia ini kebanyakan seperti ini, Iman tapi tetep maksiat. Karena ini merupakan daerah aman tadi. Dan ini tetep dinamakan Maksiat. Astagfirullah,

Kalo sempat mari kita buka AlQur’an An Nisa ayat 150, disitu disebutkan “Kami beriman kepada Allah dan sebagian yang lain, dan dengan perkataan itu bermaksud untuk mengambil jalan tengah diantara yang demikian (iman atau kafir).

Dalam aplikasi sehari-hari sangat banyak menurut saya yang saya sendiri langgar. Artinya bukan terus kita menyembah selain Allah, bukan. Tapi praktek kehidupan yang kita tidak sesuai dengan syariat Islam, tidak sesuai dengan Dienul Islam, itu sudah termasuk mengambil jalan tengah.

Misalnya dalam kehidupan sehari-hari, kita lebih mementingkan kebutuhan sekunder, makan di resto atau kafe rame-rame tanpa manfaat dan nggak ingat dengan kelaparannya orang yang ditimpa bencana alam, beli ini itu yang kurang urgent daripada seedekah kepada anak yatim, kita membiarkan adzan dhuhur di hari ahad berkumandang sedangkan kita lagi nanggung bersih-bersih mobil, ataupun mengucapkan guyon Gong Xi Fa Cai juga melanggar ternyata, alasannya karena memberi sarana untuk syirik.

Kita di bumi Indonesia banyak berbuat maksiat. Berbagai kenyataanya telah terjadi, bencana alam ada di mana-mana,satu belum selesai sudah disusul bencana berikutnya. Wallahualam.

Terus seperti apa idealnya ? Sesuai Firman Allah dalam Al A’raaf ayat 96, jikalau penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa, pastilah Kami melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan ayat-ayat Kami, maka Kami siksa mereka disebabkan perbuatannya”.
Cukup sederhana.

Jelas sekali kalo kita mau berinstropeksi diri, Bencana alam ada dimana-mana, banjir, tanah longsor, Bencana Tsunami di Aceh belum tuntas, disusul Bencana Gempa di Bantul, serta bencana-bencana “kecil” lainnya.

Orang-orang Indonesia juga dihina dimana-mana, Di Malaysia, Di Singapura, Di Aussie, Di Timur Tengah, Mungkin anda yang sekarang berada di Uni Eropa atau di United States, bilang “kami disini dihormati”, ya…itu kelas yang seperti panjenengan kan tidak banyak hanya sepersekian prosen dibanding dengan tenaga-tenaga kerja itu.
Yah, seperti itulah potret orang-orang bangsa kita, bermaksiat tapi tidak mau dibilang maksiat. Orang-orang yang sok alim namun berbuat lebih tidak Islami daripada orang awam kebanyakan.

Untuk itulah wahai saudara, janganlah sejuta alasan sibuk menjadikan kita tidak dekat dengan Nya, janganlah alasan kesibukaan duniawi itu pula kita tidak menyempatkan hadir menimba Ilmu agama, sedangkan Allah, Maha Pengatur segala sampai detil saja tidak pernah melupakan kita, menampung doa 3 miliar manusia dan segala makhluknya,

Sedangkan kita ? Masihkah disibukkan dengan hal duniawi di setiap ahad pagi ?

Jangan buat Allah cemburu……

2 comments:

Anonymous said...

gus donny, masih trus ikut pengajian yah? Alhamdulillaah gus..trus memperbarui diri.

Anonymous said...

Inggih Mas Momon, lah..sesibuk apapun kan harus di upayakan to...

Makanan hati Kang....
Ra sah Gas Gus, nanti jd Presiden kayak Gus dur repot euy,,,

Nuwun Kang