Friday, June 29, 2007

Sakit Hati….

- sakit hati gw don, perlakuannya kayak gitu, gw udah berlaku sebaik mungkin, tapi dia aja yang.... -
+ aku melakukan ini karena sakit hati mas…, sama kamu.
- coba kalo donny yang digituin gimana rasanya ?


Yah, macem-macem, orang-orang curhat tentang sakit hatinya, bermacam-macam alasan, bermacam kepentingan, saya hanya mencoba mendengarkan dan menyimak baik-baik.

Manusia adalah makhluk yang sensitive, ketika orang merasa sakit hati, ia cenderung akan menyakiti hati orang lain, membalas orang yang telah menyakiti hatinya. Oleh karena itu ingatlah sifat dasar manusia ketika menyatkiti hati kita. Tanyakan pada diri kita sendiri mengapa ia menyakiti hati kita, kemudian timbulkan rasa kasihan kepadanya, Inilah salah satu untuk mengatasi sakit hati kita.

Dulu, setiap kali saya disakiti oleh orang lain, pertama kali yang saya pikirkan adalah membalas perlakuannya, kalo perlu saya akan membalas lebih dari apa yang saya terima, apa yang terjadi jika saya melakukan hal seperti itu? Yang terjadi adalah lingkaran setan yang akan saling menghancurkan. Suatu hal yang tidak perlu.

Rasa sakit hati adalah salah satu racun pikiran yang sangat berbahaya bagi kesehatan fisik, mental dan spriritual, dan bahkan kehidupan kita. Di lain pihak, orang yang menyakiti kita seringkali tidak merasa telah menyakiti hati kita, jadi bukannya kita kalah satu-nol, kita akan kalah telak jika membiarkan diri kita sakit hati dan dendam.

Ungkapan yang terkenal menyebutkan bahwa pembalasan yang terbaik adalah dengan menjalani hidup yang baik, itulah senjata ideal untuk menentramkan dan tidak terkontaminasi.

Dan sikap yang bijaksana adalah terus bergerak maju. Berkaitan dengan masalah yang ditimbulkannya, jangan melihatnya sebagai rintangan, tetapi sebagai perangsang untuk menggiring ke tujuan yang lebih tinggi.

Jack Nicklaus, seorang pe golf pernah bilang :
Dengan bangga saya dapat mengatakan bahwa saya tidak pernah sekalipun mengharapkan pukulan drive atau putt lawan meleset sepanjang kompetisi golf. Sebaliknya saya lebih memilih untuk berkonsentrasi mengerahkan segenap tenaga saya segala upaya terbaik untuk menang. Hal ini memungkinkan saya untuk hidup senang dengan diri saya sendiri apapun hasilnya. Selain itu saya tidak pernah melihat atau mendengar ada seorang pemain yang benar-benar bagus bersorak agar pukulan lawan meleset, terutama dalam turnamen professional.
Yachhh, Pembalasan terbaik terhadap segelintir orang yang tidak suka kita adalah mengejar yang lebih tinggi. Kita mungkin tidak akan berhasil di posisi yang tinggi jika bukan karena segelintir orang yang ingin menjatuhkan kita dan tidak menyukai sepak terjang kita.

Jadi, mengatasi sakit hati adalah sebuah latihan yang sangat penting dalam perjalanan hidup kita, terutama dalam upaya menemukan kesejatian diri atau misi hidup kita sesungguhnya….

Enjoy Ur life…Gak perlu sakit hati sodara-sodara


10:57
17 june 2007

Saturday, June 23, 2007

Speak to Stranger

Sejak kecil sampai di sekolah anak-anak diajarkan untuk tidak berbicara kepada orang asing sembarangan. Tapi ada satu pepatah if you don t speak to a stranger, you will never make a new friend . Padahal kita tahu bahwa berteman dengan teman yang baik akan saling menumbuhkan kita bersama.

Dalam kehidupan kita sehari-hari, cobalah melakukan perhitungan tentang jumlah kawan. Misalnya kita dapat menyebutkan 10 orang teman dekat atau sahabat yang benar-benar dapat berbagi. Cobalah melakukan listing .
- Berapa banyak diantara mereka adalah teman SMA?
- Berapa banyak yang merupakan teman kuliah?
- Berapa banyak yang kita kenal melalui kenalan atau
dari hobi yang sama?
- Berapa kawan baru yang kita kenal kurang dari 5
tahun?
Jawabannya akan sangat bervariasi tergantung dari umur atau sifat kita, namun secara umum banyak sahabat yang kita punyai dulunya adalah stranger atau orang yang tidak kita kenal. Dan ternyata orang-orang yang dahulunya asing ini dapat menjadi teman dekat bahkan seperti saudara.

