Monday, May 25, 2009

Doa dan Prerogatif Allah SWT

Doa, adalah proses menyandarkan diri pada Khalik Pencipta yang Pengasih. Melemah untuk menjadi “si kuat” karena menyatu ke dalamNya, “Ya Alloh, adalah kewajiban hamba memperjuangkan cita-cita ini. Tapi soal hasil adalah urusan Engkau!”

Dengan itu bebaslah jiwa kita.

Hadis Rasul mengatakan, “Orang-orang yang tidak terikat dan bebas sudah lebih dulu unggul!”. Sahabat kemudian bertanya, jenis manusia seperti gerangan apakah yang bisa seperti itu? Rasul menjawab: “Laki-laki dan perempuan yang tidak henti-hentinya mengingat Alloh!”

Alloh memiliki keberdayaan yang lebih tinggi. Dengan bersandar kepadanya hati menjadi tenang.

Alloh menyapa mereka yang selalu berdzikir mengingatNya baik dalam keadaan :duduk, berdiri atau sedang berbaring dengan panggilan: Wahai Jiwa yang tenang! Kembalilah kepada Tuhanmu dengan hati yang puas lagi diridhoi-Nya (QS 89:27-30)

Kesungguhan itu penting, tetapi hati kita harus pasrah kepada pengaturanNya. Alloh mengajari kita: Mereka yang berjuang dan bersungguh-sungguh demi Kami, Kami pasti akan menunjukkan mereka ke jalan Kami.


Kewajiban manusialah untuk berusaha keras, soal “hasil” adalah urusan prerogratif Alloh. Prinsip ini harus diteguhkan dan musti bebas dari keadaan “mendua

Begitu pentingnya doa –yang dalam banyak tingkatannya membanjiri gelombang Alpha pada manusia—maka Alloh mengkritik manusia yang malas berdoa begini: Manusia sungguh melampaui batas karena melihat dirinya tiada memerlukan siapa-siapa (QS 96:7).
Padahal masih kata Alloh, “Aku pasti mengabulkan doa hamba-hambaKu apabila dia berdoa kepadaKu(QS 2:186)”.

Maka ingatlah Aku, pasti Aku akan mengingatmu….(QS 2: 152).
Begitu juga doa dalam kaitannya dengan kewajiban kita menyerap ilmu. Ketika Nabi bertanya kepada Jibril tentang ilmu batin, yakni atmosfir jiwa yang penuh gelombang Alpha yang membuat manusia tenang, maka jawab Jibril: Ilmu itu adalah salah satu diantara rahasiaKu. Aku mematrikannya di dalam hati hambaKu dan tak satupun makhluk-Ku yang memahaminya.

Kalau begitu adakah sesuatu lain yang pantas dimintai selain daripadaNya?

Doa, selalu merupakan rangkaian kata positif yang mensugesti jiwa kita.
Seperti Henry Ford Raja Mobil Amerika bilang, “Apa pun yang kamu katakan tentang dirimu, baik itu menyangkut — Aku bisa atau Aku tak bisa—sama saja, akan begitulah kamu menjadi dirimu. Manusia adalah bagaimana dia berpikir tentang dirinya!”

Kita adalah umat Muhammad yang diajari bersikap, “PengabulanMu ya Alloh atas doa-doa kami adalah fungsi dari iman pasrah dan kerja keras kami. Sungguh, tak ada sesuatu pun yang sulit bagiMu. Engkau yang apabila berkata jadi maka: jadilah. Sungguh takkan ada sesuatupun terjadi tanpa seijinMu!”

Tugas kita tinggal sekedar berjuang. Soal hasil hari ini, itu semua merupakan bagian dari rencana besar Alloh ke depan nanti. Aneh sekali kalau manusia mesti menangisi apa yang tak didapatkannya hari ini. Sesungguhnya Alloh lebih tahu apa yang manusia tak mengetahuinya.

Persis seperti sikap pasrah Alpha di atas, pokoknya apa-apa saja yang kita katakan dan pikirkan adalah ramalan yang akan terbukti dengan sendirinya. Para Psikolog besar sepakat dengan ini. Guru Besar Manajemen Petter Drucker bilang begitu. Steven Covey yang terkenal dengan buku: 7 Kebiasaan Manusia yang Sangat Efektif yang menggegerkan masyarakat Amerika, juga yakin begitu.

Dan sebenarnya nun sudah sejak lebih dari 1400 tahun yang lalu, Alloh melalui Rasul Muhammad sudah mengajarkan itu: Sesungguhnya Aku mengikuti prasangka hambaKu.
Interelasi doa dengan keterwujudannya agaknya mirip seperti interelasi antara traffic-ligth dengan manusia. Begitu menyala merah, berhenti. Begitu hijau, jalan.

Manusia merespon pergantian warna-warni itu.

Begitu pula sistem komputer semesta Alloh, dia merespon warna-warni aura yang kita pancarkan karena perasaan, pikiran dan perbuatan kita.

Berfirman Alloh: Aku bersama dengan orang-orang yang berdoa kepadaKu. Aku dekat dengan hambaKu jauh lebih dekat daripada urat lehernya (QS 50:16).


Thanks to Mr Yana

No comments: