Friday, January 4, 2008

Holidays...

I love holidays. But I never like the way the Government -here and elsewhere- assigns national holidays. The Coordinating Minister of Social Welfare announced, (you can see at www.menkokesra.go.id the national holidays and joint leave ('cuti bersama', red) days schedule for 2008.
dd
The total number of days is 23. That means Indonesians -i.e. government officials, some schools, and others who follow this instruction- will only work around 11 months (and usually get paid for 13 months worth of salary -- or more).

But that is not my main concern. My concern is two fold that follows:

First, the idea of giving a leave to an employee is, well, to give him a leave so he can forget about work for a while and instead get some pleasure and come back fully charged.

But when I get tired, you are not necessarily in the same position. Likewise, when I am in the mood for traveling, you might be in your peak productivity time. It makes sense for me to take my leave and get some rest. But it does not make sense to make you have to take your leave, too, the same time as I do. Because you might want/have to work or you just have set a plan to spend your holidays sometime else. The 'cuti bersama' policy thinks you and I are identical. And that's wrong. It forces you to reduce your vacation days, whether you like it or not.

Second, it is true that I want a holiday to observe my holy day -- I mean religious holy day. And I think it is fair if you have holiday to observe yours. But why a particular religious holy day is assigned as national holiday in the sense that both you and me and everybody else are supposed to observe it? I guess the reason is because assigning national stamp to an obviously not national thing, like religion (and ethnic), is always troublesome. For example: Why do you give six days to moslems but only one for buddhists? Why do you assign national holiday for imlek but not for Javanese new year, even though each have its own calendar? That is why, I think, the Government decides to make each particular non-national special day national -- as in 'jointly observed'. As a result, we have way too many holidays.

Alright you complainer, you ask me. What's your solution?

Here is an idea. Just give 20 days to employees each year for leave. Let them decide what and when they want to use them for: leisure, travel, celebrating Ied Days, Christmas, etc.

Only assign one national holiday: Independence Day --17 Agustus- (see, I can be nationalist, too!)

OK, when is my next holiday ??? Ohhh,...I can't answer till March.

Have a nice Weekend, Fren...

Tuesday, January 1, 2008

2008, optimis menuju yang lebih baik

Alhamdulillah, kita telah berada di tahun 2008. kembali kita diberi kesempatan memperbaiki diri. Tidak terasa begitu cepatnya kita melewati 2007, yang penuh anugerah, tantangan, dan juga onak dan duri.

Di tahun lalu, pasti ada waktu yang kita gunakan dengan baik ataupun hanya kita sia-siakan, berlalu begitu saja tanpa ada manfaat yang berarti, manusiawi dan wajar saya kira, namun alangkah bagusnya andaikata, di awal tahun ini kita perbaiki diri, optimis menuju yang lebih baik, sebuah slogan yang soft launchingnya telah terucap sejak Juni lalu, kita organize waktu kita dan hilangkan kesia-siaan.

Karena hal ini telah sesuai dengan firman Allah dalam Al Ashr(103) yang disebutkan
“ Demi Masa, Sesungguhnya manusia itu benar-benar berada dalam kerugian, Kecuali orang-orang yang beriman,dan mengerjakan amal shaleh dan nasehat-menasehati supaya mentaati kebenaran dan nasehat-menasehati supaya menetapi kesabaran “

Menurut saya inti dari Firman Allah SWT tersebut adalah bahwa semua manusia berda dalam keadaan merugi apabila dia tidak mengisi waktunya dengan perbuatan yang baik.

Kadangkala dengan segala kesadaran kita kita melakukan aktifitas-aktifitas tanpa manfaat yang berarti bagi akherat dan dunia kita. Kita telah mensia-siakan waktu. Padahal waktu berbicara kepada kita supaya bisa mengambil segala pelajaran dari waktu itu sendiri.

Salah satu ciri modernitas dicerminkan dengan sikap kita dalam menghargai waktu. Kesadaran ruang dan waktu mencerminkan derajat peradaban sebuah masyarakat. Itulah sebabnya, umat Islam meyakini bahwa agama mengajarkan nilai budaya yang sangat kondusif bagi kemajuan. Bayangkanlah, Wahyu Allah yang diturunkan pada abad ke tujuh itu telah berbicara soal kerugian bagi manusia yang tidak menghargai waktu. Tidak memanfaatkan segala kesempatan untuk beribadah dan mengerjakan amal saleh. Artinya juga bekerja, menuntut ilmu, dan ibadah dengan segala manifestasinya.

Tapiiii, look..kenapa ada kesenjangan antara ajaran yang diimani dnegan perilaku sehari-hari umat Islam, sepanjang menyangkut soal waktu ini. Padahal tatkala mengerjakan urusan keagamaan, seperti sholat misalnya. kita bisa tertib mengikuti waktu. karena sesuai hadist Rasulullah, sebaik-baik sholat adalah di awal waktu. maka Adzan di Masjid, di mushola pun memanggil jamaah untuk sholat di awal waktu. Sudahkah kita melaksanakannya ??