Saya beruntung memiliki sahabat dan temen baru seperti Rizal, ekonom yang katanya calon menteri yang hebat, Bang Ajud, pegawai negeri dan pengusaha sukses, Pramono, wong ndeso yang selalu low profile, Riecky, muka cina yang menjadi sahabat sejati, Lukman, sahabat di Semarang, Reza, metroseksual Jakarta, dan Taufik Siregar, batak baek hati.

Dari awalnya hanya sebagai kenalan, sekarang mereka menjadi sahabat yang dapat
saling mengisi dan berbagi. Tentunya juga masih banyak sekali sahabat lama yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu karena pada hakekatnya teman sejati tak
lekang oleh panas dan tak luntur oleh hujan. Pada saat pertama kali berbicara dengan stranger baik pria maupun wanita, pada umumnya ada perasaan insecure , takut atau malas untuk memulai percakapan.

- Kalau saya mulai bicara dahulu dan di-cuekin malu dong.
- Wah cewek yang lagi minum wine sendirian pakai rok merah itu kelihatannya so cool dan confident ya.(padahal wanita tersebut sedang merasa insecure, karena merasa kurang cantik, kurang pintar, tidak punya teman pria meskipun sudah berusia matang).

Untuk itu apabila kita berada di suatu acara baik resmi maupun tidak resmi, di meja bundar, pesta berdiri, tempat olah raga, disarankan untuk:

Dengan hati terbuka dan mengembangkan senyum, jangan ragu-ragu untuk mendatangi kenalan baru dengan mengatakan Hallo, apa khabar, Saya .. ingin berkenalan dengan anda . (Apabila kenalan baru tersebut memberi sambutan positif, maka kita dapat
memulai dialog yang wajar, tapi bila tidak ada respon positif, janganlah berkecil hati atau sakit hati, toh tadinya juga tidak mengenal orang tersebut).
Bila mendapat sambutan yang baik, maka komunikasi dapat dilanjutkan, dan ingatlah tips tips diatas tentang gema kehidupan . Untuk itu disarankan agar:

- Memilih topik pembicaraan yang sesuai dengan interest kita, bukan hanya menonjolkan diri.
- Memberi perhatian penuh, mau mendengarkan, caring .
- Memberi rasa hormat dan penuh percaya.
- Menggunakan yes but tehnik apabila dirasa perlu untuk tidak setuju ataupun memiliki pandangan yang berbeda.

Memiliki kawan atau sahabat sebanyak-banyaknya sangatlah disarankan. Kita juga memiliki hak sepenuhnya untuk memilih kawan baru yang benar-benar dapat menjadi friend ataukah hanya sekedar acquaintance atau kenalan. Ikutilah suara hati dan feeling Anda.

Apalagi jika menemui sahabat yang hanya menggunakan kita untuk kepentingan mereka atau abusing friend yang suka memojokkan kita ke dalam situasi yang tidak
nyaman. Kita bisa bersikap lebih tegas kepada diri kita untuk meninggalkan mereka. Ada pepatah You are what surround you , jadi apabila hati merasa tidak nyaman dalam lingkungan tersebut, maka kita bisa mengatakan tidak atau menolak untuk berada di dalam lingkungan tersebut.

Sunday, June 10, 2007

Kayak Gituan banyak di Jakarta

Seleranya tinggi...
Pilihannya bagus

Tapi enggak bikin apa-apa

Kayak gituan, Banyak di Jakarta


-jatibening, 10 juni 07

Thursday, June 7, 2007

Kita selalu dapat memilih

life is about choosing wisely, rite ?


Setiap saat kita dihadapkan pada pilihan, mungkin pilihan yang tidak terasa lagi sebagai pilihan sehingga seakan otomatis, mungkin juga pilihan yang sangat sulit, bahkan tidak memilih apapun juga merupakan satu pilihan.

Kita tentu memilih warna kaos kaki sewaktu membelinya, atau jenis kendaraan Kita, atau pikiran apa yang akan ditindak lanjuti, kepada siapa Kita akan berpartner. Maju atau mundur, menerima atau menolak, terus atau berhenti adalah hasil pilihan Kita juga.

Sekarang, berarti tinggal kitanya, mau dan bisa tidak untuk memilih secara bijak.

Pilihan melibatkan banyak hal. Begitupun dengan bisnis, pilihan mungkin kita sesuaikan dengan usia, hobby atau kesenangan, bakat, lokasi, waktu atau mungkin jumlah dana awal yang dapat kita investasikan saat ini. Kesuksesan besar dimulai secara bertahap.
Seluruhnya pilihan. Beribu jalan membentang di hadapan. Bertaut pintu terbuka siap dimasuki. Dengan jutaan kilau pesona warna yang ditawarkan. Dan seluruhnya hanya sebuah pilihan.
Betapa hebatnya manusia ciptaan Allah ? Sanggup memilih. Untuk membangkang. Atau tunduk pasrah. Untuk hina. Atau mulia

Saya pribadi selalu menggunakan LOGIKA, HATI dan INTUISI untuk memilih dan mengambil segala keputusan, apalagi yang 3 detik.


7 june 2007

LGD

Makan dalam masyarakat tradisional hanyalah aktifitas pengisi perut untuk hidup, atau menurut teori Abraham Maslow, makan merupakan kebutuhan paling dasar manusia,.Namun perkembangannya, dalam masyarakat modern seperti saat ini, makan tidak hanya untuk sekedar mengisi perut saja, makan merupakan kegiatan penuh makna.

Bagi ABG (anak baru gede) ataupun orang yang sedang berpacaran, makan bersama merupakan ritual agung yang penuh gelora kemesraan. Lain lagi bagi para pemimpin parpol, makan bersama berarti penggalangan massa. Dan akan lain halnya pula bila makan dilakukan oleh Eksekutif, makan artinnya lobbying dan negosiasi.

Walaupun makan bukan sekedar alat penyambung hidup, maka makan juga merupakan alat aktualisasi diri. Manusia yang suka nongkrong di Hard Rock akan lain dengan yang di Buzz. Akan lain lagi bila dinnernya di Panderosa, dan bahkan yang suka nongkrong di kafe sepanjang Kemang-Bangka akan lain dengan yang di Kafe Wien, PS

Makan bagi eksekutif hamper sama dengan olahraga golf, mulai dari lapangan golf tempat main, stick nya, sepatu dan kaos tangannya pun sudah menunjukkan kelas pemakainya. Katanya, area lapangan golf adalah arena lobbying yang paling mengasyikkan,

Yaa..sebatas katanya, lha wong saya nglobby di lapangan golf juga belum pernah. Yang ada juga kita capeknya karena nyamperin bola, jalannya jauh. Mungkin, pas jalan ini kita sambil ngobrol ngalor ngidul.

Lunch, Golf, Dinner, adalah arena lobbying yang paling pas. Namun jika menjerumus ke area entertaintment, wahh itu sudah arena yang abu-abu, sudah nyerempet-nyerempet.

Kembali ke studio, LGD tampaknya saat ini mencerminkan aktifitas para eksekutif masa kini. Yang menarik disini tidak hanya untuk sasaran bisnis semata, namun juga peningkatan gaya untuk hidup sehat dan cara makan yang mantap pula.
Untuk kedua kalinya, siang hari di saat berpuasa, saya harus berbuka. Yang pertama waktu itu di Mataram Indah, Jogja bersama orang-orang Dinas Pendidikan Kota Jogja dan yang kedua seperti siang tadi, saya harus rela berbuka puasa di siang hari karena dipaksa menemani seorang klien makan siang. Mungkin ini indikasi lemahnya iman seorang hamba, wallahualam…(kalo gak dipaksa banget, aku juga enggak bakalan mau,.. )








Jakarta, 4 juni 2007
19:42

AIM HIGH, Can U ?

"Bercita-citalah setinggi langit." ~


Kalimat ini sangat populer di telinga saya sejak masih SD. Dari dulu sebenarnya anak-anak sudah diajarkan secara tidak langsung untuk bermimpi besar, bercita-cita yang tinggi.

Tapi seiring berjalan waktu, dan semakin dewasa seseorang justru yang terjadi malah sebaliknya. Banyak orang justru tidak berani lagi bercita-cita setinggi langit saat ini, apalagi melihat situasi dan kondisi yang ada di lingkungannya, melihat keterbatasan dirinya, dan kekurangan lainnya yang dianggap sudah sangat tidak memungkinkan lagi untuk mempunyai tujuan yang besar.