Apakah masyarakat sudah bisa diajak ber Demi Masa. bukankah kebudayaan molor dan lambat, lelet merupakan hal empirik yang ditegur dimana-mana. Di kantor, Di tempat klien, di Kafe, dan di lingkungan mana saja. Memang ada pengecualian dalam tepat waktu sepanjang menyangkut pulang dari tempat kerja. Namun lihatlahh apa yang mereka kerjakan dan irama kegiatan efektifnya selama di tempat kerja. Sebagian besar dari kita memang bener benar berada dalam kerugian yang teramat besar.

Waktu berjalan begitu cepatnya, waktu adalah segalanya, waktu bagai argo taksi digunakan ataupun tidak tetap saja berjalan. Waktu tidak bisa kita putar kembali ke detik sebelumnya, tidak bisa terulang lagi.

Tidak bermaksud menggurui ataupun sok tahu, hanya sekedar mengingatkan saja. Mari kita review ulang apa saja yang telah kita lakukan di tahun kemarin, manfaat apa saja yang bisa kita sumbangkan demi Allah dan Rasulnya, kebaikan bagi diri kita sendiri, keluarga yang kita cintai, agama yang selalu kita junjung tinggi, anak-anak yatim yang kurang mampu, orang-orang fakir miskin dan sebagainya. Sudahkah kita berbuat banyak, sudah cukupkah? Astaghfirullah, Subhanallah, saya sendiri merasa belum seberapa berbuat untuk mereka, belum sebanding dengan kenikmatan yang dianugerahkan Allah.

Alhamdulillah Ya Allah, Engkau telah anugerahkan segala kenikmatan selama ini, berkahilah apa yang telah diri ini dapatkan di tahun lalu dan seterusnya, Ridhoilah yang dicita-citakan untuk yang akan datang, Alhamdulillah Ya Allah Engkau berikan keluarga yang bahagia, yang selalu menasehati dan tanpa henti mensupport diri ini,

Ya Allah Yang Maha Pendengar, ampuni jika diri ini termasuk makhluk yang amat sombong dalam pandangan Mu, ampuni jikalau diri ini membesar-besarkan diri dan meremehkan keAgunganMu, ampuni jika diri ini sering mendustakan kebenaran Mu, ampuni jikalau diri ini kadangkala meremehkan agama Mu Ya Allah, Ampuni diri ini yang kadangkala menomorduakan panggilan Adzan, ampuni diri ini yang lebih sibuk dengan urusan dunia yang fana ini Ya Allah.

Ampuni jika diri ini Engaku saksikan enggan menerima nasehat, Ya Allah ampuni segala ketakaburan diri ini, ampuni jika diri ini sering meremehkan orang yang berkedudukan di samping Mu, Ampuni diri ini jika sering menghina dan merendahkan kaum dhuafa, anak yatim yang tidak mampu, Ampuni jika diri ini dengan segala ketakaburan diri, segala ujub yang ada di hati ini Ya Allah, Ya Allah Engkau Yang Maha Tahu.

Ya Allah gantikan segala kesombongan diri ini dengan ketawadhuan ya Allah, jangan biarkan diri ini menjadi makhluk sombong sekecil apapun, angkat derajat diri dengan hati yang selalu rendah hati, jauhkan diri ini dengan segala sifat riya', pamer ya Allah, jauhkan diri ini dari sifat bermegah megahan dunia, bermewah-mewahan dalam hidup. Golongkan diri ini menjadi orang yang selalu nikmat qonaah dan bersahaja.

Ya Allah, jauhkanlah diri ini dari sifat pamer amal kebaikan, berikan diri ini untuk menjadi orang yang berhati tulus, beerhati ikhlas, Ya Allah jauhkanlah dari perbuatan dzalim kepada siapapun sekecil apapun, cegahlah dari perbuatan maksiat, jauhkanlah dari perbuatan dan tipu daya iblis, tanpa ridho dan rahmat Mu Ya Allah, tidak mampu diri ini menghadapi semuanya. Indahkanlah dengan kehidupan yang selalu rindu membahagiakan untuk menolong sesama, berbuat baik kepada hamba Mu yang laen.

Ya Allah Yang Maha Pendengar, diri ini hanya mau berhasil dalam hidup, ingin bisa pulang kepada Mu dengan bekal amalan yang mencukupi, ingin menjadi penghuni Surga, ingin berjumpa dengan Rasulullah kesayangan Mu,

Kapanpun kehidupan ini berakhir, beri kesempatan untuk memperbaiki diri, beri kesempatan untuk membawa bekal amalan, pulang menghadap Mu, jangan biarkan kehidupan dunia dengan segala assesoris ini menipu Ya Allah,

Ya Allah jadikanlah hari-hari depan, diri ini menjadi manusia yang lebih baik, mempertinggi akhlak, menjaga taqwa, memperrajin ibadah wajib dan sunah, tambah bakti kepada kedua orangtua, memperbanyak sedekah, menjaga tali silaturahmi terhadap sesama makhluk Mu, hari-hari yang penuh penantian, tuntun agar bisa mempersembahkan yang terbaik dari hidup ini. Perkenankan, ridhoi dan kabulkan permohonan ini Ya Allah, Amien