Mengapa Kita menjadi khawatir menetapkan tujuan yang besar?

Apa yang membuat Kita takut untuk menetapkan target yang tinggi?

Ada yang mengatakan, "Untuk apa punya tujuan besar, nanti kalau tidak tercapai bisa stres. Istilahnya kalau mimpi sampai lantai 10 kalau tidak terjangkau dan jatuh akan sangat sakit sekali." Dulu saya juga berpikir demikian, tapi kalau tidak pernah punya tujuan besar rasanya lebih menyedihkan karena tidak tahu harus mengejar apa dalam hidup ini.

Pikiran saya kalau tidak bisa sampai lantai 10, dan jatuh setidaknya nanti ada di lantai 9 atau 8. Daripada saya bermimpi di lantai 2 dan jatuh di lantai 1, kenapa tidak sekalian tinggi mimpinya.

Kemudian kembali saya berpikir, mengapa harus membayangkan akan jatuh dulu, mengapa harus membayangkan akan tidak tercapai? Mengapa tidak berpikir, kalau nanti tercapai apa tindakan selanjutnya?

Jadi fokus utama pemikiran kita akan mempengaruhi keputusan kita untuk menentukan tujuan. Jika fokusnya negatif maka kecenderungan tujuannya akan tidak besar, begitu pula sebaliknya jika fokus Kita positif maka tujuan yang akan Kita buat akan lebih tinggi.

Jangan pernah mau membatasi diri Kita oleh siapa pun, dan dalam kondisi apa pun. Buang semua fokus negatif, hambatan yang ada dalam pikiran, karena ini yang akan membuat Kita menghentikan atau mematikan tujuan besar dalam hidup Kita. Lakukan suatu yang luar biasa untuk hidup Kita.

If We Can Aim High, Why We Should Aim Low?

Jakarta, 4 juni 07
01:26

STMJ

Banyak sekali singkatan dalam hidup kita,
tapi hidup adalah proses yang tidak bisa disingkat



Apa yang ada dalam pikiran kita dengan singkatan diatas ? Pasti positioning anda akan teringat minuman, Susu Telur Madu Jahe, yang menghangatkan badan. Benar memang…Namun kali ini 100% bukan itu.

Kadang saya sedih, takut dan miris melihat begitu banyaknya sodara-sodara kita yang terus melanggar perintah Allah.Banyak sekali larangan-larangan agama yang telah dilanggar, namun seolah-olah sudah menjadi rahasia umum dan sah-sah saja dalam perilaku masyarakat kita akhir-akhir ini.

Sering saya temui sodara-sodara kita dengan atribut muslimnya, dengan sadar melanggar ketentuan agama. Saya kira tidak hanya pengamatan saya di Jakarta, namun di beberapa kota yang sempat saya kunjungi pun tidak jauh beda, seperti Bogor, Bandung, Jogja, dan Malang. Saya sendiri juga tidak menganggap saya orang yang lurus dan bersih, tidak. Saya hanyalah hamba, yang mencoba untuk membenahi diri dari kesalahan-kesalahan masa lalu. Tapi kalo melihat seperti itu, saya insyaAllah masih lebih baiklah..

Seperti kita ketahui, Bogor, Bandung, Jogja dan Malang adalah pos-pos kegiatan mahasiswa berada. Banyak terdapat kampus di tiga kota tersebut. Atribut-atribut muslim pun selalu menghiasi keseharian para remaja kampus itu. Remaja putri yang mengenakan jilbab gaul nya, begitu juga dengan yang tampak terhadap remaja putra, sopan dan wajar.

Namun kalo kita amati lebih dekat, kita akan melihat ketidak cocokan antara busana yang mereka pakai, tingkah laku yang kita liat. Sangat tidak klop. Seolah-olah itu hanyalah bualan-bualan belaka, klise semuanya.

Di mesjid-mesjid, mereka sholat, coba anda tengok di Masjid Kampus UGM, Jogja..
Di bogor kita bisa melihat, berapa banyak yang berduaan di KRB pada siang hari yang menggunakan busana muslim, Di Bandung kita bisa liat di kawasan Dago Atas, di akhir pekan tambah ramai, liat juga sodara-sodara kita yang ber jilbab, berduaan.

Di Jogja kita bisa menyusuri kawasan seantero Jogja, mulai Jakal, Babarsari, sampe Tamsis, mereka berboncengan, peluk-pelukan, masyaAllah, sedangkan remaja putrinya berjilbab pula. Duuh. Bahkan di kawasan kaliurang lebih parah…

Pernah saya muter-muter di kawasan itu pada malam hari dengan seorang yang saya hormati, beliau datang dari Jakarta, mencari alamat vila tempat acara sebuah dinas diadakan, saya muter jalan sampai tiga kali dan saya amati sebuah mobil Avanza hitam tidak bergerak di pinggir jalan, karena daerah itu gelap saya sengaja pake lampu jauh, ehh..masyaAllah ternyata di avanza itu seorang pemuda dengan tampang baek-baek tengah berciuman dengan remaja putri berjilbab, sontak sahabat saya kaget dan berjanji ndak akan mengkuliahkan anaknya di Jogja….

Hal itu juga terjadi di sebuah tempat wisata di bogor, saat saya dengan seorang klien mengambil gambar “air minum gratis” yang notabene pesaing klien kita, yang belum lama diresmikan Pak Menteri. Setelah selesai urusan kita muter-muter dan astagfirullah, hamper delapan puluh prosen, pengunjung datang berduaan yang saya yakin bukan muhrimnya. Dan mereka berjilbab, ada yang rangkulan pula…

Di Bandung ? Sudah nggak heran lagi

Di Malang, saya sempet muter-muter di daerah simpang dieng, sekitar kampus universitas merdeka dan tidak begitu jauh dengan universitas brawijaya, keadaannya kurang lebih sama dengan yang saya sebutkan diatas.

Masjid tetep penuh dengan acara berduaan, acara sholat tidak ketinggalan. Tapi maksiat juga jalan terus.

Ada seorang sahabat saya di Jogja, yang bilang “Oh..mereka itu yang tidak mendalami Islam sebenarnya..tidak tahu Islam sebenarnya…” , Memang, lantas siapa yang akan peduli mereka bener-bener mendalami Islam atau tidak, tapi yang jelas atribut mereka muslim, sholat di masjid…titik. Orang di luar kita cuman akan tertawa sinis,

Seorang temen,Sohibun namanya, setelah saya cerita seperti ini padanya, langsung kasih komentar,.. ”Wahh…kalo itu, STMJ namanya Mas ! “ , “ Apaan tuh ?” saya balik tanya ke dia karena saya juga tidak tahu singkatan apaan lagi , “STMJ…Sholat Terus Maksiat Jalan “…katanya sambil tersenyum ringan.





jakarta, 3 juni 2007



Inspirate from
Sabtu malam setelah pulang malem bareng gatot 5 mei

Yogyakarta

Pulang ke kotamu….
Ada stangkup haru dalam rindu..

…..

Tapi bait lagu Kla-Project dengan Yogyakarta nya tersebut tidak dapat diteruskan…dengan “Masih seperti dulu”..dst…. Karena Jogja memang sudah tidak spt dulu.
Mau tidak mau saya merupakan salah seorang yang rindu akan memory kota Jogja. Walaupun tidak lama saya tinggal di Jogja sewaktu SMA, tiga tahunan. Memang. Namun memori di otak ini tidak bisa begitu saja melupakannya, senang dan susah.

Di Jalan Solo, dengan masih segar ingatan saya sewaktu makan lesehan di trotoar sembari melihat orang di jalan ramai itu. Atmosfir masyarakat Jogja yang relatif lebih relax dan njawani merupakan hal-hal yang terus melekat dalam diri saya. Tak ada kota yang seenak di Jogja.

Itu dulu…sekarang..Jogja berubah….
Banyak orang-orang pendatang yang kebanyakan menempuh studi/kuliah di Jogja sekarang tidak lagi seperti Jogja empat lima taun yang lalu. Lagak anak-anak muda Jogja yang saat ini ke Jakarta-Jkartaan….gaya sinetron…atau apalah namanya yang pasti Jogja telah menjadikan kota yang tak lagi jadi idola bagi diri saya.

Sudah beberapa bulan ini saya tidak lagi singgah ataupun mampir ke Jogja. Terkecuali memang ada kepentingan ketemu relasi atau temen. Sekedar jalan-jalan ke Jogja hanya akan menimbulkan kekecewaan atas budaya-budaya khas Jogja.

Begitu juga dengan rekan-rekan saya dari berbagai daerah yang datang ke Jogja, kebanyakan kecewa dengan keadaan di Jogja saat ini. ‘ Jalan Malioboro sekarang juga gitu-gitu doang…’ kata rekan saya yang dari Jakarta. …’kayak di Blok M aja..’ begitu gerutunya.

Itu hanya rekan yang beberapa tahun lalu ke Jakarta dan beberapa hari yang lalu dia main ke Jogja.Tidak punya suatu keterikatan batin dengan Jogja, Gimana saya yang pernah tinggal di kota itu. Unggah-ungguh masyarakatnya….hilang, kebudayaan dasarnya juga tidak tampak lagi.

Okey mungkin diantara anda akan bilang walaupun cafe banyak di Jogja tapi Angkringan juga berkembang dahsyat loh…..Tapi liat dong…angkringan semakin banyak yang nongkrong juga itu –itu aja kan….Maksudnya yang nongkrong kan Cuma mahasiswa-mahasiswa ‘kere’, abang becak dan lainnya toh…


Beda dengan dulu gak peduli dia kere ato banyak duit Angkringan merupakan style khas Jogja…itu salah satu diantara yang hilang. Ngobrol ngalor ngidul di Angkringan bareng tukang becak, mahasiswa dan lainnya merupakan suatu fenomena tersendiri. Ada suatu atmosfir yang beda, betul terasa beda banget dengan Starbucks ataupun Dome yang sering saya singgahi sewaktu saya di Jakarta. Di Angkringan kita bisa ngobrol sambil nyamol makanan di depannya, salah satu kaki diangkat, minum wedang jahe, dan menunya pun menu sehari-hari kita yang tidak asing lagi. Gak perlu mikir…

Sekarang memang lebih banyak lagi kita temuin Angkringan-angkringan itu, tapi ya itu keadaan social nya sudah tidak seperti dulu lagi. Yang sama- sekarang menurut saya kok menjadi kelas bawah…Bukan begitu ?

Klo empat tahun yang lalu Jogja masih sepi tidak terlalu tepat sich,,apa ya..belum terlalu ramai kali lebih pasnya …dengan berbagai kegiatan Usaha-usaha modern dan lifestyle, saat ini jika anda mengunjungi Jogja seratus persen akan terpana melihatnya. Dunia Usaha tidak hanya mengandalkan Perak Kotagede, Ekspor Handicraft serta Pesona Jogja yang njawani. YA..Jogja sekarang bukanlah kota pelajar yang ndeso, dan ketinggalan jaman. Jogja terus merengsek mengikuti trend-tren yang berlaku. Banyak dibangun perumahan-perumahan baru, serta lifestyle lainnya yang kalo dibandingkan dengan Bandung ya…beda sepuluh-lima belas persenan. Namun saya yakin dua tahun ke depan Jogja juga nggak akan beda jauh dengan Jakarta.


Saya hanya akan tertawa lucu …Karena kebanyakan orang-orang made in Jogja (pendatang utk kuliah) itu juga pingin nongkrong di cafĂ©, atau jalan kemana lah…tapi masih eman-eman dengan biaya untuk begaya….bener deh. Itu yang saya heran…Kenapa gitu loh ?


jakarta,2004

INDONESIA & KONSUMTIVISME

Budaya konsumtivisme semakin dalam merasuk kehidupan warga perkotaan hingga pelosok desa di Indonesia. Perekonomian yg sedang susah dan daya beli masyarakat secara umum yang menurun, bukan alasan untuk mengendornya nafsu konsumsi masyarakat

Orang berbelanja bukan lagi karena pertimbangan rasional, tetapi karena pertimbangan emosional seperti gengsi misalnya. Status seseorang diukur dan ditentukan dari apa yang ia pakai, apa yang ia konsumsi, apa yang ia beli. Barang - barang mahal bermerek menjadi salah satu ukurannya.

Tidak sedikit dari golongan bawah, menengah di indonesia mulai dari anak-anak, remaja hingga dwasa sudah mengidap semacam penyakit shopaholic,Demi memuaskan nafsu belanja dan meningkatkan status gaya hidup mereka, bila perlu mereka rela terjerat utang.

Kebijakan kredit longgar perbankan dan kemudahan dalam kepemilikan kartu kredit, sedikit banyak ikut menyuburkan budaya konsumtivisme yang dipicu oleh kebebasan arus informasi dan pergaulan antar masyarakat global.Indonesia dianggap sebagai pasar paling prospektif untuk produk-produk bermerek internasional.

Apakah anda termasuk golongan itu?

jakarta, 31 mei 07